Bangunan Berbentuk Burung Garuda dengan Sayap 200 Meter
Pematung Nyoman Nuarta Menangkan Sayembara Desain Istana Negara Ibukota Baru
Ketika Nyoman Nuarta diumumkan sebagai pemenang sayembara desain Istana Negara di Ibukota Baru, banyak yang kritik hasil karyanya. Sebab, Nuarta yang seorang pematung dikira tidak bisa arsitek
TABANAN, NusaBali
Pematung kenamaan I Nyoman Nuarta, 70, menangkan sayembara membuat rancangan desain Istana Negara di Ibukota Baru kawasan Kalimantan Timur. Secara global, desain Istana Negara yang dibuat Nyoman Nuarta adalah bangunan berbentuk Burung Garuda setinggi 76 meter, dengan sayap membentang sepanjang 200 meter.
Dalam sayembara membuat desain Istana Negara ini, Nyoman Nuarta bersaing dengan 4 arsitek lainnya: Andra Matin, Supie Yolodi, Yori Antar, dan Sibarani Sofian. Nyoman Nuarta yang sebelumnya sukses membuat Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) yang fenomenal di Bukit Jimbaran, Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Badung akhirnya keluar sebagai pemenang sayembara desain Istana Negara di Ibukota Baru ini.
Menurut Nyoman Nuarta, ada beberapa konsep gedung yang disayembarakan di Ibukota Negara Indonesia yang baru di Kalimantan Timur, seperti Istana Presiden, Istana Wakil Presiden, Komplek DPR RI/MPR/DPD RI, Mahkamah Agung, Kementerian/Lembaga, masjid, gereja katolik, gereja prosttestan, pura, wihara, dan klenteng. Nyoman Nuarta diberikan waktu 12 hari untuk menyusun 12 konsep gagasan desain dalam bentuk visual.
Nyoman Nuarta mengatakan, sebelum membuat rancangan desain tersebut, dirinya mendapat undangan dari Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), 27 Februari 2020 lalu, untuk menghadiri rapat koordinasi Sayembara Istana Negara di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan Ibukota Negara, Kebayoran Baru, Jakarta Pusat. Saat itu, dipresentasikan tentang rencana sayembara terbatas dengan mengundang kalangan arsitek/ahli untuk membahas konsep gagasan desain Isntana Negara.
“Karena melihat undangan ini, saya tertarik dong ikut. Namanya Istana Negara, apa ya, wibawa bangsa-lah itu. Jadi, kita semangat dan betul-betul semangat,” ujar Nuarta saat dikonfirmasi di kediamannya di Bandung, Jawa Barat, Kamis (1/3).
Menurut pematung kenamaan asal Desa Tegallinggah, Kecamatan Penebel, Tabanan ini, secara garis besar dalam undangan tersebut dirinya diminta untuk menyampaikan visualiasasi konsep gagasan desain bangunan berupa sketsa, desain yang mampu menggambarkan kriteria bangunan gedung khusus Ibukota Negara.
Nuarta menyebutkan, tugas yang didapat sangatlah berat. Sebab, para arsitek dan ahli diminta menyelesaikan 12 desain gedung dalam jangka waktu hanya 12 hari. Nah. Kebetulan Nuarta sudah memiliki tim arsitek di studionya di Bandung, sehingga tidak begitu sulit untuk mengerjakan desain tersebut. Nuarta sendiri fungsinya memberikan ide dan gagasan.
“Banyak orang yang mengira saya pematung, kok bisa arsitek? Saya ini sebenarnya sudah biro arsitek sejak tahun 1975, mungkin teman-teman belum lahir saat itu. Dulu kalau kita tidak punya PT, ya nggak dapat proyek pemerintah. Itu sebabnya, kita walaupun seniman, berusaha membuat biro arsitek bernama ‘Nu Art Consultan’. Biro arsitek ini biasa menangani proyek khusus, tetapi kita hampir tidak pernah membuat vila atau rumah,” kenang seniman pantung kelahiran Tabanan, 14 November 1951 ini.
Setelah menemukan ide, Nuarta bersama timnya kemudian memvisualisasikan 12 konsep gagasan gedung secara tepat waktu, 5 Maret 2020. Selanjutnya, Kementerian PUPR meminta kelim arsitek/ahli termasuk Nuarta untuk mempresentasikan konsep desain gedung-gedung khusus Ibukota Negara, 10 Maret 2020. Hanya saja, kala itu tidak semua arsitek/ahli yang diundang hadir. “Kami presentasi di depan Menteri PUPR Pak Basuki Hadimoeljono secara bergantian,” beber Nuarta.
