Krama Bali Juga Terdampak Bencana NTT
69 Orang Dilaporkan Meninggal Disapu Banjir Bandang di Adonara, NTT
Sebuah pohon besar di jaba Pura Oebanantha Kupang tumbang dan atap sejumlah bangunan di areal pura terlihat berjatuhan.
JAKARTA, NusaBali
Bencana banjir bandang, tanah longsor, hingga badai dan angin kencang akibat siklon tropis Seroja di berbagai wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Minggu (4/4) dinihari juga menimpa sejumlah krama asal Bali yang bermukim di sana. Sementara hingga, Senin (5/4) kemarin dilaporkan 69 orang tewas dan puluhan lainnya hilang dalam peristiwa banjir bandang di Adonara, Kabupaten Flores Timur dan beberapa wilayah lainnya di Provinsi NTT.
Informasi yang dihimpun NusaBali, Pura tertua dan terbesar di NTT, yakni Pura Oebanantha yang berlokasi di kawasan Fatubesi, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang, NTT juga terdampak. Sebuah pohon besar di jaba Pura Oebanantha tumbang dan atap sejumlah bangunan di areal pura terlihat berjatuhan.
Sementara di lokasi bencana banjir bandang terparah, yakni di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, NTT salah satu rumah krama perantau asal Bali, Nengah Remi ikut tersapu banjir. Kini kondisi Nengah Remi dilaporkan selamat lantaran mengungsi ke tetangga yang rumahnya selamat dari banjir bandang.
"Informasi yang saya dapat, hanya satu umat Hindu terdampak banjir bandang di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur atas nama Nengah Remi," ujar seorang mahasiswa Hindu yang juga Ketua PD KMHDI NTT, I Putu Gede Suastra Wirawan saat dihubungi NusaBali, Senin kemarin. Gede Suastra mengatakan, banjir bandang terjadi karena curah hujan lebat dalam waktu lama.
Akibatnya banyak rumah yang hancur dan rata dengan tanah. "Termasuk rumah Nengah Remi di Pulau Adonara hancur lebur. Tinggal pakaian yang dikenakan saja. Namun saya belum mendapat informasi mengenai profesi dan asal dia dari Bali di mana serta berapa orang keluarganya," ucap Gede Suastra.
Apalagi saat ini listrik di lokasi bencana masih mati dan sinyal susah sehingga sulit untuk komunikasi. Selain Pulau Adonara, kata mahasiswa asal Banjar Swastika, Desa Gadungan, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan ini, hujan lebat juga terjadi di daerah NTT lainnya seperti Sumba dan Kota Kupang.
Di Kota Kupang dilaporkan atap rumah-rumah warga beterbangan, pohon bertumbangan dan banjir mencapai selutut kaki orang dewasa. Rumah perantau Bali pun kena imbas di Kota Kupang. "Atap rumah mereka beterbangan. Namun saya belum mendapat data berapa jumlahnya. Yang pasti, krama Bali aman dan tidak ada korban jiwa," kata Gede Suastra yang tinggal di Kupang ikut pamannya, Wayan Wira Susana, seorang distributor obat dan alat-alat kesehatan juga Ketua PHDI Kota Kupang. Menurutnya rata-rata perantau Bali di Kota Kupang berprofesi sebagai TNI, Polisi, ASN dan wirausaha.
Sedangkan mengenai kondisi Pura Oebanantha di Kota Kupang, mahasiswa semester delapan jurusan Teknik Elektro Universitas Nusa Cendana ini, mengatakan secara keseluruhan aman. Hanya di depan (jaba) pura saja sebuah pohon tumbang. Sejumlah atap (genteng) di areal Pura Oebanantha juga tampak jatuh tersapu badai.
Gede Suastra bersama kader KMHDI NTT lainnya mulai melakukan penggalangan bantuan. Informasi, mereka sebar ke jejaring sosial sejak, Minggu. Mereka tidak membatasi waktu sampai kapan penggalangan bantuan dilakukan. "Semoga banyak umat Hindu maupun masyarakat umum yang berdonasi melalui kami. Nantinya donasi akan kami salurkan kepada masyarakat yang terkena imbas banjir bandang," imbuh pria kelahiran Tabanan, 27 Mei 1999 ini. Hingga, Senin kemarin hujan masih melanda wilayah Kota Kupang.
Sementara Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Maumere, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menyatakan 69 korban meninggal pada peristiwa banjir bandang di Adonara, Kabupaten Flores Timur, NTT. Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Maumere, I Putu Sudayana, Senin kemarin mengatakan 69 korban meninggal itu ditemukan dalam operasi pencarian yang dilakukan tim SAR gabungan selama dua hari sejak, Minggu (4/4) hingga Senin (5/4).
