Diberi Label Kopi Cipir, Dipercaya Manjur untuk Cegah Penuaan Dini
Krama Asal Desa Buahan, Kecamatan Tabanan Ciptakan Minuman Kopi dari Biji Sayur Klongkang
Versi Ketut Laba Nindya Arta, biji cipir warna hitam biasa digunakan sebagai bahan Kopi Cipir, sementara biji warna putih untuk bikin susu, dan biji warna coklat dibuat teh
TABANAN, NusaBali
Seorang krama dari Banjar Buahan Tengah, Desa Buahan, Kecamatan Tabanan, I Ketut Laba Nindya Arta, 52, ciptakan minuman langka dari biji sayur klongkang atau cipir. Minuman dari biji sayur klongkang yang diciptakannya mirip kopi, diberi label Kopi Cipir. Minuman Kopi Cipir ini dipercaya mampu mencegah penuaan dini.
Produk lokal industri rumah tangga berupa Kopi Cirir buatan Ketut Laba Nindya Arta ini disebut-sebut memiliki segudang manfaat kesehatan. Selain berkhasiat untuk mencegah penuaan dini, Kopi Cipir juga mampu meningkatkan kekebalan tubuh, bisa menurunkan berat badan, dan meningkatkan elastisitas kulit.
Minuman Kopi Cipir buatan Ketut Laba Nindya merupakan satu-satunya di Bali, bahkan se-Indonesia. Saat ini, minuman Kopi Cipir buatan Ketut Laba Nindya sudah berhasil tembus pasar luar negeri, seperti Jerman dan Belgia.
Ditemui di rumahnya kawasan Banjar Buahan Tengah, Desa Buahan, Kecamatan Tabanan, Jumat (14/5) pagi, Ketut Laba Nindya sempat menunjukkan bagaimana pros produksi Kopi Cipir. Minuman langka tersebut dibuat di dalam dapur sederhana, namun peralatan penunjangnya sudah menggunakan peralatan coffee shop.
Ketut Laba Nindya tidak hanya membuat Kopi Cipir original atau yang disebut formula, tetapi juga membikin Kopi Cipir dengan berbagai varian. Mulai dari varian Cipir Espresso, Cipir Jahe, hingga Cipir Susu. "Ini memang Kopi Cipir, tetapi bukan kopi," papar Ketut Laba.
Menurut Ketut Laba, usaha produksi rumahan Kopi Cipir ini sudah dirintisnya sejak tahun 2016. Awalnya, Ketut Laba memang ingin memanfaatkan tanaman lokal yang ada di sekitar rumahnya agar memiliki manfaat lebih. Keinginan menciptakan produk lokal tersebut muncul setelah Ketut Laba pensiun dari profesi sebelumnya bergelut di bidang properti.
Sebelum fokus ke usaha rumah tangga produksi Kopi Cipir, Ketut Laba beserta keluarganya tinggal di kawasan wisata Nusa Dua, Kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Badung. Bahkan, pria dengan pendidikan formal terakhir SMEA Negeri Tabanan ini selama 32 tahun merantau ke Nusa Dua.
Setelah memutuskan untuk pulang kampung ke Desa Buahan tahun 2016 lalu, Ketut Laba mulai bereksperimen membuat minuman mirip kopi dengan menggunakan sejumlah biji buah, mulai dari biji durian, biji nangka, hingga biji teep. Berdasarkan hasil eksperimennya, ternyata semua jenis biji memiliki ciri unik tersendiri dan punya cita rasa yang khas sebgaai minuman mirip kopi. Namun, yang paling bagus adalah biji kelongkang atau cipir. Maka, Ketut Laba pun memilih produk Kopi Ci-pir.
Ada sejumlah alasan kenapa Ketut Laba lebih memilih biji cipir untuk dijadikan produk minuman berkelas. Selain karena banyak orang tidak mengetahui sayur cipir dan khasiatnya, juga tidak sulit mencari bahannya. Sebab, sayur kelongkang tidak mengenal musim, kapan saja bisa berbuah.
