Wewalungan Di-tuwek Secara Simbolis dengan Keris Pusaka Ida Bhatara Ratu Bagus Pande
Upacara Mapepada Wewalungan Jelang Karya Agung Ida Bhatara Turun Kabeh di Pura Besakih
Karya Agung Ida Bhatara Turun Kabeh puncaknya pada Purnama Kedasa, Redite Pon Julungwangi, Minggu (28/3) hari ini nyejer selama 12 hari hingga Wraspati Wage Sungsang, Kamis (8/4) mendatang.
AMLAPURA, NusaBali
Prosesi Mapepada Wewalungan dilaksanakan sebagai rangkaian Karya Agung Ida Bhatara Turun Kabeh di Pura Agung Besakih, Banjar Besakih Kangin, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem pada Saniscara Paing Warigadean, Sabtu (27/3) pukul 10.00 Wita. Upacara Mapepada Wewalungan ini dipuput Ida Pedanda Gede Wayan Pasuruan dari Geria Kawan, Banjar Brahmana, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Karangasem. Prosesi ditandai dengan wewalungan di-tuwek (ditusuk) alias disembelih secara simbolis menggunakan keris pusaka Ida Bhatara Ratu Bagus Pande Besakih.
Upacara ini digelar sehari jelang puncak Karya Agung Ida Bhatara Turun Kabeh yang jatuh pada Purnama Kedasa, Redite Pon Julungwangi, Minggu (28/3) hari ini. Dalam prosesi ini menghadirkan beragam hewan kurban (wewalungan), di antaranya 5 ekor kebo (kerbau), yakni kebo angrek wulan, kebo yos merana dan tiga kebo buda cemeng, seekor godel, seekor kambing hitam, bebek, angsa, ayam dan lain-lain.
Seluruh wewalungan terlebih dahulu diperciki tirta. Selanjutnya Ida Pedanda Gede Wayan Pasuruan mapuja, matur piuning (pemberitahuan) sehubungan hendak menggelar upacara mapepada wewalungan. Berlanjut dalam puja sang sulinggih itu ngaturang (mempersembahkan) seluruh roh hewan kurban ke Sang Maha Pencipta.
Selanjutnya seluruh pamedek menggelar pamuspaan yang dikoordinasikan I Gusti Mangku Jana, Pamangku di Pura Agung Besakih dan petugas dari Kantor Kementerian Agama Karangasem, I Gusti Ngurah Ananjaya.
Prosesi berikutnya dengan mengelilingkan seluruh hewan kurban (wewalungan) sebanyak tiga kali di areal Pura Agung Besakih, kemudian seluruh wewalungan itu diperciki tirta pamarisudha (pembersihan). Terakhir seluruh wewalungan dituwek (ditusuk) atau disembelih secara simbolis gunakan keris pusaka Ida Bhatara Ratu Bagus Pande Besakih yang dilakukan Jro Gede Sudharta, Pamangku di Pura Ratu Pande Besakih.
Jro Gede Sudharta mengatakan setiap mapepada wewalungan jelang Karya Agung Ida Bhatara Turun Kabeh, Karya Agung Panca Walikrama dan Karya Agung Eka Dasar Rudra di Pura Penataran Agung Besakih, seluruh wewalungan terlebih dahulu disembelih gunakan keris pusaka Ida Bhatara Ratu Pande.
"Menyembelih gunakan keris pusaka ini secara simbolis, sedangkan wewalungan selanjutnya disembelih secara fisik untuk digunakan sebagai pelengkap upacara," jelas Jro Gede Sudartha. Jro Mangku Suyasa sebagai Juru Bicara Pamangku di Pura Besakih yang juga Pamangku di Pura Merajan Kanginan mengatakan wewalungan itu sebenarnya disembelih dua kali. Pertama, melalui supat dan lukat, yakni menyembelih hewan kurban secara bathin, melalui puja Ida Pedanda disusul dituwek gunakan keris pusaka Ida Bhatara Ratu Bagus Pande.
Selanjutnya disembelih secara fisik untuk digunakan pelengkap banten Bhuta Yadnya kaitan menyomiakan buta kala dan banten kepentingan Dewa Yadnya. "Esensinya, setiap hewan kurban yang disembelih, mesti diupacarai terlebih dahulu. Apalagi untuk upacara dengan harapan roh hewan kurban kelak statusnya meningkat saat kembali berreinkarnasi statusnya naik jadi manusia," tambahnya.
Jro Mangku Suyasa menambahkan usai seluruh hewan kurban disembelih, nantinya hewan tersebut digunakan untuk banten caru, misalnya kerbau dan godel untuk caru dan titi mahmah. Sedangkan binatang suci seperti itik, telur dan ulam (daging) agung, untuk pelengkap banten di Sanggar Surya. "Usai mengolah seluruh hewan kurban, kemudian dijadikan pelengkap upacara. Setelah semua banten nantinya tuntas dikemas, berlanjut menggelar upacara menben, yang disebut mawinangun urip," kata Jro Mangku Suyasa.
Terkait Karya Agung Ida Bhatara Turun Kabeh di Pura Penataran Agung Besakih ini Ida Bhatara akan nyejer selama 12 hari dan masineb pada Wraspati Wage Sungsang, Kamis (8/4) mendatang. Pamedek yang hendak tangkil saat Karya Agung Ida Bhatara Turun Kabeh ini dibatasi dan wajib menerapkan protokol kesehatan (Prokes) Covid-19, seperti wajib pakai masker. Panitia akan mengatur pamedek yang tangkil, sekali menggelar pamuspaan jumlah pamedek sebanyak 50 orang dengan diawasi pecalang Desa Adat Besakih.