"Jumlah ini masih bersifat sementara karena proses pencarian dilakukan tim SAR masih terus dilakukan di lokasi bencana," kata Putu Sudayana. Tim SAR gabungan terdiri dari Basarnas, TNI/Polri, BPBD, masyarakat Adonara dan Pemda Kabupaten Flores Timur terus melakukan operasi SAR di tiga kecamatan yang terdampak banjir bandang. Menurut dia, tiga kecamatan yang dilanda bencana banjir bandang, yaitu Kecamatan Ile Boleng, Kecamatan Adonara Timur dan Kecamatan Wotan Ulumando. Menurut dia, korban yang ditemukan meninggal itu berasal dari Kecamatan Ile Boleng 57 orang, Kecamatan Adonara sembilan orang dan Kecamatan Ulumando tiga orang.
"Masih ada 19 orang korban di Adonara yang masih dinyatakan hilang dan masih dalam pencarian tim SAR gabungan yang saat ini berada di Adonara," kata I Putu Sudayana. Sedangkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo menempuh jalur darat dari Maumere menuju Larantuka karena terkendala cuaca untuk penerbangan ke lokasi banjir bandang di Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin kemarin. "Seharusnya sekarang akan terbang lagi ke Larantuka setelah 'refueling', namun cuaca di Larantuka tidak memungkinkan sehingga kami putuskan menggunakan rute jalur darat,” kata Doni di Bandara Maumere, NTT.
Berdasarkan keterangan dari BNPB, perjalanan yang harus ditempuh Doni Monardo bersama rombongan untuk mencapai lokasi banjir bandang, juga masih akan menghadapi kendala hal lain, yakni penyeberangan laut menuju Pulau Adonara.
Di Kota Kupang, NTT aktivitas warga, Senin kemarin lumpuh akibat angin kencang dan cuaca ekstrem yang melanda wilayah tersebut dampak dari siklon tropis Seroja. "Pohon-pohon tumbang menutupi jalan, saat ini warga fokus membersihkan rumah masing-masing," kata Bernardus Tokan, seorang warga Kupang. Selain pohon yang bertumbangan hingga menutup akses sejumlah jalan, kabel-kabel listrik dan telepon juga melintang di jalan, akibatnya aliran listrik terganggu.
Berdasarkan informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) angin kencang, longsor, banjir rob dan gelombang pasang melanda ibukota Provinsi NTT itu. Sebanyak 743 KK atau 2.190 warga Kupang terdampak. Selain itu, 10 rumah warga mengalami rusak sedang dan 15 titik akses jalan tertutup pohon tumbang.
Cuaca ekstrem yang melanda Kupang dan sejumlah daerah lainnya di NTT disebabkan oleh siklon tropis Seroja yang tumbuh di wilayah tersebut, dampak paling parah tercatat di Flores Timur dan Lembata, yaitu banjir bandang yang menimbulkan puluhan orang meninggal dunia di Flores Timur dan Lembata.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan dukacita dan sejumlah arahan terkait bencana di NTT. Jokowi memerintahkan jajarannya bergerak cepat menangani dampak bencana di NTT.
"Saya telah memerintahkan kepada Kepala BNPB, Kepala Basarnas, Menteri Sosial, Menteri Kesehatan dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, serta Panglima TNI dan Kapolri untuk melakukan secara cepat evakuasi dan penanganan korban bencana serta penanganannya dampak bencana," kata Jokowi seperti dilihat dari kanal YouTube Setpres, Senin kemarin dilansir detik.com. Dia mengatakan telah menerima laporan soal dampak bencana dari Kepala BNPB. Jokowi mengingatkan warga untuk selalu mematuhi arahan dari pemerintah dan waspada. Dia mengatakan bencana di NTT salah satunya dipicu curah hujan yang ekstrem. Dia meminta jajarannya segera memenuhi kebutuhan para pengungsi. "Saya mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk mengikuti arahan petugas di lapangan dan selalu meningkatkan kewaspadaan dari bencana banjir dan longsor karena meningkatnya curah hujan yang ekstrem," ucapnya.
Sedangkan Ketua DPR RI, Puan Maharani mengucapkan duka cita mendalam kepada para korban banjir bandang di NTT. Puan Maharani meminta tim SAR maupun pihak terkait mencari terus para korban banjir bandang yang terjadi di NTT. Menurut Puan, itu merupakan salah satu langkah maksimal dalam penanganan kedarutan bencana.
