Putri Koster Sebut Umbu sebagai 'Guru Alam'
Mahaguru Penyair Berjuluk Presiden Malioboro Diupacarai Kurukudu
MANGUPURA, NusaBali
Jenazah mahaguru penyair Umbu Landu Paranggi, 77, telah diupacarai kurukudu yakni sebuah ritual adat Sumba, Nusa Tenggara Timur, di Taman Makam Kristiani Mumbul, Kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, Senin (12/4) siang.
Istri Gubernur Bali Wayan Koster, Ni Putu Putri Suasti, juga ikut memberikan penghormatan terakhir untuk mahaguru penyair berjuluk ‘Presiden Malioboro’. Putri Suastini Koster sebut Umbu Landu Paranggi sebagai ‘Guru Alam’.
Jenazah Umbu Landu Paranggi tiba di Taman Makam Kristiani Mumbul, Senin siang pukul 13.00 Wita, setelah dibawa dari RS Bali Mandara, Jalan Bypass Ngurah Rai Sanur, Denpasar Selatan. Para pelayat mulai dari pihak keluarga besar, komunitas Flobamora (Flores, Sumba, Timor, Alor), seniman, sastrawan, hingga para anak didik Umbu sudah lebih dulu berada di lokasi. Tidak ada prosesi iring-iringan jenazah maupun tabur bunga, karena ini merupakan upacara peristirahatan sementara ke jalan sunyi. Sedangkan pemakaman hanya akan dilakukan di Sumba, tanah kelahiran Umbu.
Saat tiba, jenazah Umbu dilakukan prosesi liturgi menurut tata cara Kristiani yang diikuti dengan ritual kurukudu sebagaimana yang selama ini menjadi tradisi dan adat Sumba. Upacara kurukudu pada intinya mengantarkan Umbu ke ruang sunyi untuk berinstirahat sementara. Umbu beristirahat di blok khusus, dengan jaminan 20 tahun dan diberikan perawatan oleh pihak yayasan pengelola taman pemakaman. Pada peristirahatan sementaranya, Umbu ditutupi dengan kain khas Sumba.
Setelah prosesi peristirahatan Umbu di ruang sunyi selesai, dilakukan juga acara penghormatan berupa sambutan, testimoni, ungkapan kasih dari para murid dan teman dekat, serta pembacaan puisi di wantilan/rumah duka. Selain disaksikan pelayat yang datang langsung ke Taman Makam Mumbul, prosesi peristirahatan sementara Umbu di ruang sunyi juga disiarkan secara live streaming melalui kanal Zoom/Youtube/Facebook/Instagram.
Menantu Umbu, yakni Umbu Rihimeha Anggung Praing, mengatakan pihak keluarga besar berharap agar pandemi Covid-19 ini segera meredam sehingga jenazah almarhum bisa dipulangkan ke tanah kelahirannya di Sumba. Sebagai perwakilan keluarga, dia menyampaikan terima kasih kepada orang-orang yang mengenal dan membantu Umbu selama ini, di mana pun dia berada. “Ucapan terima kasih kami kepada Pemerintah Bali, juga Kesultanan Jogja di mana Pak Umbu berkreativitas sehingga sampai pada jalan sunyi ini,” kata Rihimeha.
Rihimeha mengatakan, banyak nilai yang diberikan oleh Umbu kepadanya. Begitu juga kepada murid-muridnya. Rihimeha terkenang ketika tamat kuliah S2, dia bertandang ke Lembah Pujian, Desa Peguyangan Kangin, Kecamatan Denpasar Utara di mana Umbu tinggal. Kala itu, Umbu banyak mengajari Rihimeha nilai-nilai kehidupan yang sesungguhnya.
“Saat itu beliau berkata bahwa S2 sudah banyak, tetapi S2 itu tergantung dari bacaannya. ‘Kau harus selalu ada di dalam ruang sunyi, sepi dalam keheningan’. Begitu katanya. Saya waktu itu tidak mengerti dengan apa yang mertua saya katakan, karena saya bukan sastrawan. Lalu, saya mencari di buku dan ketemu di buku Madam Teresa. Saya dapat pelajaran di sana bahwa tidak ada manusia yang menemui Tuhan dalam suasana hiruk-pikuk,” cerita Rihimeha.
Rihimeha menyebutkan, upacara kurukudu dilakukan untuk sementara, sebelum pemakaman nanti di tanah Sumba. Seluruh rangkaian upacara kurukudu dilakukan oleh pihak keluarga yang berjumlah 15 orang, baik yang datang dari Sumba maupun yang bermukim di Bali. “Ini merupakan tempat peristirahatan sementara, berarti Pak Umbu masih ada di sekitar kita, belum mengendarai kuda putih, kuda merah untuk sampai ke surga,” katanya.