"Kalau biji durian, biji nangka, dan biji teep, berbuahnya kan musiman. Tapi, kalau cipir (kelongkang) di musim apa pun selalu ada. Ini alasan saya mengolah biji cipir sebagai produk minuman berkelas," terang pria inovatif berusia 52 tahun kelahiran 17 Juli 1969 ini.
Ketut Laba mengisahkan, setelah memantapkan hati mengolah biji cipir sebagai minuman berkelas, dirinya seringkali uji coba untuk menemukan racikan yang pas. Selama 6 bulan masa uji coba Kopi Cipir, Ketut Laba banyak menemui kendala, seperti teplon yang digunakan untuk sangray biji cipir jebol, dapur sering berasap, dan biji cipir meledak hingga jadi seperti popcron. Namun, karena kegigihannya ingin menghasilkan produk berbeda, Ketut Laba akhirnya bisa mendapatkan citarasa Kopi Cipir yang prima.
Meski demikian, Ketuit Laba harus menunggu hampir 3 tahun sebelum akhirnya berani melaunching produk minuman Kopi Cipir pada 2019 lalu. "Proses saya untuk uji coba produk ini memang sangat lama, enam bulan itu. Itu pun masih ada yang perlu disempurnakan lagi," kata ayah empat anak dari pernikahannya dengan Ni Luh Putu Pande Santiari ini.
Saat launching propduk Kopi Cipir, Ketut Laba sudah mengangongi sejumlah perizinan, mulai dari izin usaha, dapat nomor induk berusaha, sertifikat produk industri rumah tangga, hingga sertifikat penyuluh keamanan pangan.
Preoses pembuatan Kopi Cipir itu sendiri, menurut Ketut Laba, diawali dengan mengeringkan buah sayur kelongkang yang sudah matang. Setelah kering, bijinya diambil. Ada 3 jenis biji kelongkang yang bisa diolah menjadi minuman Kopi Cipir. Pertama, biji warna hitam. Kedua, biji warna putih, Ketiga, biji warna coklat. Untuk yang biji hitam bisa dibuat untuk Kopi Cipir, sementara biji putih bisa dibuat susu, dan biji coklat dibuat teh.
Kemudian, biji cipir warna hitam yang sudah kering tersebut di-sangray. Menurut Ketut Laba, ada 6 teknik proses sangray untuk bisa menghasilkan biji cipir yang berkualitas. Salah satunya, tingkat kepanasan harus diukur supaya biji cipir tidak meledak.
Nah, setelah di-sangray, biji cipir digiling untuk menghasilkan serbuk mirip kopi. Selanjutnya, serbuk mirip kopi ini direbus selama 15 menit, kemudian disaring untuk menghilangkan ampas. Barulah stelah itu, Kopi Cipir bisa dinikmati.
Ketut Laba menyarankan Kopi Cipir tidak diseduh seperti kopi, karena akan menghasilkan rasa yang kurang enak. "Selama ingin dinikmati, Kopi Cipir bisa dicampur gula aren, jahe atau tiramisu. Bahkan, bisa dibuat espresso. Ini karena rasa dari cipir sudah bersahabat," ungkap Ketut Laba, yang sejatinya sama sekali tidak memiliki background barista.
Kopi Cipir buatan Ketut Laba rasanya memamg mirip kopi. Ada rasa gurih maupun sepet. Hanya saja, Kopi Cipir ini bisa dipadukan dengan berbagai campuran. Bisa dipadukan dengan susu, dipadukan dengan jahe, tiramisu, ataupun gula aren. Namun, yang paling dinikmati oleh pencinta Kopi Cipir atau Cipper adalah varian formula.
Ketut Laba menjelaskan, Kopi Cipir buatanya banyak memiliki manfaat kesehatan. Ini telah dibuktikan Dinas Kesehatan Tabanan yang sudah melakukan uji manfaat. Dengan mengkonsumsi Kopi Cipir, bisa meningkatkan kekebalan tubuh, menurunkan berat badan, mengatasi anemia, dan bantu menghasilkan darah. Bahkan, yang tak kalah penting, Kopi Cipir bisa mencegah penuaan dini. “Itu sudah diuji coba oleh Dinas Kesehatan Tabanan,” katanya.
