Arloji Klasik, Gaya dan Investasi
Belum lama ini, Apple melansir Apple Watch dengan harga relatif mahal. Kehadiran Apple Watch dipandang skeptik oleh beberapa pakar investasi, karena koleksi itu tidak bisa dianggap sebagai koleksi aset atau investasi.
DENPASAR, NusaBali
“Jangan melihat jam tangan berteknologi sebagai investasi,” kata Ariel Adams, Founder, AblogtoWatch.com. “Beli dengan harga sekarang dan jual dengan harga tinggi, tidak berlaku di dunia bisnis jam tangan,” imbuhnya. Alasan besar Adams karena kondisi pasar jam tangan yang fluktuatif dan sifatnya cenderung monoton.
Jangankan jam tangan mahal berteknologi, pasar jam tangan klasik mahal yang terbukti memiliki pasar, kondisinya pun selalu berubah-ubah.
Menurut Adams, faktor yang mempengaruhi harga jam tangan klasik tidak jelas dan tidak tentu. Sebab, seorang kolektor jam tangan juga bisa membuat harga jam tangan berubah naik dan turun.
Selain itu, tren budaya pop juga memiliki peran dalam mempengaruhi harga jam tangan.
Adams pun memberi contoh, misalnya, jam tangan yang dikenakan oleh James Bond bisa jadi lebih tinggi ketika dirilis di pergelangan tangan Sean Connery dalam film Dr No.
Jadi, sangat sulit memperkirakan harga jam tangan di masa sekarang dan masa depan.
Stephen Pulvirent, jurnalis mengenai jam tangan di Bloomberg, setuju dengan penjelasan Adams.
“Jika Anda mencari investasi yang aman, simpan uang di reksa dana atau mutual fund,” kata Pulvirent seperti dilansir fortune.
Dunia bisnis investasi jam tangan, sekarang ini, sedang mengalami guncangan akibat krisis ekonomi dunia. Pada pasar jam tangan klasik, untuk sebagian besar orang kaya di dunia, bisnis ini masih menghembuskan angin segar.
“Koleksi jam tangan klasik dari merek terjamin masih tinggi peminat,” ujar Paul Altieri, pengamat bisnis jam tangan dan CEO perusahaan bisnis jam klasik, Bob’s Watches.
Dua tahun belakangan, kata Altieri, permintaan jam tangan jam dan Tudor klasik, meningkat hingga 20 persen dan meningkat 50 persen selama empat tahun belakangan.
Ledakan permintaan jam klasik, menurut Altieri, dipengaruhi internet dan media sosial yang melambungkan ketertarikan orang terhadap koleksi klasik secara pesat.
Selanjutnya...
Komentar