Pakaian Bayi dan Gamis dari China Banjiri RI
Industri TPT Dalam Negeri Terancam
JAKARTA, NusaBali
Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengatakan peningkatan impor produk pakaian jadi membuat industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) dalam negeri semakin terancam.
Pakaian jadi yang banyak berasal dari China dan Thailand itu utamanya didominasi pakaian bayi dan gamis.
“Serbuan impor ini sangat menganggu industri kecil dan menengah, karena akan menyulitkan pemasaran produk-produk dalam negeri,” kata Enny dalam webinar yang digelar di Jakarta, seperti dilansir cnnindonesia.com, Kamis. Apalagi pakaian impor tersebut dijual dengan harga lebih murah.
Enny mengatakan, kebijakan impor pakaian jadi menjadi sentimen buruk bagi investasi dan berdampak pada neraca perdagangan, sehingga berpotensi melemahkan konsumsi.
Hal ini disebabkan karena Pemerintah masih memberlakukan tarif bebas bea masuk untuk sektor ini.
Ia mengkhawatirkan, jika kebijakan impor dipertahankan maka pertumbuhan industri TPT di tahun-tahun mendatang akan terus negatif.
“Jika industri TPT terus mengalami penurunan penjualan karena pandemi COVID-19, ditambah lagi dengan maraknya produk impor pakaian jadi, maka akan berimbas pada pemulihan ekonomi di masyarakat,” katanya.
Menurut dia, industri TPT di Indonesia melibatkan tenaga kerja yang sangat besar, sehingga diperlukan adanya keberpihakan dari Pemerintah di sisi regulasi.
“Pemerintah perlu memberikan perlindungan pasar dalam negeri dari impor yang berlebihan. Hal ini dinilai akan memberikan kepastian pasar bagi industri TPT dalam negeri, khususnya industri kecil dan menengah,” katanya.
Saat ini, ia mencatat ada 407 ribu unit usaha garmen yang tergolong IKM. Eny mengatakan masalah itu kian membuat mereka tersingkir. Padahal, dari 407 unit IKM itu ada setidaknya 2 juta tenaga kerja yang menggantungkan nasibnya.
Bila industri garmen tidak dilindungi, ia khawatir bakal semakin banyak pengangguran di Indonesia. Ujungnya, bakal berdampak pada lambatnya proses pemulihan daya beli masyarakat dan perekonomian RI.
Menurut data BPS, pada tahun 2020 ekspor tekstil senilai 10,55 miliar dolar AS, sementara impor senilai 7,20 miliar dolar AS. Meskipun surplus, INDEF menyoroti komposisi ekspor impor TPT tahun 2020 tersebut paling banyak didominasi adalah pakaian jadi, dibanding benang, serat, dan bahan baku tekstil lainnya. *
Komentar