"Terus lakukan pencarian korban. Koordinasi semua kekuatan SAR di Flores maupun provinsi NTT, BNPB pusat dan daerah, TNI-Polri serta pemerintah daerah. Tim SAR terdekat seperti di Bali dan NTB, saya harap membantu pencarian korban,” ucap politisi dari PDIP ini. *k22, ant
Informasi yang dihimpun NusaBali, Pura tertua dan terbesar di NTT, yakni Pura Oebanantha yang berlokasi di kawasan Fatubesi, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang, NTT juga terdampak. Sebuah pohon besar di jaba Pura Oebanantha tumbang dan atap sejumlah bangunan di areal pura terlihat berjatuhan.
Sementara di lokasi bencana banjir bandang terparah, yakni di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, NTT salah satu rumah krama perantau asal Bali, Nengah Remi ikut tersapu banjir. Kini kondisi Nengah Remi dilaporkan selamat lantaran mengungsi ke tetangga yang rumahnya selamat dari banjir bandang.
"Informasi yang saya dapat, hanya satu umat Hindu terdampak banjir bandang di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur atas nama Nengah Remi," ujar seorang mahasiswa Hindu yang juga Ketua PD KMHDI NTT, I Putu Gede Suastra Wirawan saat dihubungi NusaBali, Senin kemarin. Gede Suastra mengatakan, banjir bandang terjadi karena curah hujan lebat dalam waktu lama.
Akibatnya banyak rumah yang hancur dan rata dengan tanah. "Termasuk rumah Nengah Remi di Pulau Adonara hancur lebur. Tinggal pakaian yang dikenakan saja. Namun saya belum mendapat informasi mengenai profesi dan asal dia dari Bali di mana serta berapa orang keluarganya," ucap Gede Suastra.
Apalagi saat ini listrik di lokasi bencana masih mati dan sinyal susah sehingga sulit untuk komunikasi. Selain Pulau Adonara, kata mahasiswa asal Banjar Swastika, Desa Gadungan, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan ini, hujan lebat juga terjadi di daerah NTT lainnya seperti Sumba dan Kota Kupang.
Di Kota Kupang dilaporkan atap rumah-rumah warga beterbangan, pohon bertumbangan dan banjir mencapai selutut kaki orang dewasa. Rumah perantau Bali pun kena imbas di Kota Kupang. "Atap rumah mereka beterbangan. Namun saya belum mendapat data berapa jumlahnya. Yang pasti, krama Bali aman dan tidak ada korban jiwa," kata Gede Suastra yang tinggal di Kupang ikut pamannya, Wayan Wira Susana, seorang distributor obat dan alat-alat kesehatan juga Ketua PHDI Kota Kupang. Menurutnya rata-rata perantau Bali di Kota Kupang berprofesi sebagai TNI, Polisi, ASN dan wirausaha.
Sedangkan mengenai kondisi Pura Oebanantha di Kota Kupang, mahasiswa semester delapan jurusan Teknik Elektro Universitas Nusa Cendana ini, mengatakan secara keseluruhan aman. Hanya di depan (jaba) pura saja sebuah pohon tumbang. Sejumlah atap (genteng) di areal Pura Oebanantha juga tampak jatuh tersapu badai.
Gede Suastra bersama kader KMHDI NTT lainnya mulai melakukan penggalangan bantuan. Informasi, mereka sebar ke jejaring sosial sejak, Minggu. Mereka tidak membatasi waktu sampai kapan penggalangan bantuan dilakukan. "Semoga banyak umat Hindu maupun masyarakat umum yang berdonasi melalui kami. Nantinya donasi akan kami salurkan kepada masyarakat yang terkena imbas banjir bandang," imbuh pria kelahiran Tabanan, 27 Mei 1999 ini. Hingga, Senin kemarin hujan masih melanda wilayah Kota Kupang.
Sementara Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Maumere, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menyatakan 69 korban meninggal pada peristiwa banjir bandang di Adonara, Kabupaten Flores Timur, NTT. Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Maumere, I Putu Sudayana, Senin kemarin mengatakan 69 korban meninggal itu ditemukan dalam operasi pencarian yang dilakukan tim SAR gabungan selama dua hari sejak, Minggu (4/4) hingga Senin (5/4).