Versi Ketut Laba, sejak tahun 2020 hingga sekarang, pihaknya sudsah berhasil memapasrkan produk 3.800 bungkus. Pemasaran yang dilakukan baru antar teman, namun sudah tembus pasar Jerman dan Belgia. Khusus pasar di Indonesia, sudah tembus pasar Jakarta Barat, Bandung, Medan, Manado, dan Makassar. Kopi Cipir ini dijual Rp 15.000 per bungkus isian 30 gram. Sebungkus bisa untuk 4 cangkir Kopi Cipir.
Ketut Laba berharap ke depannya Kopi Cipir buatannya bisa lebih berkembang dan jadi produk unggulan Desa Buahan. Ketut Laba sendiri sudah merencanakan untuk membuatkan hak paten Kopi Cipir ini. *des
Produk lokal industri rumah tangga berupa Kopi Cirir buatan Ketut Laba Nindya Arta ini disebut-sebut memiliki segudang manfaat kesehatan. Selain berkhasiat untuk mencegah penuaan dini, Kopi Cipir juga mampu meningkatkan kekebalan tubuh, bisa menurunkan berat badan, dan meningkatkan elastisitas kulit.
Minuman Kopi Cipir buatan Ketut Laba Nindya merupakan satu-satunya di Bali, bahkan se-Indonesia. Saat ini, minuman Kopi Cipir buatan Ketut Laba Nindya sudah berhasil tembus pasar luar negeri, seperti Jerman dan Belgia.
Ditemui di rumahnya kawasan Banjar Buahan Tengah, Desa Buahan, Kecamatan Tabanan, Jumat (14/5) pagi, Ketut Laba Nindya sempat menunjukkan bagaimana pros produksi Kopi Cipir. Minuman langka tersebut dibuat di dalam dapur sederhana, namun peralatan penunjangnya sudah menggunakan peralatan coffee shop.
Ketut Laba Nindya tidak hanya membuat Kopi Cipir original atau yang disebut formula, tetapi juga membikin Kopi Cipir dengan berbagai varian. Mulai dari varian Cipir Espresso, Cipir Jahe, hingga Cipir Susu. "Ini memang Kopi Cipir, tetapi bukan kopi," papar Ketut Laba.
Menurut Ketut Laba, usaha produksi rumahan Kopi Cipir ini sudah dirintisnya sejak tahun 2016. Awalnya, Ketut Laba memang ingin memanfaatkan tanaman lokal yang ada di sekitar rumahnya agar memiliki manfaat lebih. Keinginan menciptakan produk lokal tersebut muncul setelah Ketut Laba pensiun dari profesi sebelumnya bergelut di bidang properti.
Sebelum fokus ke usaha rumah tangga produksi Kopi Cipir, Ketut Laba beserta keluarganya tinggal di kawasan wisata Nusa Dua, Kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Badung. Bahkan, pria dengan pendidikan formal terakhir SMEA Negeri Tabanan ini selama 32 tahun merantau ke Nusa Dua.
Setelah memutuskan untuk pulang kampung ke Desa Buahan tahun 2016 lalu, Ketut Laba mulai bereksperimen membuat minuman mirip kopi dengan menggunakan sejumlah biji buah, mulai dari biji durian, biji nangka, hingga biji teep. Berdasarkan hasil eksperimennya, ternyata semua jenis biji memiliki ciri unik tersendiri dan punya cita rasa yang khas sebgaai minuman mirip kopi. Namun, yang paling bagus adalah biji kelongkang atau cipir. Maka, Ketut Laba pun memilih produk Kopi Ci-pir.
Ada sejumlah alasan kenapa Ketut Laba lebih memilih biji cipir untuk dijadikan produk minuman berkelas. Selain karena banyak orang tidak mengetahui sayur cipir dan khasiatnya, juga tidak sulit mencari bahannya. Sebab, sayur kelongkang tidak mengenal musim, kapan saja bisa berbuah.
"Kalau biji durian, biji nangka, dan biji teep, berbuahnya kan musiman. Tapi, kalau cipir (kelongkang) di musim apa pun selalu ada. Ini alasan saya mengolah biji cipir sebagai produk minuman berkelas," terang pria inovatif berusia 52 tahun kelahiran 17 Juli 1969 ini.
