Adi Wiryatama Dukung Penuh Langkah Gubernur Bersihkan Bule Nyeleneh
Cegah Turis Sandal Jepit, Akademisi Desak Wujudkan Pariwisata Berkualitas
DENPASAR, NusaBali
Ketua DPRD Bali, Nyoman Adi Wiryatama, dukung penuh sikap Gubernur Wayan Koster untuk membersihkan warga negara asing (WBA) yang nyeleneh dan merusak budaya Bali, seperti menggelar kegiatan kelas orgasme sebagaimana dilakukan Shristopher Kyle Martin, 38, dari Kanada.
Adi Wiryatama menegaskan langkah Gubernur Koster sudah tepat dan tegas, tanpa khawatir Bali akan kehilangan turis. Adi Wiryatama menegaskan, tidak ada tempat bagi orang asing atau apalah istilahnya yang menganggu keamanan, ketertiban, budaya Bali. "Yang namanya bule nyeleneh, kalau sudah menganggu keamanan, ketertiban, dan budaya Bali, sikat sudah. DPRD Bali akan mendukung langkah tegas pemerintah," tandas Adi Wiryatama kepada NusaBali di Gedung DPRD Bali, Niti Mandala Denpasar, Senin (10/5) siang.
Menurut Adi Wiryatama, Bali selama ini sangat kondusif, rukun, dan masyarakatnya sangat menjaga toleransi. Suasana konduisif ini jangan dikotori oleh ulah orang asing yang cawe-cawe dan nyeleneh.
"Mau apa labelnya, saya dukung tindakan tegas Pemprov Bali terhadap mereka yang berbuat onar. Ngapain dipikirin? Bali sudah kondusif, kerukunan terjaga, toleransi juga terjaga," jelas politisi senior PDIP asal Banjer Tegeh, Desa Angseri, Kecamatan Baturiti, Tabanan ini.
Ketua Dewan Pertimbangan Daerah (Deperda) PDIP Bali ini menyebutkan, lang-kah Gubernur Koster mendeportasi bule yang berbuat nyelengeh dari Bali sudah sesuai aturan yang berlaku. Ini tidak ada kekhwatiran akan menimbulkan kesan Bali tak ramah.
"Justru karena orang asing yang berulah itu, Bali bisa menjadi rusak. Pendeportasian turis asing ini kan sudah sesuai aturan hukum yang berlaku. Sebab, ada Undang-undang yang dilanggar turis tersebut. Ngapaain takut terhadap citra Bali?" papar Adi Wiryatama.
Kalau tidak ada ketegasan terhadap orang asing yang befrbuat aneh-aneh, kata Adi Wiryatama, justru akan mendegradasi pariwisata Bali yang sudah tersohor di dunia. Pemerintah Provinsi Bali, baik Gubernur Koster dan maupun DPRD Bali, tentu melihat fakta dan aturan. "Kalau dibiarkan, adat dan budaya Bali bisa terdegradasi oleh ulah orang asing," tegas mantan Bupati Tabanan dua kali periode (2000-2005, 2005-2010) yang sudah dua kali periode menjabat Ketua DPRD Bali ini.
Sementara itu, pendeportasian turis asing yang berulah di Bali juga mendapat dukungan dari Dekan Fakultas Pariwisata Unud, Dr Nyoman Sunarta. Menurut Sunarta, kasus bule berulah di Bali sangatlah banyak. Ini seperti gunung es, yang tampak permukaan, namun di bawah berbagai cerita kasus orang asing sangat banyak.
Sunarta menyebutkan, ini sebuah risiko karena Bali yang membuka diri terlalu bebas, sehingga turis kelas sandal jepit pun membanjiri Bali. "Saya sepakat ada kebijakan pemerintah daerah bertindak tegas. Bila perlu, nanti desa adat lebih tegas lagi. Desa kita harus terjaga,” ujar Sunarta yang diwawancarai NusaBali usai menjadi narasumber dalam webinar dan bedah buku di Kantor DPD I Golkar Bali, Jalan Surapati Nomor 9 Denpasar, Senin kemarin.
“Orang asing sekarang bersaing sampai ke desa-desa, dengan izin tinggal yang ti-dak jelas. Mereka berbisnis dan bekerja di Bali. Jadi, ini juga menjadi persoalan yang harus diselesaikan, karena orang asing telah merebut lahan orang lokal," lanjut Sunarta.
Sunarta menengarai banyak orang asing di Bali yang sengaja berulah nyeleneh, dengan harapan ditangkap petugas dan ujung-ujungnya berharap dideportasi ke negaranya. Orang asing seprti itu, istilahnya mencari-cari kesempatan.
“Sepertinya ini modus, orang asing sengaja melakukan aksi nyeleneh agar bisa dideportasi dari Bali. Sekarang kan banyak itu laporan bule kehabisan uang bekal di Bali, lalu mereka berbuat aneh dan dideportasi. Mereka memang modusnya mau dipulangkan tanpa keluar biaya," papar Sunarta.
Sunarta mendesak pemerintah dan stakeholder segera mewujudkan Bali sebagai daerah pariwisata yang berkualitas, dengan memberdayakan potensi desa-desa yang ada. "Orang desa, ayo bangkitlah. Garap potensi desa kita. Pemerintah juga kita harapkan segera wujudkan Bali dengan pariwisata berkualitas. Jangan lagi kejar kuantitas yang dampaknya merusak alam Bali," ajak akademisi asal Desa Delod Rurung, Kecamatan Tabanan ini.
Gubernur Koster sendiri kembali menunjukan sikap tegasnya terhadap kegiatan orang asing di Bali yang menganggu keamanan dan ketertiban. Setelah perintah-kan deportasi bule Rusia yang langgar protokol kesehatan dengan melukis masker di wajah ungtuk kelabui petugas, Minggu (9/5) sore Gubernur Koster kembali usir Christopher Kyle Martin, bule Kanada ‘penyelenggara’ kegiatan kelas orgasme.
Christopher Kyle Martin, instruktur yoga yang mengiklankan kegiatan ‘Yoga Trantric Full Body Orgasm’ di Jalan Penestanan Nomor 8 Desa Sayan, Kecamatan Ubud, Gianyar, dideportasi ke negaranya, Minggu sore pukul 15.20 Wita. Selain dideportasi, bule pemegang paspor HN706178 ini juga dicekal masuk ke Bali selama 6 bulan ke depan.
Sebelum diusir dari Bali, Christopher Kyle Martin mengaku menyesali perbuatannya dan sempat meminta maaf secara langsung kepada Gubernur Koster. Permintaan maaf tersebut dilakukan bule kelahiran 12 November 1983 ini seusai dihadirkan dalam jumpa pers di Kantor Imigrasi Kelas I Denpasar, Jalan Panjaitan Nomor 3 Niti Mandala Denpasar, Kamis siang pukul 12.30 Wita, yang dihadiri langsung Gubernur Koster.
Christopher Kyle Martin merupakan WNA kedua yang diusir dari Bali dalam kurun empat hari terakhir, karena bermasalah. Sebelumnya, perempuan bule Rusia, Leia Se, 25, juga dideportasi dari Bali, Rabu (5/5) petang, atas ulahnya langgar protokol kesehatan Covid-19 yakni mengelabui petugas keamanan dengan melukis masker di wajah saat masuk toko modern Popular Deli di Jalan Subak Sari Desa Tibubeneng, Kecamatan Kuta Utara, Badung. Deportasi bule Rusia itu juga dilakukan atas perintah langsung Gubernur Koster. *nat
Komentar