Buah Lokal Lebih Diminati
Berupacara di Tengah Pandemi
GIANYAR, NusaBali
Pandemi Covid-19 sejak Maret 2020 menjadikan daya beli masyarakat di Bali khususnya, menurun drastis.
Namun demikian, karena terdesak keperluan bahan upakara, permintaan buah dan perlengkapannya tetap diburu. Hanya saja, masyarakat lebih memilih buah lokal yang harganya terjangkau dibandingkan buah impor.
Seperti diungkapkan Kepala UPT Pasar Umum Gianyar, Nengah Arnawa, Senin (29/3) kemarin. "Daya beli masyarakat turun, lebih cenderung membeli buah lokal untuk keperluan upacara," jelasnya. Buah lokal ini mulai dari buah Jambu Air, pisang lokal, Sawo, Jeruk Kintamani, Salak, Mangga, Mentimun, rambutan dan buah lokal lain.
Selain daya beli buah yang turun, jelasnya, pasokan janur dari Lombok dan Jawa juga mengalami pemurunan. Permintaan janur turun karena intensitas upakara di Bali juga masih dibatasi agar tidak menimbulkan kerumunan.
Walau demikian, stok kebutuhan pokok jelang Galungan dikatakan normal. "Pembeli selektif berbelanja, agar bisa melaksanakan upakara dengan sederhana,” jelasnya. Sehingga menurutnya pedagang hanya menyediakan komoditas yang umumnya dibeli masyarakat.
Di sisi lain, Disperindag Gianyar rutin melakukan pengecekan harga komoditad. Menjelang hari raya Galungan, tercatat harga daging Babi dan Ayam mengalami kenaikan harga. Sedangkan harga bunga untuk upakara mengalami penurunan dan harga buah-buahan masih stabil. Harga buah lokal, seperti Mangga stabil Rp 20.000/kg, Salak Rp 12.000/kg, Jeruk Kintamani Rp 20.000/kg. Untuk harga bunga kebutuhan upakara, seperti bunga mitir turun dari Rp 16.000 menjadi Rp 12.000/kg, bunga pacar galuh dari Rp 22.000 menjadi Rp 16.000/kg.
Harga daging Babi masih tinggi, semula Rp 55.000 kini menjadi Rp 85.000/kg, kikil Babi Rp 25.000 naik menjadi 30.000/kg, Daging Ayam naik Rp 10.000 dari harga Rp 28.000/kg. Harga cabai merah masih tinggi, kini dikisaran Rp 115.000 /kg. Harga cabai seolah sulit distabilkan, karena suplai sedikit dan kebutuhan terus meningkat. *nvi
1
Komentar