Lagi, Sampah Kotori Hutan Mangrove
Sampah yang bertebaran di hutan mangrove didominasi sampah rumah tangga. Sudah lima truk atau setara 10 ton sampah berhasil diangkut dari lokasi.
MANGUPURA, NusaBali
Sampah kembali menumpuk di kawasan hutan mangrove, kawasan Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung. Alhasil, hutan mangrove tampak kumuh dengan keberadaan sampah tersebut. Sampah didominasi sampah rumah tangga.
Camat Kuta Selatan Ketut Gede Arta, mengatakan di kawasan hutan mangrove sebelah Lapangan Lagoon, Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, sudah bersih dari sampah, setelah petugas Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK) Badung, turun melakukan pembersihan. Namun, belakangan kembali muncul sampah di lokasi itu. “Kami bersihkan lagi sampah yang di sebelah Lapangan Lagoon, Sabtu (10/4). Ada sekitar lima truk atau sekitar 10 ton sampah kami angkut. Padahal, di lokasi sudah kami pasangi spanduk, tapi masyarakat tetap nekat buang sampah sembarangan,” kata Gede Arta, Minggu (11/4).
Menurut Gede Arta, berbagai upaya dilakukan guna mengatasi adanya oknum tidak bertanggungjawab yang membuang sampah sembarangan, khususnya di kawasan hutan mangrove. Hanya, kata dia, kesadaran masyarakat masih perlu terus ditingkatkan lagi, agar ke depan tidak ada lagi oknum yang membuang sampah sembarangan.
Guna merubah cara pandang terkait penanganan sampah, salah satu yang diupayakan dengan menggerakkan element masyarakat untuk lebih peduli dengan lingkungan. Salah satu yang digaungkan dengan membuat gerakan mengatasi sampah berbasis sumber. “Ini yang kami gencarkan saat ini. Kami beri edukasi kepada masyarakat untuk penanganan mulai dari rumah tangga. Karena biar pun kami pasang spanduk, tapi masyarakat tetap nekat buang karena tidak tahu tahapan penanganan, ya tetap sama saja hasilnya,” kata Gede Arta.
“Kami akan tingkatkan lagi dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat supaya memilah sampah, kalau yang organik bisa dibuatkan pupuk kompos, sedangkan sampah non organik kami arahkan untuk dijual di bank sampah yang ada di masing-masing banjar. Ya, dengan demikian kami bisa mengatasi persoalan masyarakat yang buang sampah sembarang,” tandas Gede Arta.
Sebelumnya diberitakan, hutan mangrove di kawasan Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, penuh dengan sampah. Keberadaan sampah di hutan mangrove yang tak jauh dari Lapangan Lagoon tersebut didominasi sampah plastik.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK) Kabupaten Badung, pun mengaku terkejut dengan keberadaan sampah tersebut. Sebab, baru mengetahui, Minggu (21/3) pagi. Kepala Bidang Pengelolaan Kebersihan dan Limbah Berbahaya dan Racun, Dinas LHK Badung AA Gede Agung Dalem, menegaskan telah melakukan pengecekan ke lokasi. Dia memperkirakan hutan mangrove tersebut dijadikan tempat pembuangan sampah secara ilegal oleh oknum yang tidak bertanggungjawab.
Gung Dalem mengatakan, sampah yang bertebaran di hutan mangrove merupakan sampah rumah tangga. Birokrat asal Klungkung itu memperkirakan tumpukan sampah mencapai 10 truk. *dar
Camat Kuta Selatan Ketut Gede Arta, mengatakan di kawasan hutan mangrove sebelah Lapangan Lagoon, Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, sudah bersih dari sampah, setelah petugas Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK) Badung, turun melakukan pembersihan. Namun, belakangan kembali muncul sampah di lokasi itu. “Kami bersihkan lagi sampah yang di sebelah Lapangan Lagoon, Sabtu (10/4). Ada sekitar lima truk atau sekitar 10 ton sampah kami angkut. Padahal, di lokasi sudah kami pasangi spanduk, tapi masyarakat tetap nekat buang sampah sembarangan,” kata Gede Arta, Minggu (11/4).
Menurut Gede Arta, berbagai upaya dilakukan guna mengatasi adanya oknum tidak bertanggungjawab yang membuang sampah sembarangan, khususnya di kawasan hutan mangrove. Hanya, kata dia, kesadaran masyarakat masih perlu terus ditingkatkan lagi, agar ke depan tidak ada lagi oknum yang membuang sampah sembarangan.
Guna merubah cara pandang terkait penanganan sampah, salah satu yang diupayakan dengan menggerakkan element masyarakat untuk lebih peduli dengan lingkungan. Salah satu yang digaungkan dengan membuat gerakan mengatasi sampah berbasis sumber. “Ini yang kami gencarkan saat ini. Kami beri edukasi kepada masyarakat untuk penanganan mulai dari rumah tangga. Karena biar pun kami pasang spanduk, tapi masyarakat tetap nekat buang karena tidak tahu tahapan penanganan, ya tetap sama saja hasilnya,” kata Gede Arta.
“Kami akan tingkatkan lagi dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat supaya memilah sampah, kalau yang organik bisa dibuatkan pupuk kompos, sedangkan sampah non organik kami arahkan untuk dijual di bank sampah yang ada di masing-masing banjar. Ya, dengan demikian kami bisa mengatasi persoalan masyarakat yang buang sampah sembarang,” tandas Gede Arta.
Sebelumnya diberitakan, hutan mangrove di kawasan Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, penuh dengan sampah. Keberadaan sampah di hutan mangrove yang tak jauh dari Lapangan Lagoon tersebut didominasi sampah plastik.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK) Kabupaten Badung, pun mengaku terkejut dengan keberadaan sampah tersebut. Sebab, baru mengetahui, Minggu (21/3) pagi. Kepala Bidang Pengelolaan Kebersihan dan Limbah Berbahaya dan Racun, Dinas LHK Badung AA Gede Agung Dalem, menegaskan telah melakukan pengecekan ke lokasi. Dia memperkirakan hutan mangrove tersebut dijadikan tempat pembuangan sampah secara ilegal oleh oknum yang tidak bertanggungjawab.
Gung Dalem mengatakan, sampah yang bertebaran di hutan mangrove merupakan sampah rumah tangga. Birokrat asal Klungkung itu memperkirakan tumpukan sampah mencapai 10 truk. *dar
Komentar