Untuk Upacara Penganyar dari Kabupaten Karangasem, akan dilaksanakan pada Soma Wage Julungwangi, 29 Maret 2021, untuk selanjutnya diikuti oleh Kabupaten/Kota lainnya se-Bali. Sebelumnya telah digelar upacara Nedunang Pralingga Ida Bhatara pada Wrespati Kliwon Warigadean, 25 Maret 2021 dan Tawur Tabuh Gentuh, yang dilaksanakan pada Saniscara Pon Gumbreg, 13 Maret 2021 lalu. *k16
Upacara ini digelar sehari jelang puncak Karya Agung Ida Bhatara Turun Kabeh yang jatuh pada Purnama Kedasa, Redite Pon Julungwangi, Minggu (28/3) hari ini. Dalam prosesi ini menghadirkan beragam hewan kurban (wewalungan), di antaranya 5 ekor kebo (kerbau), yakni kebo angrek wulan, kebo yos merana dan tiga kebo buda cemeng, seekor godel, seekor kambing hitam, bebek, angsa, ayam dan lain-lain.
Seluruh wewalungan terlebih dahulu diperciki tirta. Selanjutnya Ida Pedanda Gede Wayan Pasuruan mapuja, matur piuning (pemberitahuan) sehubungan hendak menggelar upacara mapepada wewalungan. Berlanjut dalam puja sang sulinggih itu ngaturang (mempersembahkan) seluruh roh hewan kurban ke Sang Maha Pencipta.
Selanjutnya seluruh pamedek menggelar pamuspaan yang dikoordinasikan I Gusti Mangku Jana, Pamangku di Pura Agung Besakih dan petugas dari Kantor Kementerian Agama Karangasem, I Gusti Ngurah Ananjaya.
Prosesi berikutnya dengan mengelilingkan seluruh hewan kurban (wewalungan) sebanyak tiga kali di areal Pura Agung Besakih, kemudian seluruh wewalungan itu diperciki tirta pamarisudha (pembersihan). Terakhir seluruh wewalungan dituwek (ditusuk) atau disembelih secara simbolis gunakan keris pusaka Ida Bhatara Ratu Bagus Pande Besakih yang dilakukan Jro Gede Sudharta, Pamangku di Pura Ratu Pande Besakih.
Jro Gede Sudharta mengatakan setiap mapepada wewalungan jelang Karya Agung Ida Bhatara Turun Kabeh, Karya Agung Panca Walikrama dan Karya Agung Eka Dasar Rudra di Pura Penataran Agung Besakih, seluruh wewalungan terlebih dahulu disembelih gunakan keris pusaka Ida Bhatara Ratu Pande.
"Menyembelih gunakan keris pusaka ini secara simbolis, sedangkan wewalungan selanjutnya disembelih secara fisik untuk digunakan sebagai pelengkap upacara," jelas Jro Gede Sudartha. Jro Mangku Suyasa sebagai Juru Bicara Pamangku di Pura Besakih yang juga Pamangku di Pura Merajan Kanginan mengatakan wewalungan itu sebenarnya disembelih dua kali. Pertama, melalui supat dan lukat, yakni menyembelih hewan kurban secara bathin, melalui puja Ida Pedanda disusul dituwek gunakan keris pusaka Ida Bhatara Ratu Bagus Pande.
Selanjutnya disembelih secara fisik untuk digunakan pelengkap banten Bhuta Yadnya kaitan menyomiakan buta kala dan banten kepentingan Dewa Yadnya. "Esensinya, setiap hewan kurban yang disembelih, mesti diupacarai terlebih dahulu. Apalagi untuk upacara dengan harapan roh hewan kurban kelak statusnya meningkat saat kembali berreinkarnasi statusnya naik jadi manusia," tambahnya.
Jro Mangku Suyasa menambahkan usai seluruh hewan kurban disembelih, nantinya hewan tersebut digunakan untuk banten caru, misalnya kerbau dan godel untuk caru dan titi mahmah. Sedangkan binatang suci seperti itik, telur dan ulam (daging) agung, untuk pelengkap banten di Sanggar Surya. "Usai mengolah seluruh hewan kurban, kemudian dijadikan pelengkap upacara. Setelah semua banten nantinya tuntas dikemas, berlanjut menggelar upacara menben, yang disebut mawinangun urip," kata Jro Mangku Suyasa.
Terkait Karya Agung Ida Bhatara Turun Kabeh di Pura Penataran Agung Besakih ini Ida Bhatara akan nyejer selama 12 hari dan masineb pada Wraspati Wage Sungsang, Kamis (8/4) mendatang. Pamedek yang hendak tangkil saat Karya Agung Ida Bhatara Turun Kabeh ini dibatasi dan wajib menerapkan protokol kesehatan (Prokes) Covid-19, seperti wajib pakai masker. Panitia akan mengatur pamedek yang tangkil, sekali menggelar pamuspaan jumlah pamedek sebanyak 50 orang dengan diawasi pecalang Desa Adat Besakih.
Untuk Upacara Penganyar dari Kabupaten Karangasem, akan dilaksanakan pada Soma Wage Julungwangi, 29 Maret 2021, untuk selanjutnya diikuti oleh Kabupaten/Kota lainnya se-Bali. Sebelumnya telah digelar upacara Nedunang Pralingga Ida Bhatara pada Wrespati Kliwon Warigadean, 25 Maret 2021 dan Tawur Tabuh Gentuh, yang dilaksanakan pada Saniscara Pon Gumbreg, 13 Maret 2021 lalu. *k16
Komentar