Sesuai prosedur yang diterima Nuarta, seluruh visualisasi yang dipresentasikan akan dilaporkan oleh Menteri PUPR kepada Presiden Jokowi pada 13 Maret 2020. “Semua memang kemudian menjadi keputusan Presiden untuk memilih mana konsep desain yang dianggap memenuhi syarat,” tandas pematung berusia 70 tahun ini.
Setelah proses pemilihan tersebut, akhirnya konsep desain Istana Negara yang dibuat Nyoman Nuarta diumumkan sebagai pemenang sayembara, 29 Maret 2021. Namun, ketika Nuarta diumumkan menjadi pemenang sayembara, banyak yang mengkritik hasil karyanya tersebut. “Dikiranya Nyoman Nuarta yang seorang pematung, tidak bisa arsitek. Padahal, saya sudah memiliki biro arsitek sejak tahun 1975,” cerita Nuarta.
Menurut Nuarta, sesuai laporan yang diterimanmya, ada yang menganggap desain gedung rancanannya tidak ramah lingkungan. Padahal, karya ini baru ide dasar, belum dikembangkan. “Kita sekarang diberikan waktu satu bulan mengembangkan desain itu, sebagai pra rencana namanya. Bahan nanti apa dan lain-lain, harus ramah lingkungan,” katanya.
Untuk memperhitungkan hal tersebut, Nuarta bersama timnya sudah memperhitungkan jumlah orang yang ada di dalam gedung. Nuarta sendiri yang akan memberikan ide kepada tim ahli, kemudian tim ahli yang menuangkan dan memimpin agar ide tersebut berjalan konsisten.
Nuarta menyebutkan, jika membahas istana, tidak bisa berbincang membikin istana saja, melainkan ingin menampilkan sebagai karya anak bangsa, tanpa mengecilkan budaya entik lain. Maka itu, sesuai kesepakatan Burung Garuda dijadikan lambang negara. Istana Negara yang dirancang Nuarta berbentuk Burung Garuda setinggi 76 meter dengan sayap membentang sepanjang 200 meter.
“Dalam tubuh Burung Garuda itu, Presiden RI akan berkantor, ditambah dengan unsur-unsur pendukung, seperti sekretariat negara, sekretaris kabinet, dan kantor staf presiden,” katanya. *des
Dalam sayembara membuat desain Istana Negara ini, Nyoman Nuarta bersaing dengan 4 arsitek lainnya: Andra Matin, Supie Yolodi, Yori Antar, dan Sibarani Sofian. Nyoman Nuarta yang sebelumnya sukses membuat Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) yang fenomenal di Bukit Jimbaran, Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Badung akhirnya keluar sebagai pemenang sayembara desain Istana Negara di Ibukota Baru ini.
Menurut Nyoman Nuarta, ada beberapa konsep gedung yang disayembarakan di Ibukota Negara Indonesia yang baru di Kalimantan Timur, seperti Istana Presiden, Istana Wakil Presiden, Komplek DPR RI/MPR/DPD RI, Mahkamah Agung, Kementerian/Lembaga, masjid, gereja katolik, gereja prosttestan, pura, wihara, dan klenteng. Nyoman Nuarta diberikan waktu 12 hari untuk menyusun 12 konsep gagasan desain dalam bentuk visual.
Nyoman Nuarta mengatakan, sebelum membuat rancangan desain tersebut, dirinya mendapat undangan dari Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), 27 Februari 2020 lalu, untuk menghadiri rapat koordinasi Sayembara Istana Negara di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan Ibukota Negara, Kebayoran Baru, Jakarta Pusat. Saat itu, dipresentasikan tentang rencana sayembara terbatas dengan mengundang kalangan arsitek/ahli untuk membahas konsep gagasan desain Isntana Negara.
“Karena melihat undangan ini, saya tertarik dong ikut. Namanya Istana Negara, apa ya, wibawa bangsa-lah itu. Jadi, kita semangat dan betul-betul semangat,” ujar Nuarta saat dikonfirmasi di kediamannya di Bandung, Jawa Barat, Kamis (1/3).