Sementara, Ketua Flobamora Bali, Yusdi Diaz, menyampaikan terima kasih atas semua kepercayaan untuk bersinergi menyiapkan jalan keluar terbaik bagi putra Sumba yang sangat melegenda, Umbu Landu Paranggi. Yusdi berharap apa yang Umbu ajarkan secara sunyi senyap tapi nyata, bisa membuat bibit-bibit jadi tumbuh subur.
“Beliau (Umbu) memberikan dirinya sebagai pupuk dan kita akan melihat kebangkitan sastra Indonesia. Semoga sang pejalan sunyi bisa diantarkan dari ruang sunyinya ke Sumba pada waktu yang disediakan Tuhan,” papar Yusdi.
Kepergian Umbu Landu Paranggi buat selamanya, juga menyisakan kenangan bagi Putri Suastini Koster. Menurut istri Gubernur Koster ini, jenazah Umbu akan ‘diistirahatkan’ sementara di lokasi sembari menunggu kondisi memungkinkan untuk dibawa ke tempat peristirahatannya yang terakhir di tanah kelahirannya, Sumba.
“Kami bukan sedih, hanya saja kami merasa secara fisik kami tidak bisa berdekatan. Secara fisik kehilangan, namun kami juga bersyukur bahwa Bapak Umbu kini telah pergi untuk meraih kebahagiaan,” ujar Putri Koster, saat hadir dalam acara penghormatan inkulturasi antara liturgi Kristiani dan ritual kurukudu di Taman Makam Kristiani Mumbul, Senin kemarin.
Putri Koster menilai di balik kepolosan dan konsistensi Umbu dalam dunia sastra, sesungguh almarhum tidak hanya berlaku sebagai guru sastra, tetapi juga ‘guru alam’ bagi kita semua. Seniwati multitalenta ini juga sangat mengagumi jasa-jasa Umbu, sosok yang sering disebut mahaguru para penyair di Indonesia tersebut. Menurut Putri Koster, peran Umbu begitu luar biasa bagi perkembangan dunia sastra di Bali, meskipun Pulau Dewata bukan merupakan tanah kelahirannya.
“Bayangkan, beliau yang lahir dari darah biru, keluarga bangsawan di tanah Sumba, nyatanya berperan besar dalam tatanan tingkah laku hidup yang baik di Bali, Jawa, Sumatra, dan lainnya. Itu yang membuat kita semakin bangga dengan beliau,” katanya.
Putri Koster juga mengibaratkan sang mahaguru penyair seperti satu sayap yang mengepak menempuh jalan sunyi, sementara sayap lainnya dikepak sang istri untuk menata kehidupan keluarga. “Keduanya sama-sama memberikan makna pada orang-orang di sekitarnya. Beliau telah menorehkan banyak pelajaran hidup kepada para muridnya yang tersebar di seluruh Tanah Air, terus bergerak di ruang sunyi, tak kenal lelah.”
Putri Koster berharap, apa yang diwariskan oleh Umbu seyogyanya jadi momentum untuk kembali mengasah bathin serta lelaku lewat sastra dan kata-kata. Menurut Putri Koster, jangan hanya sekadar bangga dengan ketokohan Umbu Landu Paranggi, namun petik juga apa yang sudah beliau berikan. Pasalnya, Umbu tidak hanya bersastra, namun juga lelaku hidup yang baik.
“Mari kita petik lelaku hidupnya dan jadikan pedoman. Yang terpenting, doa kita bersama bagi beliau yang sudah memberikan tuntunan terbaik bagi kita,” pesan Putri Koster.
Sementara itu, dua orang perwaklan murid Umbu kemarin membacakan sejumlah puisi sebagai tanda kasih dan penghormatan kepada sang mahguru. Pertama, Wayan Jengki Sunarta membawakan puisi ‘Kata Kata Kata’ karya Umbu dan ‘Kuda’ karya sendiri. Kedua, Pranita Dewi membacakan puisi berjudul ‘Sajak Kecil’ karya Umbu Landu Paranggi.
Umbu Landu Paranggi sendiri menghembuskan napas terakhir dalam peratawan di RS Bali Mandara, Jalan Bypass Ngurah Rai Sanur, Denpasar Selatan, Selasa (6/4) dinihari pukul 03.55 Wita. Sebelum berpulang, Umbu sempat selama tiga hari dirawat di RS, sejak Sabtu (3/4) sore.
Almarhum Umbu lahir di Kananggar, Waingapu, Sumba Timur, NTT, 10 Agustus 1943. Berkat sentuhan Umbu, lahir banyak penyair maupun sastrawan besar, seperti Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun, Korrie Layun Rampan, dan Linus Suryadi AG. *ind,nat
Komentar