Bertugas Sejak 2006, Diupah Rp 800.000/Bulan
Gusti Ketut Keramas, Spesialis Angkut Jenazah di Ubud
GIANYAR, NusaBali
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kelurahan./Kecamatan Ubud, Gianyar, punya kendaraan khusus ambulans pengangkut jenazah.
Ambulans ini melayani masyarakat 13 banjar/lingkungan se-Kelurahan Ubud. Gusti Ketut Keramas sejak tahun 2006 jadi sopir ambulans ini. Gajinya, sekitar Rp 800.000/bulan. Meski demikian, dia tetap semangat menjalankan tugas. "Saya ikhlas melayani masyarakat. Membantu LPM Kelurahan Ubud, khususnya melayani pengangkutan jenazah masyarakat Kelurahan Ubud yang memerlukan," jelasnya saat dihubungi, Kamis (15/4).
Biasanya, Gusti Ketut Keramas bertugas mengambil jenazah warga Ubud dari rumah sakit menuju rumah duka. Selama 15 tahun bertugas, tak terhitung berapa jumlah jenazah yang sudah diangkutnya. "Lebih dari seratus, tidak persis bisa saya hitung. Yang jelas, saya diberikan mandat membawa ambulans LPM Kelurahan Ubud, menangani 13 lingkungan yang memerlukan armada," jelasnya.
Hampir setiap hari, Gusti Ketut Keramas mendapatkan panggilan. Seperti beberapa hari terakhir menjelang Galungan, dia sudah melayani pengangkatan 5 jenazah. Banyak kisah yang dialami selama bertugas. Terutama kisah seram berbau mistis. Namun karena semangatnya untuk ngayah, dia selalu berupaya melawan rasa takutnya. "Dulu pernah sampai dihadang bojog (kera), kaca ditempel kain kasa. Kalau saat ini sih sementara tidak ada diganggu, karena saya ikhlas membantu," jelasnya.
Karena jasanya yang unik, Gusti Ketut Keramas sudah cukup dikenal oleh masyarakat. Bagi yang memerlukan ambulans, bisa langsung menghubungi Gusti Ketut atau bisa melalui kelian banjar masing-masing. Untuk biaya operasional, kata Gusti Ketut, sepenuhnya ditanggung LPM Kelurahan Ubud. Bahkan cukup sering Ketua LPM Tjokorda Gde Raka Sukawati alias Cok De, salah seorang tokoh Puri Agung Ubud, merogoh kocek pribadi. "Premium, ganti oli, ban pecah, kerusakan mobil dulu dibiayai Yayasan Bina Wisata Ubud. Tapi sekarang karena yayasan belum bisa, saya langsung minta ke Cokorda Aji (sebutan lain Cok De)," jelas Gusti Ketut.
Dia mengakui, dalam masa pandemi ini pekerjaan sebagai sopir ambulans termasuk pengangkut jenazah merupakan pekerjaan berisiko terpapar Covid-19. ‘’Karena ini panggilan kemanusiaan, seperti pesan Cokorda Aji, saya harus lakukan. Apa pun risikonya,’’ ujar laki-laki asal Banjar/Lingkungan Taman, Kelurahan Ubud ini.
Untuk mengurangi, Gusti Ketut taati prosedur dengan memakai APD (alat pelindung diri). "Ini tentunya dalam pengangkutan jenazah mesti dilengkapi dengan alat pelindung diri (APD) dan penerapan protokol kesehatan (prokes) ketat," jelasnya.
Kepala Pelaksana BPBD Gianyar Ida Bagus Suamba sebelumnya juga menyampaikan di samping tetap menjalankan tugas penanganan kebencanaan, BPBD Gianyar juga mendapat tambahan kerja. Tenaga di BPBD juga ditugaskan membantu pengangkutan jenazah yang dinyatakan positif Covid.
Bahkan setiap ada jenazah Covid-19, langsung ditangani oleh BPBD. Kalau dewasa baik, ada sampai 10 jenazah yang diangkut sehari. " Kalau meninggal, jenazah ngak langsung diangkut, nanti sekalian diangkut, menunggu hari baik," jelasnya. Selama menunggu dewasa baik, ada dua tempat penitipan jenazah, yakni di RSUD Sanjiwani dan RS Ari Canti. *nvi
1
Komentar