Sarat Pesan Dalam Musim Galungan Pandemi
Putu Parnata, Kreator Video Viral Bantuan Galungan
DENPASAR, NusaBali
Sosok Putu Parnata,53, memancing penasaran khususnya krama (warga) di Bali.
Gara-gara, videonya ‘testimoni berterima kasih karena dapat bantuan jelang galungan’, viral di pelbagai media sosial. Video ini viral selain karena berkonten banyol (lucu), juga sarat pesan. Terutama, krama Bali ngagalung saat masih didera krisis ekonomi karena pandemi Covid-19.
Pesan lain tentu, guyu-guyu saja (canda-canda bermuara serius), hingga satire (sindiran) agar wakil rakyat tak hanya menebar bantuan jelang pemilu. Intinya, video yang kocak, namun berpesan kompak. Saat dihubungi NusaBali, Jumat (17/4), ayah dua anak laki-laki ini mengaku video itu dibuat secara spontan. Tak menyangka akan viral. Dia pun mengandalkan hanya fitur handphone (HP) dan melibatkan istrinya, Ni Ketut Asrini. ‘’Idenya muncul begitu saja. Kebetulan ada momen pas, jelang Galungan. Skenario hanya ada di pikiran. Ya, jadilah begitu,’’ ujar laki-laki yang saat dibangku SMP dan SMA akrab dengan panggilan Badoh ini.
Sebagaimana jadi viral, Parnata memvideokan wajah dan narasinya sendiri. Dengan bahasa Bali halus dan serius di awal-awal. Dia menyatakan terima kasih banyak atas bantuan kepada kelian tempek dan wakil rakyat. Namun, istrinya, Ni Ketut Asrini yang sedang mencuci perabotan dapur, tak yakin sang suami dapat bantuan. ‘’Seken maan (serius dapat) sumbangan, pak?’’ tanya sang istri.
‘’Latihan gen. Di pet saja maan sumbangan, pang bisa mengucapkan terima kasih (latihan saja. jika memang betul nanti dapat sumbangan, biar bisa menyampaikan terima kasih,’’ jawab Putu, menjadi satire konten video itu.
Terlepas dari kocak hingga memberi hiburan, video ini sangat kuat merepresentasi kondisi kebanyakan krama Bali. Bali sedang dilanda paceklik ekonomi, terlebih menjelang Hari Raya Galungan, Rabu (14/4) lalu, hingga waktu tak pasti. Penyebabnya, pandemi Covid-19 sejak Maret 2020 telah melantakkan perekonomian Bali. Banyak usaha tutup, ratusan ribu pekerja terutama bidang pariwisata nganggur. Daya beli masyarakat jadi makin lumpuh. Pada posisi seperti itu, menjadi pantas kebanyakan krama Bali perlu bantuan. Sedikitnya, sekadar be patungan (daging babi hasil sembelihan bersama,Red), terutama dari kalangan wakil rakyat.
Dari segi konten, video ini hanya merepetisi (menyajikan kembali) apa yang ada dalam pikiran kebanyakan krama Bali. Mereka sedang didera kesulitan ekonomi, perlu perhatian terutama dari pemerintah atau wakil rakyat. Mantan penyiar radio dan langganan juara lomba pidato sejak SMPN 1 Karangasem ini, mengakui video tersebut sebagai cara terbaik buat dirinya untuk menengadahkan fakta kognitif (pemahaman di lapangan) masyarakat kepada wakil rakyat/pemerintah. Karena pandemi tak kunjung reda, kondisi ekonomi kian terpuruk. Namun berupacara, hingga ngagalung sing dadi buung (merayakan Galungan tak boleh batal).
