Lontar Berusia Ratusan Tahun Dikonservasi
Di Desa Kesiman Petilan, Ada Lontar Usadha Bebai hingga Guna-guna
Nanti lontar-lontar ini akan dibuatkan Peraturan Perbekel dan dilindungi oleh desa, mereka yang meminjam lontar harus melapor ke pihak desa.
DENPASAR, NusaBali
Ratusan cakep lontar yang disimpan di Merajan Pasek Gelgel, Jalan Noja II Banjar Meranggi, Desa Kesiman Petilan, Denpasar Timur, Denpasar dikonservasi, Rabu (28/4). Konservasi ini dilaksanakan oleh Desa Kesiman Petilan bekerjasama dengan Penyuluh Bahasa Bali Denpasar Timur, Penekun Lontar, Karang Taruna Desa Kesiman Petilan, dan Mahasiswa KKN Universitas Warmadewa.
Koordinator Konservasi Lontar dan Penyuluh Bahasa Bali yang bertugas di Desa Kesiman Petilan, I Wayan Gede Sukawidana menuturkan dari proses konservasi yang dilaksanakan, lontar-lontar ini kondisinya masih cukup bagus dan terbaca. Lontar ini juga diidentifikasi dan dibuatkan katalog.
Lontar yang ditaruh dalam 3 peti besar dan beberapa keropak ini rata-rata telah berusia ratusan tahun. Dari jumlah yang sudah dikonservasi, 96 cakep dalam kondisi utuh. Beberapa memang ada yang rusak sekitar 30 persen, namun masih bisa diidentifikasi. Sukawidana menambahkan, bahasa yang digunakan dalam lontar ini rata-rata Jawa Kuna dan Jawa Tengahan.
Lontar-lontar ini membuat berbagai macam pengetahuan, mulai dari tutur, puja mantra, wariga maupun kadiatmikan serta kawisesan. “Usianya banyak yang ratusan tahun, walaupun tidak semua berisi tahun penulisan, namun bisa diketahui dari jenis bahan serta warna lontar dan juga bentuk tulisan,” imbuhnya.
Juga ada lontar usadha dari Usadha Bebai dan beberapa usadha yang berkaitan dengan penyakit non medis atau black magic. Bahkan ada pula lontar yang memuat penolak bala maupun ilmu tentang guna-guna. Sukawidana menambahkan, menurut penuturan tetua di sana kawasan tersebut memiliki hubungan dengan Griya Puniawati, Banjar Bengkel, Desa Sumerta, Denpasar yang merupakan griya dari mantan Walikota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra.
Selain itu, di wilayah tersebut juga ada Jero Dukuh, balian sonteng atau balian yang ahli wariga serta balian dalam hal pengobatan. Sehingga dengan keadaan tersebut banyak lontar-lontar terkait wariga, usadha hingga puja mantra ditemukan di lokasi ini. “Lontar-lontar ini kami bersihkan terlebih dahulu agar tak berdebu, setelah itu diidentifikasi dan dibuatkan katalog,” kata Sukawidana.
Rencananya, nanti lontar-lontar ini akan dibuatkan Peraturan Perbekel dan dilindungi oleh desa. Mereka yang ingin meminjam lontar harus melapor ke pihak desa agar lontar tersebut tidak hilang. Pihaknya juga akan membentuk Kader Muda Pelestari Lontar untuk membantu mereka yang butuh pembaca lontar. “Kalau ada yang mau meminjam tapi tidak bisa membaca, kami akan bantu, di mana mereka memberikan punia, sehingga desa akan mendapatkan pendapatan tambahan,” katanya.
Sehingga dengan ide tersebut akan ada wisata budaya lontar di desa tersebut. Dalam jangka panjang, pihaknya juga berencana melakukan alih aksara terhadap lontar-lontar ini. Sementara untuk proses konservasi ini telah dimulai pada, Selasa, 27 April 2021 dan membutuhkan waktu lebih dari 7 hari mengingat ketebalan dan banyaknya lontar. Selain itu, pihaknya juga menargetkan dalam setahun bisa melakukan konservasi minimal 200 cakep lontar di Desa Kesiman Petilan. *mis
Koordinator Konservasi Lontar dan Penyuluh Bahasa Bali yang bertugas di Desa Kesiman Petilan, I Wayan Gede Sukawidana menuturkan dari proses konservasi yang dilaksanakan, lontar-lontar ini kondisinya masih cukup bagus dan terbaca. Lontar ini juga diidentifikasi dan dibuatkan katalog.
Lontar yang ditaruh dalam 3 peti besar dan beberapa keropak ini rata-rata telah berusia ratusan tahun. Dari jumlah yang sudah dikonservasi, 96 cakep dalam kondisi utuh. Beberapa memang ada yang rusak sekitar 30 persen, namun masih bisa diidentifikasi. Sukawidana menambahkan, bahasa yang digunakan dalam lontar ini rata-rata Jawa Kuna dan Jawa Tengahan.
Lontar-lontar ini membuat berbagai macam pengetahuan, mulai dari tutur, puja mantra, wariga maupun kadiatmikan serta kawisesan. “Usianya banyak yang ratusan tahun, walaupun tidak semua berisi tahun penulisan, namun bisa diketahui dari jenis bahan serta warna lontar dan juga bentuk tulisan,” imbuhnya.
Juga ada lontar usadha dari Usadha Bebai dan beberapa usadha yang berkaitan dengan penyakit non medis atau black magic. Bahkan ada pula lontar yang memuat penolak bala maupun ilmu tentang guna-guna. Sukawidana menambahkan, menurut penuturan tetua di sana kawasan tersebut memiliki hubungan dengan Griya Puniawati, Banjar Bengkel, Desa Sumerta, Denpasar yang merupakan griya dari mantan Walikota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra.
Selain itu, di wilayah tersebut juga ada Jero Dukuh, balian sonteng atau balian yang ahli wariga serta balian dalam hal pengobatan. Sehingga dengan keadaan tersebut banyak lontar-lontar terkait wariga, usadha hingga puja mantra ditemukan di lokasi ini. “Lontar-lontar ini kami bersihkan terlebih dahulu agar tak berdebu, setelah itu diidentifikasi dan dibuatkan katalog,” kata Sukawidana.
Rencananya, nanti lontar-lontar ini akan dibuatkan Peraturan Perbekel dan dilindungi oleh desa. Mereka yang ingin meminjam lontar harus melapor ke pihak desa agar lontar tersebut tidak hilang. Pihaknya juga akan membentuk Kader Muda Pelestari Lontar untuk membantu mereka yang butuh pembaca lontar. “Kalau ada yang mau meminjam tapi tidak bisa membaca, kami akan bantu, di mana mereka memberikan punia, sehingga desa akan mendapatkan pendapatan tambahan,” katanya.
Sehingga dengan ide tersebut akan ada wisata budaya lontar di desa tersebut. Dalam jangka panjang, pihaknya juga berencana melakukan alih aksara terhadap lontar-lontar ini. Sementara untuk proses konservasi ini telah dimulai pada, Selasa, 27 April 2021 dan membutuhkan waktu lebih dari 7 hari mengingat ketebalan dan banyaknya lontar. Selain itu, pihaknya juga menargetkan dalam setahun bisa melakukan konservasi minimal 200 cakep lontar di Desa Kesiman Petilan. *mis
Komentar