Warga Gotong-royong Bikin Jalan Setapak
Pascaterputusnya akses jalan utama Denpasar-Pelaga di wilayah Banjar Angantiga, Desa/Kecamatan Petang, Badung warga setempat beramai-ramai membikin jalan setapak, Sabtu (3/12) kemarin.
Pasca Putusnya Akses Jalan Utama Denpasar-Plaga
MANGUPURA, NusaBali
Pascaterputusnya akses jalan utama Denpasar-Pelaga di wilayah Banjar Angantiga, Desa/Kecamatan Petang, Badung warga setempat beramai-ramai membikin jalan setapak, Sabtu (3/12) kemarin. Jalan yang dibikin untuk memudahkan aktivitas warga, terutama saat akan mengantar anak-anak ke sekolah.
Jalan setapak untuk pejalan kaki yang dibikin secara bergotong royong oleh warga berlokasi tak jauh dari titik longsor. Persisnya hanya berjarak 10 meter di sebelah barat jalan. Perbekel Petang, Wayan Suryantara, mengatakan jalan setapak dibikin kurang lebih sepanjang 40 meter.
“Ini keinginan warga, jadi tadi (kemarin) warga kami dari LPM, warga Banjar Angantiga, Banjar Kerta gotong-royong membuka akses jalan untuk warga,” katanya pada NusaBali. Dikatakan Suryantara, akses jalan setapak tersebut sengaja dibuat semata-mata untuk memudahkan aktivitas warga. Apalagi saat mengantar anak-anak ke sekolah tidak harus memutar melalui jalur alternatif yang disiapkan pemerintah. Bisa saja dengan berkendara sepeda motor memutar melalui jalur alternatif, tapi jarak tempuh dua kali lipat.
“Anak-anak SD dari Banjar Angantiga (Desa Petang) yang sekolah ke SD 2 Petang harus memutar sekitar 3 kilometer bila melalui jalur alternatif. Tapi kalau lewat jalur utama (sebelum longsor) hanya berjarak 1 km,” terangnya.
Belum lagi, kata Suryantara, sangat beresiko bila mengantar anaknya sekolah dengan sepeda motor melalui jalur alternatif. Pasalnya selain jalannya terjal dan curam, jalan alternatif juga lebih padat dengan kendaraan, semenjak akses dari dan menuju ke Desa Pelaga, Kecamatan Petang, ataupun ke arah Kintamani, Bangli, putus karena longsor. “Jadi ini yang jadi pemikiran warga, makanya warga sepakat membuka akses jalan setapak,” imbuhnya.
Berapa siswa SD dari Banjar Angantiga khususnya yang terbiasa melalui jalan sebelum terputus? Suryantara mengaku berjumlah sekitar 35 siswa. Ini tidak termasuk siswa SMP yang menempuh pendidikan ke SMPN 1 Petang. “Kalau yang SMP ada sekitar 15-20 orang,” katanya lagi. Atas kondisi ini, menurut Suryantara warga sangat berharap pemerintah segera menyelesaikan proses perbaikan jalan longsor, agar aktivitas warga kembali berjalan normal.
Seperti diberitakan, jalan milik Provinsi Bali di Banjar Angantiga, Desa/Kecamatan Petang, Rabu (30/11) tengah malam sekitar pukul 00.00 Wita, putus. Jalan utama Denpasar-Pelaga itu terkena longsor sedalam 70 meter. Akibat terputusnya jalan utama tersebut, tak hanya kediaman Bupati di Desa Plaga terisoliasi, dua desa lainnya yakni Desa Beloksidan dan Desa Sulangi di Kecamatan Petang juga terkena dampak serupa. Sementara di Desa Petang sendiri, hanya Banjar Angantiga saja yang terkena dampak langsung. * asa
MANGUPURA, NusaBali
Pascaterputusnya akses jalan utama Denpasar-Pelaga di wilayah Banjar Angantiga, Desa/Kecamatan Petang, Badung warga setempat beramai-ramai membikin jalan setapak, Sabtu (3/12) kemarin. Jalan yang dibikin untuk memudahkan aktivitas warga, terutama saat akan mengantar anak-anak ke sekolah.
Jalan setapak untuk pejalan kaki yang dibikin secara bergotong royong oleh warga berlokasi tak jauh dari titik longsor. Persisnya hanya berjarak 10 meter di sebelah barat jalan. Perbekel Petang, Wayan Suryantara, mengatakan jalan setapak dibikin kurang lebih sepanjang 40 meter.
“Ini keinginan warga, jadi tadi (kemarin) warga kami dari LPM, warga Banjar Angantiga, Banjar Kerta gotong-royong membuka akses jalan untuk warga,” katanya pada NusaBali. Dikatakan Suryantara, akses jalan setapak tersebut sengaja dibuat semata-mata untuk memudahkan aktivitas warga. Apalagi saat mengantar anak-anak ke sekolah tidak harus memutar melalui jalur alternatif yang disiapkan pemerintah. Bisa saja dengan berkendara sepeda motor memutar melalui jalur alternatif, tapi jarak tempuh dua kali lipat.
“Anak-anak SD dari Banjar Angantiga (Desa Petang) yang sekolah ke SD 2 Petang harus memutar sekitar 3 kilometer bila melalui jalur alternatif. Tapi kalau lewat jalur utama (sebelum longsor) hanya berjarak 1 km,” terangnya.
Belum lagi, kata Suryantara, sangat beresiko bila mengantar anaknya sekolah dengan sepeda motor melalui jalur alternatif. Pasalnya selain jalannya terjal dan curam, jalan alternatif juga lebih padat dengan kendaraan, semenjak akses dari dan menuju ke Desa Pelaga, Kecamatan Petang, ataupun ke arah Kintamani, Bangli, putus karena longsor. “Jadi ini yang jadi pemikiran warga, makanya warga sepakat membuka akses jalan setapak,” imbuhnya.
Berapa siswa SD dari Banjar Angantiga khususnya yang terbiasa melalui jalan sebelum terputus? Suryantara mengaku berjumlah sekitar 35 siswa. Ini tidak termasuk siswa SMP yang menempuh pendidikan ke SMPN 1 Petang. “Kalau yang SMP ada sekitar 15-20 orang,” katanya lagi. Atas kondisi ini, menurut Suryantara warga sangat berharap pemerintah segera menyelesaikan proses perbaikan jalan longsor, agar aktivitas warga kembali berjalan normal.
Seperti diberitakan, jalan milik Provinsi Bali di Banjar Angantiga, Desa/Kecamatan Petang, Rabu (30/11) tengah malam sekitar pukul 00.00 Wita, putus. Jalan utama Denpasar-Pelaga itu terkena longsor sedalam 70 meter. Akibat terputusnya jalan utama tersebut, tak hanya kediaman Bupati di Desa Plaga terisoliasi, dua desa lainnya yakni Desa Beloksidan dan Desa Sulangi di Kecamatan Petang juga terkena dampak serupa. Sementara di Desa Petang sendiri, hanya Banjar Angantiga saja yang terkena dampak langsung. * asa
Komentar