Komunitas Cinta Kain Bali Rayakan Hari Kartini dengan Berbagi Inspirasi
DENPASAR, NusaBali.com - Merayakan Hari Kartini di tengah suasana pandemi Covid-19, bukan hanya dengan mengenakan busana kebaya ala Kartini. Namun kondisi ini dimanfaatkan pula untuk saling menguatkan dan berbagi inspirasi oleh para perempuan yang tergabung dalam Komunitas Cinta Kain Bali (KCKB).
Sebanyak 21 perempuan berbusana ala Kartini yang dipadupadan dengan kain endek merayakan hari lahir penulis ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’ dengan dialog yang menghadirkan pengusaha sukses Wardhani Erawati dan Putu Sudiadnyani.
Wardhani memotivasi para perempuan komunitas KCKB agar menjadi perempuan tangguh, berhasil dalam karier yang digeluti, tanpa melupakan keluarga. “Wanita pantang menyerah dalam kondisi apapun,” pesan Wardhani.
Perjuangan perempuan yang kini menggeluti dunia kecantikan ini cukup berat. Di usia 6 tahun sudah kehilangan ayah tercinta, dan di usia 16 tahun berpisah dengan ibunya di Mengwi, demi menempuh pendidikan di Surabaya
Tekad dan kemandirian Wardhani berbuah saat kembali ke Pulau Dewata. Pada tahun 1987 dipercaya menjadi Kepala Cabang Bank BDNI di Bali yang membawahi lima Kantor Cabang Pembantu. Hingga akhirnya badai menerpa saat krisis moneter menerpa Indonesia di tahun 1997, hingga akhirnya Bank BDNI dilikuidasi.
“Di puncak karier terjadi apa yang disebut sebagai ‘karma bersama’. Perusahaan dilikuidasi, dan di saat bank tutup, sebanyak 45 orang yang saya ajak bekerja menangis dan teriak karena kehilangan pekerjaan. Saya tetap kuat dan berikan motivasi. Satu per satu memberikan motivasi untuk bangkit. Untuk karyawan perempuan saya minta bikin canang dan menawarkan ke tetangga, sedangkan untuk laki-laki saya sarankan tanam kacang di kampong halaman dan hasilnya dijual ke pasar,” kenang Wardhani.
Setelah beberapa waktu, lanjut Wardhani, mereka bisa bangkit. “Sekarang beberapa menempati posisi sesuai bidang. Ada yang menjadi Kepala Cabang, Kepala Personalia dan lain sebagainya,” ujar ower rumah kecantikan Chandra Kirana ini.
Dari pengalaman kesulitan ini, disebut Wardhani, mirip dengan situasi sulit saat ini yang digoyang pandemi. “Harus tegar. Pekerjaan apa yang bisa dilakukan, kerjakan! Tidak ada gengsi,” kata Wardhani.
Semangat menghadapi situasi pandemi juga diungkapkan oleh Putu Sudiadnyani. Pemilik Bara Silver ini mengingatkan agar para perempuan menjadi sosok tangguh. “Ketika ada yang menyebut situasi (ekonomi) saat ini menyakitkan, maka sejarah masa lalu saya lebih menyakitkan,” kata sosok yang akrab disapa Mami Bara ini.
Sudiadnyani menceritakan masa lalunya yang dilalui dengan penuh perjuangan. Tinggal di sebuah desa tanpa penerangan listrik dan berteman dengan kunang-kunang di malam hari. Lalu perjuangan dilalui dengan menjadi guide dan harus tidur di mobil untuk melakoni pekerjaannya itu.
“Ketika sekarang di era Covid. Ya saya bilang biasa-biasa saja karena sudah biasa menderita. Kita harus punya kebiasaan tulus sehingga tahan banting dalam situasi apapun,” kata pemilik usaha di Celuk Sukawati, Kabupaten Gianyar ini.
“Sejarah orang beda-beda. Jika dari kecil biasa hidup mewah, maka saat keluar dari zona nyaman akan tidak siap,” tutur pemilik Bara Silver yang pernah merancang aksesoris pernikahan Raffi Ahmad dan Nagita Slavina ini.
Sementara itu Ketua KCKB Sandra Kartika mengatakan komunitas yang sudah berdiri sejak tujuh tahun silam dan saat ini memiliki 200 anggota di seluruh Bali. “Komunitas ini dimaksudkan agar penggunaan kain Bali menjadi kebiasaan bagi masyarakat. Kami pun mensupport pemeritah mempromosikan kain Bali dari hulu ke hilir,” kata Sandra didampingi pendiri KCKB Yosefa Listyati.
Pada kesempatan dialog di Hotel Cakra Kertalangu ini, penasehat KCKB Tude Togog yang menekuni dunia fashion khususnya endek, juga memberikan tips-tips penampilan bagi para perempuan agar lebih elok saat mengenakan busana kebaya dengan paduan kain Bali.
Komentar