Ciptakan Lagu 'Uyak Corona' sebagai Karya Persembahan Terakhir
Ketut Bimbo Sang Maestro Pencipta dan Penyanyi Lagu Pop Bali Meninggal di Usia 69 Tahun
Sebelum menjadi pencipta lagi dan penyanyi Pop Bali yang kariernya meroket sekitar tahun 1980, Ketut Bimbo sempat bekerja sebagai penyiar radio, lalu kerja di pabrik kopi
SINGARAJA, NusaBali
Dunia hiburan di Bali berduka menyusul meninggalnya Ketut Budiasa alias Ketut Bimbo, 69, maestro pencipta lagu dan penyanyi Pop Bali asal Banjar Tengah, Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Buleleng, Rabu (28/4) pagi. Lagu persembahan terakhir karya Ketut Bimbo sebelum meninggal adalah berjudul ‘Uyak Corona’, yang diciptakan pada awal-awal pandemi Covid-19 setahun lalu.
Ketut Bimbo menghembuskan napas terakhir dalam usia 69 tahun di kediamannya di Banjar Tengah, Desa Banyuatis, Rabu pagi sekitar pukul 10.55 Wita, akibat sakit diabetes dan komplikasi yang dideritanya selama bertahun-tahun. Ketut Bimbo berpulang buat selamanya dengan meninggalkan istri tercinta Nyoman Muliasi dan empat orang anak: Luh Putu Megawati, 24, Made Ayu Wiranti, 22, Komang Tia Ismayati, 12, dan Ketut Manik Galih, 10.
Hingga tadi malam, jenazah sang maestro sekaligus pioner penyanyi lagu Pop Bali ini masih disemayamkan di rumah duka. Rencananya, jenazah Ketut Bimbo akan dikremasi di Yayasan Pengayom Umat Hindu (YPUH) Buleleng yang berlokasi di Kelurahan Kampung Anyar-Singaraja, Kecamatan Buleleng pada Sukra Umanis Langkir, Jumat (30/4) pagi ini pukul pukul 10.00 Wita. Seluruh rangkaian upacara pengabenan dijadwalkan berlangsung siang harinya pukul 11.00 Wita.
Pantauan NusaBali di rumah duka kawasan Banjar Tengah, Desa Bantuatis, Kamis (29/4) siang, tampak para tetangga, teman-teman, dan kerabat Ketut Bimbo silih berganti datang melayat. Istri almarhum Nyoman Muliasi berusaha tegar dan menyambut kedatangan para pelayat.
Kepada NusaBali, Nyoman Muliasi menceritakan almarhum Ketut Bimbo sudah menderita sakit diabetes dan komplikasi sejak 10 tahun terakhir. Bahkan, sebelum pandemi Covid-19, pelantun tembang ‘Ngebet Keladi’ ini sudah bolak-balik menjalani opname di rumah sakit. Namun, sejak pandemi Covid-19, Maret 2020, Ketut Bimbo hanya menjalani pengobatan d dokter untuk mengontrol penyakitnya.
Menurut Muliasi, kondisi Ketut Bimbo mulai drop sejak Selasa (27/4) sore atau dua hari sebelum meninggal. “Sebelum Hari Raya Kuningan, baoak (Ketut Bimbo) mengaku tidak enak badan. Kemudian, Selasa sore kondisinya drop. Sampai akhirnya meninggal Rabu pagi. Tidak ada pesan apa-apa bapak,” papar Muliasi.
Muliasi yang telah mendampingi Ketut Bimbo puluhan tahun, mengaku merasakan firasat yang tidak enak sebelum kondisi almnarhum drop. Perempuan berusia 46 tahun ini mengaku sempat bermimpi aneh, Senin (26/4) malam. Dalam mimpinya, dia ditinggal suaminya pergi dengan menggunakan pakaian serba putih.
“Saya sempat mimpi bapak pakai pakaian serba putih, katanya mau nangkil. Dalam mimpi itu saya mau ikut, tapi pas pakai kain (kamen) kok tidak jadi-jadi. Karena saking lamanya saya pakai kain, akhirnya saya ditinggal pergi duluan sama bapak dan bilang nanti akan ditunggu di sana,” kenang Muliasi. Karena mendapat firasat yang tidak enak melalui mimpinya itu, Muliasi tak dapat melanjutkan tidur sehabis bermimpi buruk.
Muliasi mengenang sosok Ketut Bimbo sebagai suami yang sangat romantis dengan gombalannya. Muliasi sendiri dulunya bersedia dipinang dan menikah saat usianya baru 22 tahun, sementara Ketut Bimbo ketika itu sudah berusia 45 tahun atau terpaut sekitar 23 tahun. Dari pernikahannya itu, mereka dikaruniai 4 anak (3 perempuan, 1 laki-laki).