Dia pun sadar dengan menjaga agar pesan kritis dalam konten video tak bermuara sinis, apalagi sarkastis atau kasar arogan. Suguhan narasinya dikreasikan relatif humanis, dalam arti konten ini hanya guyonan era milenial yang sedapat mungkin menghibur krama. ‘’Syukurlah, banyak respon positif dari netizen. Terbukti begitu banyak video ini dishare ke group-group facebook dan whatsapp, serta akun pribadi,’’ jelas lulusan SMAN 1 Karangasem 1986/1987 ini. Dia mengaku, viral video ini memuaskan bathinnya, meski belum menghasilkan uang, sebagaimana dari adsense (jasa iklan youtube) atau endorse (iklan luar).
Sesungguhnya, panggung publik bukanlah hal baru bagi Parnata. Sejak SMP hingga SMA, dia sering mengikuti dan menjuarai lomba pidato, baik tingkat kabupaten hingga puncaknya Juara I Tingkat Provinsi Bali tahun 1987. Namun dia anak yatim yang tak mampu melanjutkan ke bangku kuliah karena tidak ada biaya. Ayahnya, I Wayan Putu Parwata meninggal saat dia usia tujuh tahun. Ibunya, Ni Nyoman Wati (almarhum) hanya pedagang di warung kecil depan rumah.
Syukur berkat bakat yang dimiliki mengantarkannya menjadi penyiar radio amatir di Kota Amlapura. Jika siaran, Parnata menjelajah pendengar dengan warna vokal khas barito, diselingi gaya humor memikat. Modal ini menjadikan dirinya menjadi penyiar cukup mumpuni, hingga direkrut sebuah perusahaan nasional untuk bergabung di tim promosi.
Kepiawaian itu pula membuka ruang lebar hingga dia menjadi narator iklan komersial dan beberapa iklan layanan masyarakat. ‘’Saya juga sering kali tampil sebagai MC di beberapa event di Bali,’’ ujar laki-laki asal Jalan Patih Jelantik No. 11, Banjar Taman Sudharma, Kelurahan/Kecamatan Karangasem ini.
Selain bekerja di sebuah perusahaan nasional, kini Parnata kini rajin merawat hobi berpetualang di jejaring internet. Dia admin dari sebuah fanpage di media facebook, ‘Satua Ring Sisin Rurung’. Di media ini, dia banyak menuangkan cerita-cerita humornya dalam bentuk tulisan dan video-video lucu. Sekitar 25.000 orang menjadi follower fanpage itu. *wilasa
Pesan lain tentu, guyu-guyu saja (canda-canda bermuara serius), hingga satire (sindiran) agar wakil rakyat tak hanya menebar bantuan jelang pemilu. Intinya, video yang kocak, namun berpesan kompak. Saat dihubungi NusaBali, Jumat (17/4), ayah dua anak laki-laki ini mengaku video itu dibuat secara spontan. Tak menyangka akan viral. Dia pun mengandalkan hanya fitur handphone (HP) dan melibatkan istrinya, Ni Ketut Asrini. ‘’Idenya muncul begitu saja. Kebetulan ada momen pas, jelang Galungan. Skenario hanya ada di pikiran. Ya, jadilah begitu,’’ ujar laki-laki yang saat dibangku SMP dan SMA akrab dengan panggilan Badoh ini.
Sebagaimana jadi viral, Parnata memvideokan wajah dan narasinya sendiri. Dengan bahasa Bali halus dan serius di awal-awal. Dia menyatakan terima kasih banyak atas bantuan kepada kelian tempek dan wakil rakyat. Namun, istrinya, Ni Ketut Asrini yang sedang mencuci perabotan dapur, tak yakin sang suami dapat bantuan. ‘’Seken maan (serius dapat) sumbangan, pak?’’ tanya sang istri.
‘’Latihan gen. Di pet saja maan sumbangan, pang bisa mengucapkan terima kasih (latihan saja. jika memang betul nanti dapat sumbangan, biar bisa menyampaikan terima kasih,’’ jawab Putu, menjadi satire konten video itu.
