Sukrawan Belum Dipecat, Suara PDIP Bisa Pecah di Pilkada
Suara PDIP terancam terbelah di Pilkada Buleleng 2017.
SINGARAJA, NusaBali
Masalahnya, PDIP sejauh ini belum menjatuhkan sanksi pemecatan terhadap Dewa Nyoman Sukrawan, kadernya yang maju sebagai Calon Bupati (Cabup) Buleleng lewat jalur Independen. Tanpa kejelasan sanksi, Dewa Sukrawan dikahwatirkan mempu menggaet kader PDIP dan simpatisan yang loyal terhadap dirinya.
Dalam Pilkada Buleleng 2017, Dewa Sukrawan maju bertandem dengan Gede Dharma Wijaya. Pasangan Dewa Sukrawan-Dharma Wijaya diberi tajuk Paket Surya. Sukrawan merupakan politisi asal Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan yang mantan Ketua DPRD Buleleng 2009-2014 dan Ketua DPC PDIP Buleleng 2010-2015. Dia telah dipecat dari posisi Bendahara DPD PDIP Bali 2015-2020, namun belum ada pemecatan sebagai kader partai.
Sedangkan Dharma Wijaya merupakan politisi asal Kelurahan Astina, Kecamatan Buleleng yang mantan Ketua DPC Demokrat Buleleng 2006-2011 dan Wakil Ketua DPRD Buleleng 2009-2014. Paket Surya ini maju dari jalur Independen, dengan disokong Golkar-Demokrat-PKS.
Sebaliknya, PDIP bersama Hanura-NasDem-Gerindra-PPP-PAN-PKB mengusung pasangan incumbent Putu Agus Suradnyana-dr Nyoman Sutjidra (Pas Sutji) sebagai Cabup-Cawabup Buleleng ke Pilkada 2017. Putu Agus Suradnyana (PAS) adalah politisi asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Buleleng yang kini masih menjabat Bupati Buleleng 2012-2017 dan sekaligus jadi Ketua DPC PDIP Buleleng 2015-2020. Sementara Nyoman Sutjidra (Sutji) adalah politisi PDIP asal Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng yang masih menjabat Wakil Bupati Buleleng 2012-2017.
PDIP punya modal suara sebanyak 122.759 suara di Buleleng berdasar hasil Pileg 2014. Total suara itu didistribusikan dari Dapil I (Kecamatan Buleleng) sebanyak 29.868 suara, Dapil II (Kecamatan Sawan) 12.931 suara, Dapil III (Kecamatan Kubutambahan-Tejakula) 16.136 suara, Dapil IV (Kecamatan Seririt-Gerogak) 23.791 suara, Dapil V (Kecamatan Banjar-Busungbiu) 23.133 suara, dan Dapil VI (Kecamatan Sukasada) 16.900 suara.
Sebagai mantan Ketua DPC PDIP Buleleng, Sukrawan masih memiliki ikatan emosional dengan kader Banteng dan simpatisan. Apalagi sejauh ini, Sukrawan masih tercatat sebagai kader PDIP. Kondisi inilah yang bisa membelas suara kader PDIP di Pilkada Buleleng 2018.
“Sampai saat ini saya masih tercatat sebagai kader PDIP. Saya tegaskan belum ada pemecatan. Kalau dicopot dari Bendahara DPD PDIP Bali, benar itu. Tapi, saya belum dipecat. Saya masih kantongi KTA (kartu tanda anggota),” tegas Sukrawan dalam keterangan persnya di Singaraja, Jumat (9/12).
Menurut Sukrawan, dirinya sudah siap dengan segala risiko atas perjuangannya. Risiko terburuk adalah dipecat sebagai kader PDIP. Bagi dia, pemecatan itu tidak akan mengurangi semangatnya berjuang. “Semua itu sudah saya perhitungkan, dalam perjuangan tentu ada risiko. Bahwa saya tidak akan pernah mundur dalam perjuangan ini, apalagi PTUN sudah memenangkan gugatan saya untuk ditetapkan sebagai pasangan calon,” tandas Sukrawan.