Muliasi menyebutkan, sampai ajal menyemputnya, almarhum Ketut Bimbo tak pernah berhenti bernaynyi. Bahkan, sepekan sebelum meninggal, penyanyi Pop Bali legendaris ini masih sempat bernyanyi di teras rumah, diiringi organ kesayangannya. Alunan suaranya kala itu didengar oleh keponakan, anak, cucu, hingga saudara-saudara almarhum yang tinggal dalam satu natah (pekarangan rumah). “Bapak memang menyanyi hampir setiap hari. Itu cara almarhum menghibur diri,” cerita perempuan asal Desa/Kecamatan Busungbiu, Buleleng ini.
Sepengetahuan Muliasi, Ketut Bimbo semasa hidupnya telah menciptakan kurang lebih 200 judul lagu, yang terbagi menjadi 20 album. Namun sayang, seluruh karya Ketut Bimbo tidak didokumentasikan dnegan lengkap. Bahkan, di kediamannya pun almarhum tidak menyimpan buku catatan yang pernah dibuat atau kaset album masa kejayaannya. “Hanya beberapa lagu saja yang terdokumentasi setelah di upload di Youtube,” katanya.
Menurut Muliasi, lagu terakhir ciptaan Ketut Biombo berjudul ‘Uyak Corona’. Lagu dengan aransemen langsung oleh Ketut Bimbo dan dinyanyikan Kopral Jono itu pun telah diupload di Youtube. Lagu itu diciptakan tak lama setelah COivd-19 mewabah di Buleleng setahun lalu. Kemudian, video klip sederhana lagu ciptaan Ketut Bimbo ini diupload pada Mei 2020.
“Banyak sekali lagu yang diciptakan bapak. Inspirasinya ya sekitar-sekitar lingkungan saja, apa yang sedang terjadi dan apa yang ada, itu yang ditulis sebagai lagu. Anaknya juga dibutakan lagu khusus anak-anak. Itu Komang yang nyanyi judulnya ‘Bangun Semengan’ dan ‘Guru Rupaka’,” ungkap Muliasi.
Ketut Bimbo selaku penyanyi Pop Bali pertama di Pulau Dewata, sangat disegani junior-juniornya. Banyak artis Pop Bali yang belajar dengan sang maestro, termasuk penyanyi kawakan Yong Sagita dan Dek Ulik.
Sebagai pria Buleleng yang mudah berinteraksi, almarhum Ketut Bimbo banyak memiliki kenalan dan sahabat. Sejumla artis Pop Bali terkenal pun sering berkunjung ke rumahnya yang sederhana di Desa Banyuatis. Tak terkecuali Ni Putu Putri Suastini, seniwati multitalenta yang notabene istri Gubernur Bali Wayan Koster.
Capaiannya sebagai seorang seniman yang tak pernah padam, mengantarkan Ketut Bimbo menerima penghargaan Lifetime Achivment Award, Gema Cipta 2020 yang diberikan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Bali pada 29 November 2020. Jauh sebelumnya, Ketut Bimbo juga sempat dianugerahi penghargaan Gita Utama Nugraha Pengabdian Seumur Hidup, apresiasi musisi Bali yang diberikan oleh Music Magazine tahun 2009.
Sementara itu, kakak kandung Ketut Bimbo, yakni Komang Dri Putra, menceritakan karier almarhum sebagai artis dan pencipta lagu Pop Bali memang tak lepas dari darah seniman keluarganya. Ketut Bimbo megawali kariernya sebagai penyiar radio Massachussets Broadcasting Service (MBS) yang kebetulan dirintis oleh Kakak sulungnya, Wayan Wiadnya.
“Adik saya ini (Ketut Bimbo) memang agak ampah, dia hanya tamat SMP. Akhirnya saya ajak dia jadi penyiar radio sejak tahun 76. Kemudian sempat jadi penyiar di Karangasem dan pindah ke Denpasar, merantau bekerja di pabrik kopi. Memang orangnya pekerja keras. Nama Ketut Bimbo itu nama mengudara saat siaran, tetapi dibawa sampai sekarang. Buat KTP juga namanya yang dipakai Ketut Bimbo,” kenang Komang Dri Putra di rumah duka, Kamis kemarin.
