RI Butuh Investasi Rp 238 Triliun
Dirikan Holding Baterai Molis
JAKARTA, NusaBali
Kementerian BUMN resmi mendirikan holding baterai kendaraan atau mobil listrik (molis) Indonesia Battery Corporation (IBC).
Holding ini terdiri dari MIND ID, PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), dan PT Aneka Tambang Tbk.
Pembentukan holding baterai molis Indonesia Battery Corporation (IBC) membutuhkan investasi sampai US$ 17 miliar atau sekitar Rp 238 triliun (kurs Rp 14.000). Investasi ini tidak hanya membangun satu pabrik saja, namun terintegrasi dari hulu ke hilir.
"Insyallah saya ucapkan terima kasih dukungan komisaris, direksi dan jajaran kementerian sehingga cita-cita mulia kita sebagai bangsa kita buktikan hari ini. Kita mempunyai perusahaan yang fokus kepada electric battery," kata Menteri BUMN Erick Thohir dalam konferensi pers, seperti dilansir detikcom, Jumat (26/3).
Erick mengatakan, kerja ini belum selesai. Dia mengatakan, implementasinya akan terasa pada 2022-2023.
"Kerjanya belum selesai, ini baru kertas doang, kita harapkan tentu implementasi nantinya ini terbukti di 2022-2023 tentu yang namanya hasil produksinya sendiri," katanya.
Ia menjelaskan transformasi itu semakin mudah dilakukan di masa pandemi covid-19. Untuk itu, pembentukan IBC berjalan lancar.
"Dengan adanya ev battery akan buat Indonesia lebih kuat dan bersahabat dengan ekonomi hijau," imbuh Erick.
Selain itu, pembentukan IBC juga merupakan respons pemerintah terhadap kekayaan alam di Indonesia. Salah satunya nikel yang mencapai 24 persen dari total produksi di dunia.
"Sesuai arahan Pak Presiden, sering telat antisipasi kekuatan Indonesia sendiri. Tahun 1980-an industri kayu telat, tahun 1970-an industri perminyakan telat. Ini Alhamdulillah memanfaatkan momentum perubahan momentum ev battery," jelas Erick seperti dilansir cnnindonesia.com.
Erick menjelaskan IBC saat ini sudah bermitra dengan Contemporary Amperex Technology (CATL) dan LG Chem. Keduanya akan berinvestasi untuk membuat pabrik baterai mobil listrik.
"Kami ada dua mitra CATL US$5 miliar dan LG US$13-17 miliar. Ini sebuah kemitraan yang besar sekali," ucap Erick.
Erick menjelaskan kedua perusahaan itu akan memproduksi baterai listrik untuk mobil. Sementara, perusahaan Indonesia akan memproduksi baterai listrik untuk motor.
"Mobil Indonesia mengalah, tapi motor listrik dan stabilisator baterai Indonesia jadi leading sector," imbuhnya.
Ia mengaku IBC akan membuka kerja sama dengan semua pihak. Erick bahkan berencana terbang ke Amerika Serikat (AS) bersama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan dan Menteri Perdagangan M Lutfi untuk melihat potensi salah satu perusahaan di negara tersebut.
"Pertengahaan April Pak Menko, saya, Pak Menteri Perdagangan akan ke AS untuk melihat potensi dengan pihak di AS. Kami juga akan datangi Jepang," ujar Erick. *
Pembentukan holding baterai molis Indonesia Battery Corporation (IBC) membutuhkan investasi sampai US$ 17 miliar atau sekitar Rp 238 triliun (kurs Rp 14.000). Investasi ini tidak hanya membangun satu pabrik saja, namun terintegrasi dari hulu ke hilir.
"Insyallah saya ucapkan terima kasih dukungan komisaris, direksi dan jajaran kementerian sehingga cita-cita mulia kita sebagai bangsa kita buktikan hari ini. Kita mempunyai perusahaan yang fokus kepada electric battery," kata Menteri BUMN Erick Thohir dalam konferensi pers, seperti dilansir detikcom, Jumat (26/3).
Erick mengatakan, kerja ini belum selesai. Dia mengatakan, implementasinya akan terasa pada 2022-2023.
"Kerjanya belum selesai, ini baru kertas doang, kita harapkan tentu implementasi nantinya ini terbukti di 2022-2023 tentu yang namanya hasil produksinya sendiri," katanya.
Ia menjelaskan transformasi itu semakin mudah dilakukan di masa pandemi covid-19. Untuk itu, pembentukan IBC berjalan lancar.
"Dengan adanya ev battery akan buat Indonesia lebih kuat dan bersahabat dengan ekonomi hijau," imbuh Erick.
Selain itu, pembentukan IBC juga merupakan respons pemerintah terhadap kekayaan alam di Indonesia. Salah satunya nikel yang mencapai 24 persen dari total produksi di dunia.
"Sesuai arahan Pak Presiden, sering telat antisipasi kekuatan Indonesia sendiri. Tahun 1980-an industri kayu telat, tahun 1970-an industri perminyakan telat. Ini Alhamdulillah memanfaatkan momentum perubahan momentum ev battery," jelas Erick seperti dilansir cnnindonesia.com.
Erick menjelaskan IBC saat ini sudah bermitra dengan Contemporary Amperex Technology (CATL) dan LG Chem. Keduanya akan berinvestasi untuk membuat pabrik baterai mobil listrik.
"Kami ada dua mitra CATL US$5 miliar dan LG US$13-17 miliar. Ini sebuah kemitraan yang besar sekali," ucap Erick.
Erick menjelaskan kedua perusahaan itu akan memproduksi baterai listrik untuk mobil. Sementara, perusahaan Indonesia akan memproduksi baterai listrik untuk motor.
"Mobil Indonesia mengalah, tapi motor listrik dan stabilisator baterai Indonesia jadi leading sector," imbuhnya.
Ia mengaku IBC akan membuka kerja sama dengan semua pihak. Erick bahkan berencana terbang ke Amerika Serikat (AS) bersama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan dan Menteri Perdagangan M Lutfi untuk melihat potensi salah satu perusahaan di negara tersebut.
"Pertengahaan April Pak Menko, saya, Pak Menteri Perdagangan akan ke AS untuk melihat potensi dengan pihak di AS. Kami juga akan datangi Jepang," ujar Erick. *
1
Komentar