Pangdam IX/Udayana Tinjau Lahan Porang di Desa Bukti, Kecamatan Kubutambahan
Ajak Masyarakat Bertani Jaga Ketahanan Pangan
SINGARAJA, NusaBali
Panglima Kodam IX Udayana Mayor Jenderal (Mayjen) TNI Maruli Simanjuntak meninjau lahan porang di Desa Bukti, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Rabu (24/3) siang.
Dalam kunjungan kerjanya, Pangdam Mayjen Maruli juga membuka diskusi singkat dengan warga setempat. Perwira tinggi berbintang dua ini mengajak masyarakat untuk semangat kembali kegiatan bertani guna mendukung upaya ketahanan pangan.
Pangdam Mayjen Maruli tiba di lokasi peninjauan lahan porang sekitar pukul 15.55 Wita dengan mengendarai sepeda motor trail dikawal sejumlah anggotanya. Sebelum meninjau lahan porang seluas satu hektare yang merupakan pilot project Kodim 1609/Buleleng yang bekerjasama dengan Jro Made Sukresna, Mayjen Maruli melakukan dialog dengan masyarakat setempat. Mayjen Maruli yang sebelumnya bertugas sebagai Komandan Paspampres langsung menyapa perwakilan warga Desa Bukti dan sejumlah siswa yang sudah menunggu kedatangannya.
Menurutnya pada masa pandemi ini, masyarakat dan pemerintah jangan tenggelam dengan satu sumber penghasilan saja. Seperti Bali yang 75 persen pendapatan daerahnya disumbang dari sektor pariwisata. Kondisi ini akan membuat sedikit kesulitan, terutama pada sektor ekonomi. Namun pandemi yang masih berlangsung saat ini agar tetap menjadi pelecut masyarakat untuk berjuang dan berinovasi di sektor lainnya. Salah satunya sektor pertanian yang memiliki peluang sangat besar. “TNI getol menekankan masalah pangan. Sebenarnya sudah disampaikan Presiden juga, pangan adalah ancaman dunia. Kita punya peluang lahan luas, manusia banyak, kenapa harus impor-impor lagi. Sehingga kami TNI mencoba membantu mendukung kebijakan pemerintah,” ucap Mayjen Maruli.
Upaya ketahanan pangan yang dilakukan TNI sejauh ini memang menyasar bahan pangan prioritas seperti beras. Namun pengembangan pertanian untuk ketahanan pangan juga sangat berpotensi diinovasikan guna memenuhi pasar ekspor. Seperti pengembangan porang yang dilakukan di Desa Bukti di lahan seluas 1 hektare sebagai percobaan. Meskipun porang yang diolah menjadi tepung dan menjadi bahan baku olahan makanan tidak lazim dikonsumsi orang Indonesia, namun permintaan pasarnya cukup terbuka di internasional. “Banyak pabrik pengolahan menunggu hasil perkebunan porang petani. Mudah-mudahan ini bisa berkembang,” tegas dia.
Menurut perwira tinggi kelahiran Bandung, 27 Februari 1970, ini sebenarnya masyarakat banyak yang mau bertani. Namun untuk mengawali, mereka perlu support penuh dan hal ini sudah berjalan di Buleleng.
Sementara itu dari dialog singkat yang dilakukan, permasalahan dalam bidang pertanian di Desa Bukti khususnya adalah pada ketersediaan air irigasi.
Mayjen Maruli menanggapi dan meyakinkan akan menindaklanjuti hal yang disampaikan kelompok masyarakat setempat, dengan sistem pengairan pompa hidran. Penyediaan pengairan ini pun sudah dilakukan TNI di wilayah Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat yang juga merupakan wilayah Kodam IX/Udayana.
“Kesulitan ini akan kami sambungkan dan upayakan hal yang perlu dana besar. Ini bisa dikelola bersama anggota kami di TNI dibantu juga oleh masyarakat sehingga bisa murah dan mudah. Kami akan carikan CSR dan sangat memungkinkan dilakukan di Bukti ini. Biaya tidak mahal kalau dikerjakan bersama,” tutur Mayjen Maruli.
Perwakilan warga Jro Made Sukresna yang juga pemilik lahan porang percobaan, mengatakan permasalahan di Desa Bukti ini yang sangat krusial adalah air irigasi. Sehingga memerlukan bantuan pembangunan sistem pengairan untuk kebun porang.
“Kami warga Desa Bukti dengan sumber air Yeh Sanih memang untuk air mandi, masak cukup, tetapi untuk pertanian belum tercukupi. Sehingga kami masih memerlukan ada sumur bor atau sumber air lain untuk pertanian,” ucap Sukresna yang juga Kelian Desa Adat Sanih, Desa Bukti.
Hal senada juga diungkapkan Sekretaris Desa Bukti Made Suparta. Ketahanan pangan sudah dilakukan oleh Desa Bukti melalui kelompok tani ternak dan juga kelompok wanita tani. Seluas 413 hektare lahan kering (perkebunan) di Desa Bukti, seluas 175 hektare di antaranya dimanfaatkan untuk tanaman singkong, yang hasilnya selama ini sudah diolah menjadi tepung mokap. Selain itu 125 hektare lainnya ditanami jagung. Mereka juga sedang mengembangkan pisang Cavendish dengan target pengembangan 60 hektare. Sedangkan sisa lahan kering lainnya diisi pohon buah mangga, kelapa, dan beberapa jenis tanaman lainnya.