Setelah merantau ke Denpasar, kata Dri Putra, bakat Ketut Bimbo menciptakan lagu dan bernyanyi mulai muncul. Satu per satu lagu diciptakan dan dinyanyikan sendiri. Kegiatannya berkesenian dan mengisi hobi dilakukan Ketut Bimbo sembari bekerja sebagai tenaga pabrik kopi merk terkenal. Kariernya sebagai artis Bali terus meroket tahun 1980. Lagu ciptaan dengan lirik khas Buleleng dan sangat relevan di kehidupan nyata banyak mendatangkan penggemar fanatik untuk Ketut Bimbo. *k23
Ketut Bimbo menghembuskan napas terakhir dalam usia 69 tahun di kediamannya di Banjar Tengah, Desa Banyuatis, Rabu pagi sekitar pukul 10.55 Wita, akibat sakit diabetes dan komplikasi yang dideritanya selama bertahun-tahun. Ketut Bimbo berpulang buat selamanya dengan meninggalkan istri tercinta Nyoman Muliasi dan empat orang anak: Luh Putu Megawati, 24, Made Ayu Wiranti, 22, Komang Tia Ismayati, 12, dan Ketut Manik Galih, 10.
Hingga tadi malam, jenazah sang maestro sekaligus pioner penyanyi lagu Pop Bali ini masih disemayamkan di rumah duka. Rencananya, jenazah Ketut Bimbo akan dikremasi di Yayasan Pengayom Umat Hindu (YPUH) Buleleng yang berlokasi di Kelurahan Kampung Anyar-Singaraja, Kecamatan Buleleng pada Sukra Umanis Langkir, Jumat (30/4) pagi ini pukul pukul 10.00 Wita. Seluruh rangkaian upacara pengabenan dijadwalkan berlangsung siang harinya pukul 11.00 Wita.
Pantauan NusaBali di rumah duka kawasan Banjar Tengah, Desa Bantuatis, Kamis (29/4) siang, tampak para tetangga, teman-teman, dan kerabat Ketut Bimbo silih berganti datang melayat. Istri almarhum Nyoman Muliasi berusaha tegar dan menyambut kedatangan para pelayat.
Kepada NusaBali, Nyoman Muliasi menceritakan almarhum Ketut Bimbo sudah menderita sakit diabetes dan komplikasi sejak 10 tahun terakhir. Bahkan, sebelum pandemi Covid-19, pelantun tembang ‘Ngebet Keladi’ ini sudah bolak-balik menjalani opname di rumah sakit. Namun, sejak pandemi Covid-19, Maret 2020, Ketut Bimbo hanya menjalani pengobatan d dokter untuk mengontrol penyakitnya.
Menurut Muliasi, kondisi Ketut Bimbo mulai drop sejak Selasa (27/4) sore atau dua hari sebelum meninggal. “Sebelum Hari Raya Kuningan, baoak (Ketut Bimbo) mengaku tidak enak badan. Kemudian, Selasa sore kondisinya drop. Sampai akhirnya meninggal Rabu pagi. Tidak ada pesan apa-apa bapak,” papar Muliasi.
Muliasi yang telah mendampingi Ketut Bimbo puluhan tahun, mengaku merasakan firasat yang tidak enak sebelum kondisi almnarhum drop. Perempuan berusia 46 tahun ini mengaku sempat bermimpi aneh, Senin (26/4) malam. Dalam mimpinya, dia ditinggal suaminya pergi dengan menggunakan pakaian serba putih.
“Saya sempat mimpi bapak pakai pakaian serba putih, katanya mau nangkil. Dalam mimpi itu saya mau ikut, tapi pas pakai kain (kamen) kok tidak jadi-jadi. Karena saking lamanya saya pakai kain, akhirnya saya ditinggal pergi duluan sama bapak dan bilang nanti akan ditunggu di sana,” kenang Muliasi. Karena mendapat firasat yang tidak enak melalui mimpinya itu, Muliasi tak dapat melanjutkan tidur sehabis bermimpi buruk.
Muliasi mengenang sosok Ketut Bimbo sebagai suami yang sangat romantis dengan gombalannya. Muliasi sendiri dulunya bersedia dipinang dan menikah saat usianya baru 22 tahun, sementara Ketut Bimbo ketika itu sudah berusia 45 tahun atau terpaut sekitar 23 tahun. Dari pernikahannya itu, mereka dikaruniai 4 anak (3 perempuan, 1 laki-laki).
