Ratusan Cakep Lontar Jadi Koleksi Pribadi
Lontar berusia ribuan tahun akan dibeli oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Buleleng agar tidak jatuh ke orang asing.
SINGARAJA, NusaBali
Sebanyak 175 cakep lontar ditemukan ada pada seorang warga Jalan Pulau Sugara, Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan/Kabupaten Buleleng oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Buleleng. Konon ratusan lontar milik Gede Neca, salah satu pengumpul barang antik asal Buleleng, adalah lontar asli yag dibuat oleh orang Buleleng ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu.
Namun menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Buleleng, Nyoman Sutrisna yang ditemui di ruang kerjanya Selasa (13/12) pagi, dari ratusan lontra yang masih dalam keadaan yang baik dan dapat terbaca hanya 61 cakep lontar saja. Sisanya sudah rusak dimakan waktu.
Dari enam puluh satu lontar yang dapat dibaca tersebut, memuat tentang ilmu pangasih-asih, sarana membuat penyakit, awig-awig, usada, tutur, kekawin, kawisesan, penerangan, geguritan, petunjuk pelaksana upakara, jenis dan kegunaan besi, wariga, pembersihan karang, pemeliharaan tanaman, hingga ilmu yang menjelaskan penyebab sakit.
“Keenam puluh satu lontar tersebut sudah terbaca, dan setelah kami datangkan ahli lontar, memang masih asli, dan katanya dibuat oleh orang asli Buleleng,” ujar Sutrisna.
Dengan temuan ratusan cakep lontar dari tangan Neca tersebut, pihaknya selaku pemerintah berencana untuk membeli lontar-lontra tersebut. Sutrisna pun menyebutkan bahwa akan melakukan pendalaman, darimana Neca mendapatkan seluruh lontar itu.
Karena dikhawatirkan lontra-lontra itu akan jatuh ke tangan orang-orang asing, karena yang bersangkutan kini sedang memerlukan uang. Pihaknya pun mengaku sudah membuat usulan tersebut kepada Pemkab Buleleng. dan jika disetujui, sejumlah lontar bersejarah itu akan disimpan di Gedong Kirtya yang selama ini merupakan tempat penyimpanan ribuan lontar di Buleleng. Sehingga dengan pembelian lontar-lontar tersebut, akan menambah koleksi gedong kirtya yang menyimpan informasi lawas yang ada di dalam lontar itu.
Hingga saat ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata pun mengaku masih konsen terkait penataan lontar yang ada di Gedong Kirtya. Saat ini pun tengah diupayakan pendataan dan komputerisasi seluruh lontar yang ada di sana.
Masing-masing lontar akan dibaca dan dibuat ringkasannya, sehingga jika ada pelajar atau mahasiswa dan tamu asing mencari refrensi tinggal mencarinya di komputer. Hal tersebut pun dikatakan olehnya untuk mengantisipasi potensi kerusakan lontar akibat sering dibuka tutup, karena uasianya yang sudah tidak muda lagi. *k23
Namun menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Buleleng, Nyoman Sutrisna yang ditemui di ruang kerjanya Selasa (13/12) pagi, dari ratusan lontra yang masih dalam keadaan yang baik dan dapat terbaca hanya 61 cakep lontar saja. Sisanya sudah rusak dimakan waktu.
Dari enam puluh satu lontar yang dapat dibaca tersebut, memuat tentang ilmu pangasih-asih, sarana membuat penyakit, awig-awig, usada, tutur, kekawin, kawisesan, penerangan, geguritan, petunjuk pelaksana upakara, jenis dan kegunaan besi, wariga, pembersihan karang, pemeliharaan tanaman, hingga ilmu yang menjelaskan penyebab sakit.
“Keenam puluh satu lontar tersebut sudah terbaca, dan setelah kami datangkan ahli lontar, memang masih asli, dan katanya dibuat oleh orang asli Buleleng,” ujar Sutrisna.
Dengan temuan ratusan cakep lontar dari tangan Neca tersebut, pihaknya selaku pemerintah berencana untuk membeli lontar-lontra tersebut. Sutrisna pun menyebutkan bahwa akan melakukan pendalaman, darimana Neca mendapatkan seluruh lontar itu.
Karena dikhawatirkan lontra-lontra itu akan jatuh ke tangan orang-orang asing, karena yang bersangkutan kini sedang memerlukan uang. Pihaknya pun mengaku sudah membuat usulan tersebut kepada Pemkab Buleleng. dan jika disetujui, sejumlah lontar bersejarah itu akan disimpan di Gedong Kirtya yang selama ini merupakan tempat penyimpanan ribuan lontar di Buleleng. Sehingga dengan pembelian lontar-lontar tersebut, akan menambah koleksi gedong kirtya yang menyimpan informasi lawas yang ada di dalam lontar itu.
Hingga saat ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata pun mengaku masih konsen terkait penataan lontar yang ada di Gedong Kirtya. Saat ini pun tengah diupayakan pendataan dan komputerisasi seluruh lontar yang ada di sana.
Masing-masing lontar akan dibaca dan dibuat ringkasannya, sehingga jika ada pelajar atau mahasiswa dan tamu asing mencari refrensi tinggal mencarinya di komputer. Hal tersebut pun dikatakan olehnya untuk mengantisipasi potensi kerusakan lontar akibat sering dibuka tutup, karena uasianya yang sudah tidak muda lagi. *k23
Komentar