Desa Adat Benawah Bangun Bank Sampah
GIANYAR, NusaBali
Desa Adat Benawah, Kecamatan Gianyar, Gianyar, membangun bank sampah berbasis desa adat.
Dengan bank sampah akan tercipta lingkungan bersih, sekaligus krama berpenghasilan dari jual sampah. Bendesa Benawah Anak Agung Gede Arnawa mengatakan, program ini didukung penuh oleh krama. Krama merespons program ini karena manfaat ganda bank sampah. "Poin utama, masyarakat ingin bersih. Saya edukasi juga dipilah yang organik dan nonorganik. Kami yakinkan dengan mendatangkan PKK, kami beri pemahaman. Soal sampah ini kan basisnya adalah perempuan," ujar Agung Arnawa, Senin (10/5).
Sebelum melaksanakan program ini, dia mengaku menggelar rapat untuk memperkenalkan gagasannya. Setelah masyarakat tertarik kemudian dijelaskan terkait teknis. "Kami lewat rapat dulu, sosialisasi apa saja saja jenis sampah yang dipilah. Kaleng, botol, plastik, besi, tembaga, sepatu bekas dan lain sebagainya. Saya beri edukasi pada masyarakat, yang tentu ada income untuk krama," jelasnya.
Kata dia, meski uang yang didapat masih terbilang kecil, namun kesadaran masyarakat sudah terbentuk. Dia optimistis program ini akan berhasil. "Karena masyarakat tertarik dengan kebersihan lingkungan. Saya larang buang plastik ke got. Saya buat program. Jadi kalau ada plastik dibuang bisa dipungut sama krama. Karena mereka sadar, kalau dipungut bisa menghasilkan uang," jelasnya.
Dia mengatakan, sampah sebenarnya menjadi berkah kalau bisa disikapi. Namun memang harus pelan-pelan untuk sosialisasi ke masyarakat. Ini terkait dengan mengubah mind set. "Apa yang bisa kami wariskan ke generasi, pertama adalah lingkungan bersih dan lestari,’’ujarnya.
Kata dia, program tersebut sesuai arahan Gubernur Bali yakni pengolahan sampah berbasis desa adat. Selain itu, mendukung program Bupati Gianyar untuk mewujudkan Gianyar bersih. Kata dia, uang yang dihasilkan warga bergantung dari jenis sampah dan ada 47 item jenis sampah termasuk styrofoam (gabus) juga bisa jadi penghasilan. Misalnya, sampah kaleng dihargai Rp 7.000/kg. Sampah ini akan dijual kepada pihak ketiga yang siap diajak kerja sama.
Dia mengatakan, enam bulan sekali uang hasil penjualan sampah yang ditabung dari sampah tersebut akan dicairkan kepada yang berhak. "Jadi untuk biaya beli sarana upacara dan daging, sudah ada. Minggu sebelum Galungan kami sudah cairkan," jelasnya.
Dia mengaku siap berkolaborasi dengan desa adat lain di Bali yang ingin bekerjasama terkait pengelolaan bank sampah ini. "Kami lihat ada perkembangan setelah edukasi dan warga sangat antusias," ujarnya. *nvi
1
Komentar