Kebocoran PDAM Jadi Atensi DPRD Badung
Rugi Rp 13,8 Miliar, Pegawai Masih Dapat THR dan Gaji ke-13
MANGUPURA, NusaBali
Komisi III DPRD Badung menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan jajaran Direksi Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Air Minum Tirta Mangutama Badung di gedung DPRD Badung, Selasa (4/5).
Dalam rapat tersebut terungkap masalah kebocoran yang terjadi di PDAM mencapai 40,6 persen. Rapat dipimpin Ketua Komisi III I Putu Alit Yandinata bersama Wakil Ketua Komisi III I Nyoman Satria dan dihadiri sejumlah anggota komisi, Direktur Utama PDAM I Wayan Suyasa, Direktur Teknologi dan Direktur serta Dewan Pengawas I Wayan Tirta. Rapat berlangsung cukup alot karena lebih banyak membahas masalah kebocoran yang menyebabkan kerugian di tubuh perusahaan milik pemerintah itu mencapai Rp 13,8 miliar lebih.
Wakil Ketua Komisi III I Nyoman Satria mengatakan, kebocoran yang terjadi melampaui batas toleransi kebocoran 21 persen dari jumlah produksi. Nyoman Satria meminta langkah cepat apa yang dilakukan untuk menutupi kerugian yang terjadi.
Terlebih Satria melihat, meski mengalami kerugian, gaji ke-13 dan THR serta Tunjungan Kinerja masih tetap bisa dibayarkan. Bagi Satria, tunjangan kinerja diberikan saat berkinerja dengan baik. Sedangkan bagaimana mengukur kinerja dalam situasi yang mengalami kerugian. “Langkah apa yang sudah dilakukan Dirut?” tanya Satria.
Ketua Komisi III DPRD Badung I Putu Alit Yandinata juga mengatensi soal kebocoran ini. Yandinata meminta jajaran direksi untuk bekerja keras agar peristiwa yang baru kali pertama terjadi di PDAM Badung tidak terulang kembali pada tahun mendatang. Bilamana terjadi permainan antar petugas meter PDAM, Alit Yandinata meminta agar segera diambil tindakan tegas. “Ini bagaimana bisa sampai ada 13 ribu pelanggan yang meter 0 tidak ada pemakaian sama sekali. Saya minta ada sikap tegas untuk itu,” tegasnya.
Sementara itu, Dirut Perumda Air Minum Tirta Mangutama Badung I Wayan Suyasa mengatakan, kerugian yang terjadi lantaran 10 ribu pelanggan di bidang usaha pariwisata di Badung sedang mengalami masalah terkait Covid-19. Kendati jumlah pelanggan rumah tangga lebih besar yakni 60 ribu lebih, tidak mampu menutupi biaya produksi. “10 ribu pelanggan di pariwisata ini dulu mampu untuk mensubsidi pelanggan di rumah tangga,” kata Suyasa.
Suyasa mengaku telah melakukan sejumlah langkah. Salah satunya dengan efisiensi. Baik dari gaji pegawai sampai program kerja. “Pendapatan gajih THL (tenaga harian lepas) kita kurangi 50 persen. Jatah premium juga kita hilangkan. Termasuk asuransi juga kita turunkan, dan pengurangan gaji 13. Jadi di sampingnya efisensi pendapatan pegawai. Juga ada pengurangan biaya-biaya lainnya,” beber Suyasa sembari menyebut dari hasil penyisiran pengiritan, didapatkan sebanyak Rp 2,5 miliar. *ind
Wakil Ketua Komisi III I Nyoman Satria mengatakan, kebocoran yang terjadi melampaui batas toleransi kebocoran 21 persen dari jumlah produksi. Nyoman Satria meminta langkah cepat apa yang dilakukan untuk menutupi kerugian yang terjadi.
Terlebih Satria melihat, meski mengalami kerugian, gaji ke-13 dan THR serta Tunjungan Kinerja masih tetap bisa dibayarkan. Bagi Satria, tunjangan kinerja diberikan saat berkinerja dengan baik. Sedangkan bagaimana mengukur kinerja dalam situasi yang mengalami kerugian. “Langkah apa yang sudah dilakukan Dirut?” tanya Satria.
Ketua Komisi III DPRD Badung I Putu Alit Yandinata juga mengatensi soal kebocoran ini. Yandinata meminta jajaran direksi untuk bekerja keras agar peristiwa yang baru kali pertama terjadi di PDAM Badung tidak terulang kembali pada tahun mendatang. Bilamana terjadi permainan antar petugas meter PDAM, Alit Yandinata meminta agar segera diambil tindakan tegas. “Ini bagaimana bisa sampai ada 13 ribu pelanggan yang meter 0 tidak ada pemakaian sama sekali. Saya minta ada sikap tegas untuk itu,” tegasnya.
Sementara itu, Dirut Perumda Air Minum Tirta Mangutama Badung I Wayan Suyasa mengatakan, kerugian yang terjadi lantaran 10 ribu pelanggan di bidang usaha pariwisata di Badung sedang mengalami masalah terkait Covid-19. Kendati jumlah pelanggan rumah tangga lebih besar yakni 60 ribu lebih, tidak mampu menutupi biaya produksi. “10 ribu pelanggan di pariwisata ini dulu mampu untuk mensubsidi pelanggan di rumah tangga,” kata Suyasa.
Suyasa mengaku telah melakukan sejumlah langkah. Salah satunya dengan efisiensi. Baik dari gaji pegawai sampai program kerja. “Pendapatan gajih THL (tenaga harian lepas) kita kurangi 50 persen. Jatah premium juga kita hilangkan. Termasuk asuransi juga kita turunkan, dan pengurangan gaji 13. Jadi di sampingnya efisensi pendapatan pegawai. Juga ada pengurangan biaya-biaya lainnya,” beber Suyasa sembari menyebut dari hasil penyisiran pengiritan, didapatkan sebanyak Rp 2,5 miliar. *ind
Komentar