Nyalon Karena Sinetron, Sempat Gemetar Hadapi Dewan
Lolos fit and proper test di usia 22 tahun, Ni Putu Mirayanthi Utami melanjutkan kirah ibu kandungnya, Ni Nyoman Sri Mudani, yang kini masih menjadi komisioner KPID Bali 2014-2017
Cerita Ni Putu Mirayanthi Utami Lolos Jadi Komisioner KPID Bali Termuda
DENPASAR, NusaBali
Uji kelayakan dan kepatutan calon komisioner Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Provinsi Bali 2017-2020 di Gedung DPRD Bali, Niti Mandala Denpasar, Selasa (29/11), bukan hanya ditandai kejutan dengan bergugurannya para kandidat incumbent. Kejutan lainnya, seorang gadis berusia 22 tahun juga terpilih sebagai komisioner ‘termuda’. Dia adalah Ni Putu Mirayanthi Utami. Uniknya, Putu Mirayanthi Utami tertarik ikut seleksi calon KPID Bali karena sinetron, kemudian lolos sempat gemetar hadapi anggota Dewan.
Putu Mirayanthi Utami notabene merupakan putri dari Ni Nyoman Sri Mudani, tokoh yang kini masih menjadi komisioner KPID Bali 2014-2017. Dalam seleksi akhir melalui fit and proer test di Komisi I DPRD Bali sepekan lalu, dara kehaliran Denpasar, 30 Januari 1994, ini terpilih bersama 6 calon komisioner KPID Bali lainnya. Dari 6 kandidat yang lolos ke kursi KPID Bali 2017-2020, hanya satu di antaranya berstatus incumbent (masih menjabat periode 2014-2017), yakni AA Gede Rai Sahadewa.
Sedangkan 6 kandidat yang dinyatakan lolos lainnya, semua merupakan figur new comer, termasuk Putu Mirayanthi Utami. Di samping Putu Mirayanthi (dapat ranking tiga dengan nilai 88,50), 5 new comer lainnya yang masing-masing I Made Sunarsa (dapat nilai tertinggi 94,09), Ni Wayan Yudiartini (ranking kedua/nilai 88,63), I Wayan Sudiarsa (ranking empat/nilai 87,27), I Nyoman Karta Widnyana (ranking lima/nilai 85,90), dan I Gusti Ngurah Murtana (rankiong enam/nilai 85,45).
Kepada NusaBali, Putu Mirayanthi terus terang mengaku tidak menyangka bakal lolos dan dapat prediket komisioner KPID Bali termuda. Putu Mirayanthi sendiri awalnya hanya coba-coba ikut bersaing dan melamar sebagai calon komisioner KPID. Coba-coba yang dimaksud, berusaha bersaing karena tahu melawan incumbent bukan masalah gampang. Kebetulan, bidang ilmu hukum yang baru saja diselesaikannya di Fakultas Hukum Unud masih ada kaitannya dengan masalah penyiaran.
"Keterkaitan dengan masalah penyiaran itu terutama soal regulasi. Saya akhirnya melamar dan ikut tes calon KPID Bali," kenang Putu Mirayanthi saat ditemui NusaBali di kawasan Jalan Hayam Wuruk Denpasar, belum lama ini.
Selain itu, kata Mirayanthi, dirinya maju bersaing juga karena ada hal-hal menyangkut dunia penyiaran yang menantang. Misalnya, adanya tayangan sinetron di sebuah televisi swasta yang bertentangan dengan hati nuraninya. Konten-konten siaran dianggap negatif san tidak sesuai dengan budaya ketimuran, mulai dari cara berpakaian para remaja yang ditampilkan dari sinetron.
Menurut Mirayanthi, sinetron di salah satu televisi swasta ini juga sempat diungkap ketika melanggar aturan penyiaran dalam proses uji kelayakan calon komisioner KPID Bali di Komisi I DPRD Bali, pekan lalu. "Karena konten siaran ini pula yang membuat saya tertantang ikut maju nyalon," kenang mantan anggota Bidang I Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unud dan Ketua Kelompok Peduli Penyiaran Provinsi Bali ini.