Menurut pematung kenamaan asal Desa Tegallinggah, Kecamatan Penebel, Tabanan ini, secara garis besar dalam undangan tersebut dirinya diminta untuk menyampaikan visualiasasi konsep gagasan desain bangunan berupa sketsa, desain yang mampu menggambarkan kriteria bangunan gedung khusus Ibukota Negara.
Nuarta menyebutkan, tugas yang didapat sangatlah berat. Sebab, para arsitek dan ahli diminta menyelesaikan 12 desain gedung dalam jangka waktu hanya 12 hari. Nah. Kebetulan Nuarta sudah memiliki tim arsitek di studionya di Bandung, sehingga tidak begitu sulit untuk mengerjakan desain tersebut. Nuarta sendiri fungsinya memberikan ide dan gagasan.
“Banyak orang yang mengira saya pematung, kok bisa arsitek? Saya ini sebenarnya sudah biro arsitek sejak tahun 1975, mungkin teman-teman belum lahir saat itu. Dulu kalau kita tidak punya PT, ya nggak dapat proyek pemerintah. Itu sebabnya, kita walaupun seniman, berusaha membuat biro arsitek bernama ‘Nu Art Consultan’. Biro arsitek ini biasa menangani proyek khusus, tetapi kita hampir tidak pernah membuat vila atau rumah,” kenang seniman pantung kelahiran Tabanan, 14 November 1951 ini.
Setelah menemukan ide, Nuarta bersama timnya kemudian memvisualisasikan 12 konsep gagasan gedung secara tepat waktu, 5 Maret 2020. Selanjutnya, Kementerian PUPR meminta kelim arsitek/ahli termasuk Nuarta untuk mempresentasikan konsep desain gedung-gedung khusus Ibukota Negara, 10 Maret 2020. Hanya saja, kala itu tidak semua arsitek/ahli yang diundang hadir. “Kami presentasi di depan Menteri PUPR Pak Basuki Hadimoeljono secara bergantian,” beber Nuarta.
Sesuai prosedur yang diterima Nuarta, seluruh visualisasi yang dipresentasikan akan dilaporkan oleh Menteri PUPR kepada Presiden Jokowi pada 13 Maret 2020. “Semua memang kemudian menjadi keputusan Presiden untuk memilih mana konsep desain yang dianggap memenuhi syarat,” tandas pematung berusia 70 tahun ini.
Setelah proses pemilihan tersebut, akhirnya konsep desain Istana Negara yang dibuat Nyoman Nuarta diumumkan sebagai pemenang sayembara, 29 Maret 2021. Namun, ketika Nuarta diumumkan menjadi pemenang sayembara, banyak yang mengkritik hasil karyanya tersebut. “Dikiranya Nyoman Nuarta yang seorang pematung, tidak bisa arsitek. Padahal, saya sudah memiliki biro arsitek sejak tahun 1975,” cerita Nuarta.
Menurut Nuarta, sesuai laporan yang diterimanmya, ada yang menganggap desain gedung rancanannya tidak ramah lingkungan. Padahal, karya ini baru ide dasar, belum dikembangkan. “Kita sekarang diberikan waktu satu bulan mengembangkan desain itu, sebagai pra rencana namanya. Bahan nanti apa dan lain-lain, harus ramah lingkungan,” katanya.
Untuk memperhitungkan hal tersebut, Nuarta bersama timnya sudah memperhitungkan jumlah orang yang ada di dalam gedung. Nuarta sendiri yang akan memberikan ide kepada tim ahli, kemudian tim ahli yang menuangkan dan memimpin agar ide tersebut berjalan konsisten.
Nuarta menyebutkan, jika membahas istana, tidak bisa berbincang membikin istana saja, melainkan ingin menampilkan sebagai karya anak bangsa, tanpa mengecilkan budaya entik lain. Maka itu, sesuai kesepakatan Burung Garuda dijadikan lambang negara. Istana Negara yang dirancang Nuarta berbentuk Burung Garuda setinggi 76 meter dengan sayap membentang sepanjang 200 meter.
“Dalam tubuh Burung Garuda itu, Presiden RI akan berkantor, ditambah dengan unsur-unsur pendukung, seperti sekretariat negara, sekretaris kabinet, dan kantor staf presiden,” katanya. *des
Komentar