"Jumlah ini masih bersifat sementara karena proses pencarian dilakukan tim SAR masih terus dilakukan di lokasi bencana," kata Putu Sudayana. Tim SAR gabungan terdiri dari Basarnas, TNI/Polri, BPBD, masyarakat Adonara dan Pemda Kabupaten Flores Timur terus melakukan operasi SAR di tiga kecamatan yang terdampak banjir bandang. Menurut dia, tiga kecamatan yang dilanda bencana banjir bandang, yaitu Kecamatan Ile Boleng, Kecamatan Adonara Timur dan Kecamatan Wotan Ulumando. Menurut dia, korban yang ditemukan meninggal itu berasal dari Kecamatan Ile Boleng 57 orang, Kecamatan Adonara sembilan orang dan Kecamatan Ulumando tiga orang.
"Masih ada 19 orang korban di Adonara yang masih dinyatakan hilang dan masih dalam pencarian tim SAR gabungan yang saat ini berada di Adonara," kata I Putu Sudayana. Sedangkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo menempuh jalur darat dari Maumere menuju Larantuka karena terkendala cuaca untuk penerbangan ke lokasi banjir bandang di Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin kemarin. "Seharusnya sekarang akan terbang lagi ke Larantuka setelah 'refueling', namun cuaca di Larantuka tidak memungkinkan sehingga kami putuskan menggunakan rute jalur darat,” kata Doni di Bandara Maumere, NTT.
Berdasarkan keterangan dari BNPB, perjalanan yang harus ditempuh Doni Monardo bersama rombongan untuk mencapai lokasi banjir bandang, juga masih akan menghadapi kendala hal lain, yakni penyeberangan laut menuju Pulau Adonara.
Di Kota Kupang, NTT aktivitas warga, Senin kemarin lumpuh akibat angin kencang dan cuaca ekstrem yang melanda wilayah tersebut dampak dari siklon tropis Seroja. "Pohon-pohon tumbang menutupi jalan, saat ini warga fokus membersihkan rumah masing-masing," kata Bernardus Tokan, seorang warga Kupang. Selain pohon yang bertumbangan hingga menutup akses sejumlah jalan, kabel-kabel listrik dan telepon juga melintang di jalan, akibatnya aliran listrik terganggu.
Berdasarkan informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) angin kencang, longsor, banjir rob dan gelombang pasang melanda ibukota Provinsi NTT itu. Sebanyak 743 KK atau 2.190 warga Kupang terdampak. Selain itu, 10 rumah warga mengalami rusak sedang dan 15 titik akses jalan tertutup pohon tumbang.
Cuaca ekstrem yang melanda Kupang dan sejumlah daerah lainnya di NTT disebabkan oleh siklon tropis Seroja yang tumbuh di wilayah tersebut, dampak paling parah tercatat di Flores Timur dan Lembata, yaitu banjir bandang yang menimbulkan puluhan orang meninggal dunia di Flores Timur dan Lembata.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan dukacita dan sejumlah arahan terkait bencana di NTT. Jokowi memerintahkan jajarannya bergerak cepat menangani dampak bencana di NTT.
"Saya telah memerintahkan kepada Kepala BNPB, Kepala Basarnas, Menteri Sosial, Menteri Kesehatan dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, serta Panglima TNI dan Kapolri untuk melakukan secara cepat evakuasi dan penanganan korban bencana serta penanganannya dampak bencana," kata Jokowi seperti dilihat dari kanal YouTube Setpres, Senin kemarin dilansir detik.com. Dia mengatakan telah menerima laporan soal dampak bencana dari Kepala BNPB. Jokowi mengingatkan warga untuk selalu mematuhi arahan dari pemerintah dan waspada. Dia mengatakan bencana di NTT salah satunya dipicu curah hujan yang ekstrem. Dia meminta jajarannya segera memenuhi kebutuhan para pengungsi. "Saya mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk mengikuti arahan petugas di lapangan dan selalu meningkatkan kewaspadaan dari bencana banjir dan longsor karena meningkatnya curah hujan yang ekstrem," ucapnya.
Sedangkan Ketua DPR RI, Puan Maharani mengucapkan duka cita mendalam kepada para korban banjir bandang di NTT. Puan Maharani meminta tim SAR maupun pihak terkait mencari terus para korban banjir bandang yang terjadi di NTT. Menurut Puan, itu merupakan salah satu langkah maksimal dalam penanganan kedarutan bencana.
"Terus lakukan pencarian korban. Koordinasi semua kekuatan SAR di Flores maupun provinsi NTT, BNPB pusat dan daerah, TNI-Polri serta pemerintah daerah. Tim SAR terdekat seperti di Bali dan NTB, saya harap membantu pencarian korban,” ucap politisi dari PDIP ini. *k22, ant
Komentar