Ternyata, dari coba-boca bertarung, Mirayanthi justru sukses tembus sebagai anggota termuda KPID Bali 2017-2017. Dalam fit and proper test, dia lolos sebagai peringkat ketiga, di bawah Made Sunarsa (kader PDIP asal Buleleng yang kini Staf Ahli Fraksi PDIP DPRD Bali) dan Ni Wayan Yudiartini. Dia berhasil menyisihkan deretan kandidat incumbent seperti I Nengah Muliarta, Ni Putu Suaryani, dan I Gusti Agung Ngurah Alit Sumantri.
Sebelum dinyatakan lolos seleksi, Mirayanthi mengaku sempat juga gemetar saat menghadapi anggota Dewan dalam uji kelayakan dan kepatutan di Komisi I DPRD Bali. "Bayangkan, saya menghadapi 11 anggota Dewan yang mencecar berbagai pertanyaan. Saya sempat gemetar juga,” tutur gadis asal Banjar Ambengan, Desa Pedungan, Kecamatan Denpasar Selatan yang merupakan anak sulung dari dua bersaudara keluarga pasangan I Ketut Mudawan dan Ni Nyoman Sri Mudana ini.
Menurut Mirayanthi, dirinya selama ini aktif di kelompok peduli penyiaran. Bahkan, dia dipercaya menjadi Ketua Kelompok Peduli Penyiaran Provinsi Bali. Dengan pooisisinya itu, dia banyak diskusi terkait masalah penyiaran. Materi kuliahnya di Fakultas Hukum Unud juga banyak membahas siaran televisi. Kecuali itu, Mirayanthi juga kerap menonton tayangan sinetron dan siaran yang konten siarannya negatif.
Ketika ditanya apakah punya cantelan orang partai, sehingga bisa lolos uji kelayakan calon komisioner KPID Bali di Komisi I Dewan, Mirayanthi mengaku tidak kenal yang namanya dunia politik, apalagi orang-orang partai. "Saya nggak kenal orang politik. Meskipun ibu saya anggota KPID Bali, itu juga tidak ada kaitannya. Ibu saya tahu saya ikut melamar, tapi dia hanya memberikan semangat," ujar kakak dari I Made Galih Hendrawan, 13 ini.
Mirayanthi mengaku sudah punya bayangan apa yang akan dilakukan saat bertugas sebagai komisioner KPID Bali nanti. Salah satunya, melaksanakan program aksi komi-sioner sebelumnya. Kemudian, mengawal konten siaran yang lebih banyak muatan lokal. "Kita kerjasama dengan tim. Soal ide, nanti didiskusikan bareng teman-teman," tegas tokoh muda yang kini magang sebagai notaris ini. * nat
DENPASAR, NusaBali
Uji kelayakan dan kepatutan calon komisioner Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Provinsi Bali 2017-2020 di Gedung DPRD Bali, Niti Mandala Denpasar, Selasa (29/11), bukan hanya ditandai kejutan dengan bergugurannya para kandidat incumbent. Kejutan lainnya, seorang gadis berusia 22 tahun juga terpilih sebagai komisioner ‘termuda’. Dia adalah Ni Putu Mirayanthi Utami. Uniknya, Putu Mirayanthi Utami tertarik ikut seleksi calon KPID Bali karena sinetron, kemudian lolos sempat gemetar hadapi anggota Dewan.
Putu Mirayanthi Utami notabene merupakan putri dari Ni Nyoman Sri Mudani, tokoh yang kini masih menjadi komisioner KPID Bali 2014-2017. Dalam seleksi akhir melalui fit and proer test di Komisi I DPRD Bali sepekan lalu, dara kehaliran Denpasar, 30 Januari 1994, ini terpilih bersama 6 calon komisioner KPID Bali lainnya. Dari 6 kandidat yang lolos ke kursi KPID Bali 2017-2020, hanya satu di antaranya berstatus incumbent (masih menjabat periode 2014-2017), yakni AA Gede Rai Sahadewa.
Sedangkan 6 kandidat yang dinyatakan lolos lainnya, semua merupakan figur new comer, termasuk Putu Mirayanthi Utami. Di samping Putu Mirayanthi (dapat ranking tiga dengan nilai 88,50), 5 new comer lainnya yang masing-masing I Made Sunarsa (dapat nilai tertinggi 94,09), Ni Wayan Yudiartini (ranking kedua/nilai 88,63), I Wayan Sudiarsa (ranking empat/nilai 87,27), I Nyoman Karta Widnyana (ranking lima/nilai 85,90), dan I Gusti Ngurah Murtana (rankiong enam/nilai 85,45).