Muliasi menyebutkan, sampai ajal menyemputnya, almarhum Ketut Bimbo tak pernah berhenti bernaynyi. Bahkan, sepekan sebelum meninggal, penyanyi Pop Bali legendaris ini masih sempat bernyanyi di teras rumah, diiringi organ kesayangannya. Alunan suaranya kala itu didengar oleh keponakan, anak, cucu, hingga saudara-saudara almarhum yang tinggal dalam satu natah (pekarangan rumah). “Bapak memang menyanyi hampir setiap hari. Itu cara almarhum menghibur diri,” cerita perempuan asal Desa/Kecamatan Busungbiu, Buleleng ini.
Sepengetahuan Muliasi, Ketut Bimbo semasa hidupnya telah menciptakan kurang lebih 200 judul lagu, yang terbagi menjadi 20 album. Namun sayang, seluruh karya Ketut Bimbo tidak didokumentasikan dnegan lengkap. Bahkan, di kediamannya pun almarhum tidak menyimpan buku catatan yang pernah dibuat atau kaset album masa kejayaannya. “Hanya beberapa lagu saja yang terdokumentasi setelah di upload di Youtube,” katanya.
Menurut Muliasi, lagu terakhir ciptaan Ketut Biombo berjudul ‘Uyak Corona’. Lagu dengan aransemen langsung oleh Ketut Bimbo dan dinyanyikan Kopral Jono itu pun telah diupload di Youtube. Lagu itu diciptakan tak lama setelah COivd-19 mewabah di Buleleng setahun lalu. Kemudian, video klip sederhana lagu ciptaan Ketut Bimbo ini diupload pada Mei 2020.
“Banyak sekali lagu yang diciptakan bapak. Inspirasinya ya sekitar-sekitar lingkungan saja, apa yang sedang terjadi dan apa yang ada, itu yang ditulis sebagai lagu. Anaknya juga dibutakan lagu khusus anak-anak. Itu Komang yang nyanyi judulnya ‘Bangun Semengan’ dan ‘Guru Rupaka’,” ungkap Muliasi.
Ketut Bimbo selaku penyanyi Pop Bali pertama di Pulau Dewata, sangat disegani junior-juniornya. Banyak artis Pop Bali yang belajar dengan sang maestro, termasuk penyanyi kawakan Yong Sagita dan Dek Ulik.
Sebagai pria Buleleng yang mudah berinteraksi, almarhum Ketut Bimbo banyak memiliki kenalan dan sahabat. Sejumla artis Pop Bali terkenal pun sering berkunjung ke rumahnya yang sederhana di Desa Banyuatis. Tak terkecuali Ni Putu Putri Suastini, seniwati multitalenta yang notabene istri Gubernur Bali Wayan Koster.
Capaiannya sebagai seorang seniman yang tak pernah padam, mengantarkan Ketut Bimbo menerima penghargaan Lifetime Achivment Award, Gema Cipta 2020 yang diberikan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Bali pada 29 November 2020. Jauh sebelumnya, Ketut Bimbo juga sempat dianugerahi penghargaan Gita Utama Nugraha Pengabdian Seumur Hidup, apresiasi musisi Bali yang diberikan oleh Music Magazine tahun 2009.
Sementara itu, kakak kandung Ketut Bimbo, yakni Komang Dri Putra, menceritakan karier almarhum sebagai artis dan pencipta lagu Pop Bali memang tak lepas dari darah seniman keluarganya. Ketut Bimbo megawali kariernya sebagai penyiar radio Massachussets Broadcasting Service (MBS) yang kebetulan dirintis oleh Kakak sulungnya, Wayan Wiadnya.
“Adik saya ini (Ketut Bimbo) memang agak ampah, dia hanya tamat SMP. Akhirnya saya ajak dia jadi penyiar radio sejak tahun 76. Kemudian sempat jadi penyiar di Karangasem dan pindah ke Denpasar, merantau bekerja di pabrik kopi. Memang orangnya pekerja keras. Nama Ketut Bimbo itu nama mengudara saat siaran, tetapi dibawa sampai sekarang. Buat KTP juga namanya yang dipakai Ketut Bimbo,” kenang Komang Dri Putra di rumah duka, Kamis kemarin.
Setelah merantau ke Denpasar, kata Dri Putra, bakat Ketut Bimbo menciptakan lagu dan bernyanyi mulai muncul. Satu per satu lagu diciptakan dan dinyanyikan sendiri. Kegiatannya berkesenian dan mengisi hobi dilakukan Ketut Bimbo sembari bekerja sebagai tenaga pabrik kopi merk terkenal. Kariernya sebagai artis Bali terus meroket tahun 1980. Lagu ciptaan dengan lirik khas Buleleng dan sangat relevan di kehidupan nyata banyak mendatangkan penggemar fanatik untuk Ketut Bimbo. *k23
Komentar