Selama ini, Sukrawa mengaku tidak pernah memusihi PDIP dan tetap sebagai bagian dari PDIP. Dia pun berharap kader maupun simpatisan PDIP yang peduli dengan perjuangannya, bisa bergabung. “Tangan saya selalu terbuka untuk semuanya, saya tidak pernah memusuhi PDIP,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua DPC PDIP Buleleng Putu Agus Suradnyana yang sekaligus Cabup incumbent yang diusung partainya, enggan menanggapi masalah sanksi untuk Sukrawan. Namun, Agus Suradnyana mengaku sudah mendapat informasi bahwa SK pemecatan Sukrawam sudah turun.
“Saya tidak mau komentari hal itu, karena bukan kapasitas saya. Yang jelas, ada atau tidak lawan di Pilkada Buleleng 2018, saya sudah berkerja dan telah memberikan bukti bagi masyarakat Buleleng, mulai di bidang infrastruktur jalan, kesehatan, hinyya banyak lagi,” tegas Bupati Buleleng yang juga mantan Ketua Komisi III DPRD Bali tiga kali periode ini.
Di sisi lain, Ketua Tim Pemangan PAS-Sutji, I Gede Supriatna, menyebutkan sanksi pemecatan Dewa Sukrawan akan segera diturunkan. Sanksi pemecatan itu sudah ditandatangani Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarnoputri. Terkait dengan ancaman terbelahnya suara PDIP, menurut Supriatna, struktur partainya sangat solid dalam pemenangan PAS-Sutji. Sebab, PDIP tegas dalam menegakkan AD/ART, di mana bagi kader yang bersebrangan dengan keputusan partai pasti diberikan sanksi.
“Tentu nanti kami akan membuat catatan tersendiri terhadap kader, terutama yang duduk di struktur partai, yang berani berseberangan dengan keputusan partai. Sejauh ini, saya lihat kader PDIP itu masih sangat solid,” tandas politisi asal Desa/Kecamatan Tejakula yang juga Sekretaris DPC PDIP Buleleng ini.
Menurut Supriatna, kendati nanti ada kader PDIP non struktural berpaling kepada Paket Surya, pihaknya juga memiliki peluang sama terhadap kader-kader partai yang mendukung Paket Surya beralih sokong PAS-Sutji. “Pokoknya ada, gerakan itu pasti tetap kami lakukan. Sudah ada beberapa kader non koalisi PAS-Sutji yang melihat kerja nyata PAS-Sutji selama ini dan mereka sudah bergabung dengan kami,” ujar Supriatna yang kini menjabat Ketua DPRD Buleleng 2014-2019. k19
Masalahnya, PDIP sejauh ini belum menjatuhkan sanksi pemecatan terhadap Dewa Nyoman Sukrawan, kadernya yang maju sebagai Calon Bupati (Cabup) Buleleng lewat jalur Independen. Tanpa kejelasan sanksi, Dewa Sukrawan dikahwatirkan mempu menggaet kader PDIP dan simpatisan yang loyal terhadap dirinya.
Dalam Pilkada Buleleng 2017, Dewa Sukrawan maju bertandem dengan Gede Dharma Wijaya. Pasangan Dewa Sukrawan-Dharma Wijaya diberi tajuk Paket Surya. Sukrawan merupakan politisi asal Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan yang mantan Ketua DPRD Buleleng 2009-2014 dan Ketua DPC PDIP Buleleng 2010-2015. Dia telah dipecat dari posisi Bendahara DPD PDIP Bali 2015-2020, namun belum ada pemecatan sebagai kader partai.
Sedangkan Dharma Wijaya merupakan politisi asal Kelurahan Astina, Kecamatan Buleleng yang mantan Ketua DPC Demokrat Buleleng 2006-2011 dan Wakil Ketua DPRD Buleleng 2009-2014. Paket Surya ini maju dari jalur Independen, dengan disokong Golkar-Demokrat-PKS.
Sebaliknya, PDIP bersama Hanura-NasDem-Gerindra-PPP-PAN-PKB mengusung pasangan incumbent Putu Agus Suradnyana-dr Nyoman Sutjidra (Pas Sutji) sebagai Cabup-Cawabup Buleleng ke Pilkada 2017. Putu Agus Suradnyana (PAS) adalah politisi asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Buleleng yang kini masih menjabat Bupati Buleleng 2012-2017 dan sekaligus jadi Ketua DPC PDIP Buleleng 2015-2020. Sementara Nyoman Sutjidra (Sutji) adalah politisi PDIP asal Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng yang masih menjabat Wakil Bupati Buleleng 2012-2017.
