Sepekan Zona Merah, Buleleng Masifkan Vaksinasi
SINGARAJA, NusaBali
Satgas Penanganan Covid-19 terus mengintensifkan realisasi vaksin masal Covid-19, pasca sepekan naik status menjadi zona merah.
Proses vaksinasi saat ini pun masih berfokus menangani pelaku pariwisata selain pelayan publik yang juga masih berlangsung di 29 titik vaksinasi di Buleleng. Hingga Rabu (31/3) kemarin pergerakan vaksinasi yang akan menargetkan 117.000 orang masyaakat Buleleng baru mencapai 17 persen.
Sekretaris Satgas Penanganan Covid-19 Buleleng Gede Suyasa ditemui di loby kantor Bupati Buleleng Rabu sore kemarin menjelaskan pelaksanaan vaksinasi Covid-19 yang sedang berjalan tahap II sudah sangat gencar dan masif dilakukan. Bahkan seharinya pernah mencapai jumlah vaksinasi tertinggi hingga 1.800 orang. “Kita sudah melakukan realisasi vaksin diangka 20.622 orang. Tetapi pelaksanaan vaksinasi masih bersifat menunggu dan melaporkan ke provinsi. Mudah-mudahan bisa lebih masif lagi kedatangan vaksin ke Buleleng,” ujar Suyasa yang juga Sekda Buleleng ini.
Namun yang menjadi hal menggembirakan di Buleleng adalah peningkatan antusiasme masyarakat. Kondisi ini disebut birokrat asal desa/kecamatan Tejakula memberikan keuntungan untuk Satgas. “Kalau awal-awal vaksin banyak keraguan dan penolakan, tetapi sekarang animo masyarakat tinggi bahkan sampai meminta untuk divaksin,” imbuh dia.
Sedangka fokus vaksinasi pada pelaku pariwisata sudah berjalan di 3 Destinasi Tempat Wisata. Seperti DTW Batu Ampar di Desa Pemuteran Kecamatan Gerokgak, DTW Munduk di Desa Munduk Kecamatan Banjar dan DTW Lovina di Desa Kalibukbuk Kecamatan Buleleng.
Selain 3 DTW yang memang dicanangkans ebagai zona hijau pariwisata, Satgas Penangahan Covid-19 Buleleng juga tengah menjadwalkan vaksinasi di DTW wilayah Timur Buleleng. Mulai dari DTW Air Sanih Desa Bukti Kecamatan Kubutambahan hingga Desa Tembok Kecamatan Tejakula.
Sementara itu soal Bed Occupancy Rate (BOR) untuk pasien Covid-19 salah satu indikator peningkatan status dari oranye ke merah, sudah ditegaskan kembali untuk tidak ada pasien Orang Tanpa Gejala dan Gejala Ringan (OTG-GR) dirawat di rumah sakit. Sehingga gradenya dapat ditekan dan tak sampai melewati 70 persen.
“Kami juga sudah sampikan ke RSUD Buleleng untuk mencermati yang masuk dan dirawat di rumah sakit dari yang bergejala sedang hingga berat. Karena belum ada rencana penambahan ruangan isolasi sejuah ini. Kalau menambah ruang perlu fasilitas pendukung dan untuk waktu yang singkat tidak mudah memenuhinya,” kata mantan Asisten Administrasi Umum Setda Buleleng ini.
Dirut RSUD Buleleng dr Putu Arya Nugraha dikonfirmasi terpisah Rabu sore kemarin mengatakan secara medis OTG-GR tidak memerlukan perawatan di RS. Hanya saja menurut Dirut Arya Nugraha secara epidemiologis karena penularan komunitas dan tidak punya tempat karantina, sehingga RSUD membuka ruang. “OTG-GR itu tidak perlu perawatan khusus. Paling hanya edukasi saja, kapan akan datang ke UGD. Secara substansi ya memang tidak harus dirawat inap, tapi dirawat pun tidak apa,” imbuh dia.
Selama ini RSUD Buleleng sebagai rumah sakit rujukan penanganan Covid-19 menyiapkan 3 ruangan untuk penanganan pasien Covid-19. Ruang Lely dan Jempiring disiapkna untuk ruang isolasi pasien dengan gejala berat. Sedangkan ruang Mahottama untuk OTG-GR. Dokter spesialis penyakit dalam ini juga mengaku kaget saat mengetahui Buleleng naik ke zona merah. Terlebih salah satu indikator penentuan zona adalah dari BOR rumah sakit. “Mahottama ituhuniannya turun separo. Dulu pernah sampai 34 saat belum ada tempat karantina. Sekarang maksimal 20 orang. Tapi ya mungkin ada banyak parameter,” ungkap Dirut Arya Nugraha. *k23
1
Komentar