Terlepas dari kocak hingga memberi hiburan, video ini sangat kuat merepresentasi kondisi kebanyakan krama Bali. Bali sedang dilanda paceklik ekonomi, terlebih menjelang Hari Raya Galungan, Rabu (14/4) lalu, hingga waktu tak pasti. Penyebabnya, pandemi Covid-19 sejak Maret 2020 telah melantakkan perekonomian Bali. Banyak usaha tutup, ratusan ribu pekerja terutama bidang pariwisata nganggur. Daya beli masyarakat jadi makin lumpuh. Pada posisi seperti itu, menjadi pantas kebanyakan krama Bali perlu bantuan. Sedikitnya, sekadar be patungan (daging babi hasil sembelihan bersama,Red), terutama dari kalangan wakil rakyat.
Dari segi konten, video ini hanya merepetisi (menyajikan kembali) apa yang ada dalam pikiran kebanyakan krama Bali. Mereka sedang didera kesulitan ekonomi, perlu perhatian terutama dari pemerintah atau wakil rakyat. Mantan penyiar radio dan langganan juara lomba pidato sejak SMPN 1 Karangasem ini, mengakui video tersebut sebagai cara terbaik buat dirinya untuk menengadahkan fakta kognitif (pemahaman di lapangan) masyarakat kepada wakil rakyat/pemerintah. Karena pandemi tak kunjung reda, kondisi ekonomi kian terpuruk. Namun berupacara, hingga ngagalung sing dadi buung (merayakan Galungan tak boleh batal).
Dia pun sadar dengan menjaga agar pesan kritis dalam konten video tak bermuara sinis, apalagi sarkastis atau kasar arogan. Suguhan narasinya dikreasikan relatif humanis, dalam arti konten ini hanya guyonan era milenial yang sedapat mungkin menghibur krama. ‘’Syukurlah, banyak respon positif dari netizen. Terbukti begitu banyak video ini dishare ke group-group facebook dan whatsapp, serta akun pribadi,’’ jelas lulusan SMAN 1 Karangasem 1986/1987 ini. Dia mengaku, viral video ini memuaskan bathinnya, meski belum menghasilkan uang, sebagaimana dari adsense (jasa iklan youtube) atau endorse (iklan luar).
Sesungguhnya, panggung publik bukanlah hal baru bagi Parnata. Sejak SMP hingga SMA, dia sering mengikuti dan menjuarai lomba pidato, baik tingkat kabupaten hingga puncaknya Juara I Tingkat Provinsi Bali tahun 1987. Namun dia anak yatim yang tak mampu melanjutkan ke bangku kuliah karena tidak ada biaya. Ayahnya, I Wayan Putu Parwata meninggal saat dia usia tujuh tahun. Ibunya, Ni Nyoman Wati (almarhum) hanya pedagang di warung kecil depan rumah.
Syukur berkat bakat yang dimiliki mengantarkannya menjadi penyiar radio amatir di Kota Amlapura. Jika siaran, Parnata menjelajah pendengar dengan warna vokal khas barito, diselingi gaya humor memikat. Modal ini menjadikan dirinya menjadi penyiar cukup mumpuni, hingga direkrut sebuah perusahaan nasional untuk bergabung di tim promosi.
Kepiawaian itu pula membuka ruang lebar hingga dia menjadi narator iklan komersial dan beberapa iklan layanan masyarakat. ‘’Saya juga sering kali tampil sebagai MC di beberapa event di Bali,’’ ujar laki-laki asal Jalan Patih Jelantik No. 11, Banjar Taman Sudharma, Kelurahan/Kecamatan Karangasem ini.
Selain bekerja di sebuah perusahaan nasional, kini Parnata kini rajin merawat hobi berpetualang di jejaring internet. Dia admin dari sebuah fanpage di media facebook, ‘Satua Ring Sisin Rurung’. Di media ini, dia banyak menuangkan cerita-cerita humornya dalam bentuk tulisan dan video-video lucu. Sekitar 25.000 orang menjadi follower fanpage itu. *wilasa
Komentar