PDIP punya modal suara sebanyak 122.759 suara di Buleleng berdasar hasil Pileg 2014. Total suara itu didistribusikan dari Dapil I (Kecamatan Buleleng) sebanyak 29.868 suara, Dapil II (Kecamatan Sawan) 12.931 suara, Dapil III (Kecamatan Kubutambahan-Tejakula) 16.136 suara, Dapil IV (Kecamatan Seririt-Gerogak) 23.791 suara, Dapil V (Kecamatan Banjar-Busungbiu) 23.133 suara, dan Dapil VI (Kecamatan Sukasada) 16.900 suara.
Sebagai mantan Ketua DPC PDIP Buleleng, Sukrawan masih memiliki ikatan emosional dengan kader Banteng dan simpatisan. Apalagi sejauh ini, Sukrawan masih tercatat sebagai kader PDIP. Kondisi inilah yang bisa membelas suara kader PDIP di Pilkada Buleleng 2018.
“Sampai saat ini saya masih tercatat sebagai kader PDIP. Saya tegaskan belum ada pemecatan. Kalau dicopot dari Bendahara DPD PDIP Bali, benar itu. Tapi, saya belum dipecat. Saya masih kantongi KTA (kartu tanda anggota),” tegas Sukrawan dalam keterangan persnya di Singaraja, Jumat (9/12).
Menurut Sukrawan, dirinya sudah siap dengan segala risiko atas perjuangannya. Risiko terburuk adalah dipecat sebagai kader PDIP. Bagi dia, pemecatan itu tidak akan mengurangi semangatnya berjuang. “Semua itu sudah saya perhitungkan, dalam perjuangan tentu ada risiko. Bahwa saya tidak akan pernah mundur dalam perjuangan ini, apalagi PTUN sudah memenangkan gugatan saya untuk ditetapkan sebagai pasangan calon,” tandas Sukrawan.
Selama ini, Sukrawa mengaku tidak pernah memusihi PDIP dan tetap sebagai bagian dari PDIP. Dia pun berharap kader maupun simpatisan PDIP yang peduli dengan perjuangannya, bisa bergabung. “Tangan saya selalu terbuka untuk semuanya, saya tidak pernah memusuhi PDIP,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua DPC PDIP Buleleng Putu Agus Suradnyana yang sekaligus Cabup incumbent yang diusung partainya, enggan menanggapi masalah sanksi untuk Sukrawan. Namun, Agus Suradnyana mengaku sudah mendapat informasi bahwa SK pemecatan Sukrawam sudah turun.
“Saya tidak mau komentari hal itu, karena bukan kapasitas saya. Yang jelas, ada atau tidak lawan di Pilkada Buleleng 2018, saya sudah berkerja dan telah memberikan bukti bagi masyarakat Buleleng, mulai di bidang infrastruktur jalan, kesehatan, hinyya banyak lagi,” tegas Bupati Buleleng yang juga mantan Ketua Komisi III DPRD Bali tiga kali periode ini.
Di sisi lain, Ketua Tim Pemangan PAS-Sutji, I Gede Supriatna, menyebutkan sanksi pemecatan Dewa Sukrawan akan segera diturunkan. Sanksi pemecatan itu sudah ditandatangani Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarnoputri. Terkait dengan ancaman terbelahnya suara PDIP, menurut Supriatna, struktur partainya sangat solid dalam pemenangan PAS-Sutji. Sebab, PDIP tegas dalam menegakkan AD/ART, di mana bagi kader yang bersebrangan dengan keputusan partai pasti diberikan sanksi.
“Tentu nanti kami akan membuat catatan tersendiri terhadap kader, terutama yang duduk di struktur partai, yang berani berseberangan dengan keputusan partai. Sejauh ini, saya lihat kader PDIP itu masih sangat solid,” tandas politisi asal Desa/Kecamatan Tejakula yang juga Sekretaris DPC PDIP Buleleng ini.
Menurut Supriatna, kendati nanti ada kader PDIP non struktural berpaling kepada Paket Surya, pihaknya juga memiliki peluang sama terhadap kader-kader partai yang mendukung Paket Surya beralih sokong PAS-Sutji. “Pokoknya ada, gerakan itu pasti tetap kami lakukan. Sudah ada beberapa kader non koalisi PAS-Sutji yang melihat kerja nyata PAS-Sutji selama ini dan mereka sudah bergabung dengan kami,” ujar Supriatna yang kini menjabat Ketua DPRD Buleleng 2014-2019. k19
1
Komentar