“Kami sudah kembangkan sejumlah teknologi pertanian. Namun jika teknologi tanpa air tidak akan berhasil. Minimal kami masih perlu lima sumur bor untuk penuhi pertanian di sini,” kata Suparta. *k23
Pangdam Mayjen Maruli tiba di lokasi peninjauan lahan porang sekitar pukul 15.55 Wita dengan mengendarai sepeda motor trail dikawal sejumlah anggotanya. Sebelum meninjau lahan porang seluas satu hektare yang merupakan pilot project Kodim 1609/Buleleng yang bekerjasama dengan Jro Made Sukresna, Mayjen Maruli melakukan dialog dengan masyarakat setempat. Mayjen Maruli yang sebelumnya bertugas sebagai Komandan Paspampres langsung menyapa perwakilan warga Desa Bukti dan sejumlah siswa yang sudah menunggu kedatangannya.
Menurutnya pada masa pandemi ini, masyarakat dan pemerintah jangan tenggelam dengan satu sumber penghasilan saja. Seperti Bali yang 75 persen pendapatan daerahnya disumbang dari sektor pariwisata. Kondisi ini akan membuat sedikit kesulitan, terutama pada sektor ekonomi. Namun pandemi yang masih berlangsung saat ini agar tetap menjadi pelecut masyarakat untuk berjuang dan berinovasi di sektor lainnya. Salah satunya sektor pertanian yang memiliki peluang sangat besar. “TNI getol menekankan masalah pangan. Sebenarnya sudah disampaikan Presiden juga, pangan adalah ancaman dunia. Kita punya peluang lahan luas, manusia banyak, kenapa harus impor-impor lagi. Sehingga kami TNI mencoba membantu mendukung kebijakan pemerintah,” ucap Mayjen Maruli.
Upaya ketahanan pangan yang dilakukan TNI sejauh ini memang menyasar bahan pangan prioritas seperti beras. Namun pengembangan pertanian untuk ketahanan pangan juga sangat berpotensi diinovasikan guna memenuhi pasar ekspor. Seperti pengembangan porang yang dilakukan di Desa Bukti di lahan seluas 1 hektare sebagai percobaan. Meskipun porang yang diolah menjadi tepung dan menjadi bahan baku olahan makanan tidak lazim dikonsumsi orang Indonesia, namun permintaan pasarnya cukup terbuka di internasional. “Banyak pabrik pengolahan menunggu hasil perkebunan porang petani. Mudah-mudahan ini bisa berkembang,” tegas dia.
Menurut perwira tinggi kelahiran Bandung, 27 Februari 1970, ini sebenarnya masyarakat banyak yang mau bertani. Namun untuk mengawali, mereka perlu support penuh dan hal ini sudah berjalan di Buleleng.
Sementara itu dari dialog singkat yang dilakukan, permasalahan dalam bidang pertanian di Desa Bukti khususnya adalah pada ketersediaan air irigasi.
Mayjen Maruli menanggapi dan meyakinkan akan menindaklanjuti hal yang disampaikan kelompok masyarakat setempat, dengan sistem pengairan pompa hidran. Penyediaan pengairan ini pun sudah dilakukan TNI di wilayah Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat yang juga merupakan wilayah Kodam IX/Udayana.
“Kesulitan ini akan kami sambungkan dan upayakan hal yang perlu dana besar. Ini bisa dikelola bersama anggota kami di TNI dibantu juga oleh masyarakat sehingga bisa murah dan mudah. Kami akan carikan CSR dan sangat memungkinkan dilakukan di Bukti ini. Biaya tidak mahal kalau dikerjakan bersama,” tutur Mayjen Maruli.
Perwakilan warga Jro Made Sukresna yang juga pemilik lahan porang percobaan, mengatakan permasalahan di Desa Bukti ini yang sangat krusial adalah air irigasi. Sehingga memerlukan bantuan pembangunan sistem pengairan untuk kebun porang.
“Kami warga Desa Bukti dengan sumber air Yeh Sanih memang untuk air mandi, masak cukup, tetapi untuk pertanian belum tercukupi. Sehingga kami masih memerlukan ada sumur bor atau sumber air lain untuk pertanian,” ucap Sukresna yang juga Kelian Desa Adat Sanih, Desa Bukti.
Hal senada juga diungkapkan Sekretaris Desa Bukti Made Suparta. Ketahanan pangan sudah dilakukan oleh Desa Bukti melalui kelompok tani ternak dan juga kelompok wanita tani. Seluas 413 hektare lahan kering (perkebunan) di Desa Bukti, seluas 175 hektare di antaranya dimanfaatkan untuk tanaman singkong, yang hasilnya selama ini sudah diolah menjadi tepung mokap. Selain itu 125 hektare lainnya ditanami jagung. Mereka juga sedang mengembangkan pisang Cavendish dengan target pengembangan 60 hektare. Sedangkan sisa lahan kering lainnya diisi pohon buah mangga, kelapa, dan beberapa jenis tanaman lainnya.
“Kami sudah kembangkan sejumlah teknologi pertanian. Namun jika teknologi tanpa air tidak akan berhasil. Minimal kami masih perlu lima sumur bor untuk penuhi pertanian di sini,” kata Suparta. *k23
Komentar