Pasien BRSUD Tabanan Dirawat di Selasar
Mengingat bed (tempat tidur) terbatas, 19 pasien lainnya yang menunggu kamar di ruang transit.
TABANAN, NusaBali
Sementara dua pasien rawat inap terpaksa dirawat di selasar. Kepala Bagian Humas BRSUD Tabanan, Made Suarjaya saat dihubungi per telepon, membenarkan jika dua pasien rawat inap sampai dirawat di selasar.
Hal itu dilakukan karena BRSUD Tabanan tidak boleh menolak pasien meski kamar sudah penuh. Apalagi keluarga pasien yang bersangkutan tak mempermasalahkan dirawat di selasar sembari menunggu dapat kamar. Suarjaya menambahkan, hingga pukul 22.00 Wita, sebanyak 19 pasien rawat inap masih menunggu kamar di ruang transit.
Suarjaya menambahkan, tak bisa serta merta kirim pasien untuk rawat inap di RS Nyitdah yang berlokasi di Desa Nyitdah, Kecamatan Kediri. Sebab di RS Nyitdah hanya kasus-kasus tertentu yang bisa dirawat disana. Mengingat pasien yang membeludak, terpaksa bed di IRD dipepet-pepetkan sehingga pasien berhimpitan. “Di UGD penuh sehingga dua pasien rawat inap terpaksa ditempatkan di selasar sambil menunggu kamar kosong,” terang Suarjaya.
Diterangkan, mereka yang berobat ke BRSUD Tabanan tak ada kasus menonjol. Kebanyakan di antara pasien keluhkan panas. Namun belum bisa divonis demam berdarah karena harus menunggu perkembangan pasien. “Bisa saja setelah tiga hari mengarah ke tipus,” imbuhnya. Mereka yang dirawat di selasar segera dipindahkan jika sudah ada kamar. Meski dirawat di selasar, penanganan tetap sama dengan yang dapat kamar.
Saat ini BRSUD Tabanan memiliki 225 bed. Ideal perbandingannya 1 bed untuk 1.000 penduduk. “Idealnya BRSUD Tabanan memiliki 450 bed,” terang Suarjaya. BRSUD Tabanan masih kekurangan bed apalagi jadi rumah sakit rujukan. Dalam sehari rata-rata pasien rawat inap masuk sekitar 48 pasien. * k21
Sementara dua pasien rawat inap terpaksa dirawat di selasar. Kepala Bagian Humas BRSUD Tabanan, Made Suarjaya saat dihubungi per telepon, membenarkan jika dua pasien rawat inap sampai dirawat di selasar.
Hal itu dilakukan karena BRSUD Tabanan tidak boleh menolak pasien meski kamar sudah penuh. Apalagi keluarga pasien yang bersangkutan tak mempermasalahkan dirawat di selasar sembari menunggu dapat kamar. Suarjaya menambahkan, hingga pukul 22.00 Wita, sebanyak 19 pasien rawat inap masih menunggu kamar di ruang transit.
Suarjaya menambahkan, tak bisa serta merta kirim pasien untuk rawat inap di RS Nyitdah yang berlokasi di Desa Nyitdah, Kecamatan Kediri. Sebab di RS Nyitdah hanya kasus-kasus tertentu yang bisa dirawat disana. Mengingat pasien yang membeludak, terpaksa bed di IRD dipepet-pepetkan sehingga pasien berhimpitan. “Di UGD penuh sehingga dua pasien rawat inap terpaksa ditempatkan di selasar sambil menunggu kamar kosong,” terang Suarjaya.
Diterangkan, mereka yang berobat ke BRSUD Tabanan tak ada kasus menonjol. Kebanyakan di antara pasien keluhkan panas. Namun belum bisa divonis demam berdarah karena harus menunggu perkembangan pasien. “Bisa saja setelah tiga hari mengarah ke tipus,” imbuhnya. Mereka yang dirawat di selasar segera dipindahkan jika sudah ada kamar. Meski dirawat di selasar, penanganan tetap sama dengan yang dapat kamar.
Saat ini BRSUD Tabanan memiliki 225 bed. Ideal perbandingannya 1 bed untuk 1.000 penduduk. “Idealnya BRSUD Tabanan memiliki 450 bed,” terang Suarjaya. BRSUD Tabanan masih kekurangan bed apalagi jadi rumah sakit rujukan. Dalam sehari rata-rata pasien rawat inap masuk sekitar 48 pasien. * k21
1
Komentar