Kepada NusaBali, Putu Mirayanthi terus terang mengaku tidak menyangka bakal lolos dan dapat prediket komisioner KPID Bali termuda. Putu Mirayanthi sendiri awalnya hanya coba-coba ikut bersaing dan melamar sebagai calon komisioner KPID. Coba-coba yang dimaksud, berusaha bersaing karena tahu melawan incumbent bukan masalah gampang. Kebetulan, bidang ilmu hukum yang baru saja diselesaikannya di Fakultas Hukum Unud masih ada kaitannya dengan masalah penyiaran.
"Keterkaitan dengan masalah penyiaran itu terutama soal regulasi. Saya akhirnya melamar dan ikut tes calon KPID Bali," kenang Putu Mirayanthi saat ditemui NusaBali di kawasan Jalan Hayam Wuruk Denpasar, belum lama ini.
Selain itu, kata Mirayanthi, dirinya maju bersaing juga karena ada hal-hal menyangkut dunia penyiaran yang menantang. Misalnya, adanya tayangan sinetron di sebuah televisi swasta yang bertentangan dengan hati nuraninya. Konten-konten siaran dianggap negatif san tidak sesuai dengan budaya ketimuran, mulai dari cara berpakaian para remaja yang ditampilkan dari sinetron.
Menurut Mirayanthi, sinetron di salah satu televisi swasta ini juga sempat diungkap ketika melanggar aturan penyiaran dalam proses uji kelayakan calon komisioner KPID Bali di Komisi I DPRD Bali, pekan lalu. "Karena konten siaran ini pula yang membuat saya tertantang ikut maju nyalon," kenang mantan anggota Bidang I Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unud dan Ketua Kelompok Peduli Penyiaran Provinsi Bali ini.
Ternyata, dari coba-boca bertarung, Mirayanthi justru sukses tembus sebagai anggota termuda KPID Bali 2017-2017. Dalam fit and proper test, dia lolos sebagai peringkat ketiga, di bawah Made Sunarsa (kader PDIP asal Buleleng yang kini Staf Ahli Fraksi PDIP DPRD Bali) dan Ni Wayan Yudiartini. Dia berhasil menyisihkan deretan kandidat incumbent seperti I Nengah Muliarta, Ni Putu Suaryani, dan I Gusti Agung Ngurah Alit Sumantri.
Sebelum dinyatakan lolos seleksi, Mirayanthi mengaku sempat juga gemetar saat menghadapi anggota Dewan dalam uji kelayakan dan kepatutan di Komisi I DPRD Bali. "Bayangkan, saya menghadapi 11 anggota Dewan yang mencecar berbagai pertanyaan. Saya sempat gemetar juga,” tutur gadis asal Banjar Ambengan, Desa Pedungan, Kecamatan Denpasar Selatan yang merupakan anak sulung dari dua bersaudara keluarga pasangan I Ketut Mudawan dan Ni Nyoman Sri Mudana ini.
Menurut Mirayanthi, dirinya selama ini aktif di kelompok peduli penyiaran. Bahkan, dia dipercaya menjadi Ketua Kelompok Peduli Penyiaran Provinsi Bali. Dengan pooisisinya itu, dia banyak diskusi terkait masalah penyiaran. Materi kuliahnya di Fakultas Hukum Unud juga banyak membahas siaran televisi. Kecuali itu, Mirayanthi juga kerap menonton tayangan sinetron dan siaran yang konten siarannya negatif.
Ketika ditanya apakah punya cantelan orang partai, sehingga bisa lolos uji kelayakan calon komisioner KPID Bali di Komisi I Dewan, Mirayanthi mengaku tidak kenal yang namanya dunia politik, apalagi orang-orang partai. "Saya nggak kenal orang politik. Meskipun ibu saya anggota KPID Bali, itu juga tidak ada kaitannya. Ibu saya tahu saya ikut melamar, tapi dia hanya memberikan semangat," ujar kakak dari I Made Galih Hendrawan, 13 ini.
Mirayanthi mengaku sudah punya bayangan apa yang akan dilakukan saat bertugas sebagai komisioner KPID Bali nanti. Salah satunya, melaksanakan program aksi komi-sioner sebelumnya. Kemudian, mengawal konten siaran yang lebih banyak muatan lokal. "Kita kerjasama dengan tim. Soal ide, nanti didiskusikan bareng teman-teman," tegas tokoh muda yang kini magang sebagai notaris ini. * nat
Komentar