Lima Warga Terindikasi Gejala Meningitis
Diduga Setelah Makan Lawar, Badung Terjunkan Tim untuk Menelusuri
MANGUPURA, NusaBali
Lima orang warga Desa Adat Samu, Desa Mekar Bhuana, Kecamatan Abiansemal, Badung, dilarikan ke RSD Mangusada, karena keluhan mirip gejala meningitis atau radang selaput otak, Selasa (12/5) lalu.
Diduga gelaja meningitis itu setelah warga mengonsumsi lawar. Namun, untuk mengetahui penyebab pasti, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung menurunkan tim kesehatan hewan (Keswan) untuk menelusuri sumber daging babi yang diduga menjadi penyebab kejadian tersebut.
Tim Keswan bersama Dinas Kesehatan, Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar, kepolisian, dan GUPBI Bali, sedang melakukan penyisiran ke sejumlah peternak dan warga di Banjar Samu, Desa Mekar Buwana, Kecamatan Abiansemal. Tujuannya untuk mengetahui penyebab warga mengalami gejala mirip meningitis.
Kelian Banjar Dinas Samu, Desa Mekar Bhuana, Agung Swadyaya, mengatakan jika makanan lawar yang diduga menyebabkan lima warga harus dilarikan ke rumah sakit memang benar sempat dikonsumsi oleh warga tersebut pada tanggal 4 Mei 2021, karena ada persiapan upacara di desa adat setempat. Kemudian, keluhan mulai dirasakan mulai 10-12 Mei 2021. Agung Swadyaya menegaskan, dugaan lawar yang menjadi penyebabnya belum bisa disimpulkan sebelum ada penelitian lebih lanjut.
“Kronologisnya pasien ada yang badannya panas disertai kejang. Ada juga pasien yang tensinya drop, terus minta dibelikan sate dan gulai kambing, tapi malah jadi over tensi. Ada juga yang kelelahan terus pingsan dan dirujuk ke rumah sakit. Jadi kronologisnya beda-beda,” jelasnya melalui pesan WhatsApp, Jumat (14/5).
Lebih lanjut, Camat Abiansemal Ida Bagus Putu Mas Arimbawa, menambahkan, hasil dari uji laboratorium sementara, keluhan yang dialami warga Desa Adat Samu disebabkan oleh bakteri. Namun, itu pun harus ditindaklanjuti dengan penelitian lanjutan. “Jadi untuk sementara lima orang warga kami masih dirawat di rumah sakit. Sesuai petunjuk dari Dinas Kesehatan, yang bersangkutan harus 14 hari menjalani perawatan di RSD Mangusada,” terangnya dikonfirmasi kemarin petang.
Sementara itu, Kamis (13/5) malam lalu telah dilaksanakan sosialisai bersama jajaran camat dan dinas dan lintas sektor terkait untuk mengambil langkah cepat agar masyarakat tidak resah. Acara dilangsungkan di jaba tengah Pura Puseh dan Desa di Desa Adat Samu. “Kami berinisiatif menghadirkan seluruh kelian banjar dinas, sehingga kami berharap pesan-pesan yang disosialisasikan langsung bisa diedarkan ke masyarakat,” jelasnya.
Selain meminta masyarakat untuk tidak resah, dalam sosialisasi tersebut masyarakat juga diminta membudayakan pola pengolahan daging babi secara benar. Kemudian bagi peternak diharapkan menerapkan SOP peternakan yang benar, mulai dari kebersihan ternak, juga kebersihan si pemelihara. “Pengolahan daging yang tepat harus dimasak di atas 70 derajat celcius. Mudah-mudahan semua pesan dapat diterima oleh masyarakat dan mulai memperhatikan pengolahan daging dengan benar,” imbuh Arimbawa.
Sementara, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Badung I Wayan Wijana, mengatakan dari hasil penelusuran dan pengumpulan informasi dari perbekel dan bendesa adat, memang diakui sempat ada upacara keagamaan yang melibatkan sejumlah krama pengayah dan ada hidangan dengan masakan khas tradisional Bali. “Berdasarkan hasil penelusuran tim, daging yang diolah dibeli di seputar Blahkiuh dan menurut pengakuan pedagang daging, babi yang dipotong didatangkan dari luar Kabupaten Badung,” jelas Wijana, Jumat (14/5).
Wijana melanjutkan, karena babi berasal dari luar Badung, pihaknya langsung berkoordinasi dengan Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar dan GUPBI Bali, agar dapat ditindaklanjuti. Seperti mengambil pengambilan sampel darah di daerah asal babi untuk mencari penyebab warga sampai harus dirawat di rumah sakit. “Jadi, sampai saat ini kami belum bisa memastikan penyebab warga yang sakit, apakah karena bakteri pada babi atau penyebab lain karena harus menunggu hasil uji laboratorium dari BBVet Denpasar,” katanya.
Wijana menambahkan, penyakit babi yang disebabkan oleh bakteri Streptococus memiliki banyak jenis. Saat ini sangat mudah diobati dengan pemberian antibiotik. Babi yang diserang bakteri ini apabila ditangani dengan cepat biasanya akan cepat kembali sehat. “Daging babi yang diolah dengan baik dan dimasak dengan matang, sebetulnya sangat aman untuk dikonsumsi, sehingga masyarakat tidak perlu merasa takut untuk mengkonsumsi daging babi sebagai salah satu sumber protein hewani,” tandasnya. *ind
Komentar