Ketut Laba mengisahkan, setelah memantapkan hati mengolah biji cipir sebagai minuman berkelas, dirinya seringkali uji coba untuk menemukan racikan yang pas. Selama 6 bulan masa uji coba Kopi Cipir, Ketut Laba banyak menemui kendala, seperti teplon yang digunakan untuk sangray biji cipir jebol, dapur sering berasap, dan biji cipir meledak hingga jadi seperti popcron. Namun, karena kegigihannya ingin menghasilkan produk berbeda, Ketut Laba akhirnya bisa mendapatkan citarasa Kopi Cipir yang prima.
Meski demikian, Ketuit Laba harus menunggu hampir 3 tahun sebelum akhirnya berani melaunching produk minuman Kopi Cipir pada 2019 lalu. "Proses saya untuk uji coba produk ini memang sangat lama, enam bulan itu. Itu pun masih ada yang perlu disempurnakan lagi," kata ayah empat anak dari pernikahannya dengan Ni Luh Putu Pande Santiari ini.
Saat launching propduk Kopi Cipir, Ketut Laba sudah mengangongi sejumlah perizinan, mulai dari izin usaha, dapat nomor induk berusaha, sertifikat produk industri rumah tangga, hingga sertifikat penyuluh keamanan pangan.
Preoses pembuatan Kopi Cipir itu sendiri, menurut Ketut Laba, diawali dengan mengeringkan buah sayur kelongkang yang sudah matang. Setelah kering, bijinya diambil. Ada 3 jenis biji kelongkang yang bisa diolah menjadi minuman Kopi Cipir. Pertama, biji warna hitam. Kedua, biji warna putih, Ketiga, biji warna coklat. Untuk yang biji hitam bisa dibuat untuk Kopi Cipir, sementara biji putih bisa dibuat susu, dan biji coklat dibuat teh.
Kemudian, biji cipir warna hitam yang sudah kering tersebut di-sangray. Menurut Ketut Laba, ada 6 teknik proses sangray untuk bisa menghasilkan biji cipir yang berkualitas. Salah satunya, tingkat kepanasan harus diukur supaya biji cipir tidak meledak.
Nah, setelah di-sangray, biji cipir digiling untuk menghasilkan serbuk mirip kopi. Selanjutnya, serbuk mirip kopi ini direbus selama 15 menit, kemudian disaring untuk menghilangkan ampas. Barulah stelah itu, Kopi Cipir bisa dinikmati.
Ketut Laba menyarankan Kopi Cipir tidak diseduh seperti kopi, karena akan menghasilkan rasa yang kurang enak. "Selama ingin dinikmati, Kopi Cipir bisa dicampur gula aren, jahe atau tiramisu. Bahkan, bisa dibuat espresso. Ini karena rasa dari cipir sudah bersahabat," ungkap Ketut Laba, yang sejatinya sama sekali tidak memiliki background barista.
Kopi Cipir buatan Ketut Laba rasanya memamg mirip kopi. Ada rasa gurih maupun sepet. Hanya saja, Kopi Cipir ini bisa dipadukan dengan berbagai campuran. Bisa dipadukan dengan susu, dipadukan dengan jahe, tiramisu, ataupun gula aren. Namun, yang paling dinikmati oleh pencinta Kopi Cipir atau Cipper adalah varian formula.
Ketut Laba menjelaskan, Kopi Cipir buatanya banyak memiliki manfaat kesehatan. Ini telah dibuktikan Dinas Kesehatan Tabanan yang sudah melakukan uji manfaat. Dengan mengkonsumsi Kopi Cipir, bisa meningkatkan kekebalan tubuh, menurunkan berat badan, mengatasi anemia, dan bantu menghasilkan darah. Bahkan, yang tak kalah penting, Kopi Cipir bisa mencegah penuaan dini. “Itu sudah diuji coba oleh Dinas Kesehatan Tabanan,” katanya.
Versi Ketut Laba, sejak tahun 2020 hingga sekarang, pihaknya sudsah berhasil memapasrkan produk 3.800 bungkus. Pemasaran yang dilakukan baru antar teman, namun sudah tembus pasar Jerman dan Belgia. Khusus pasar di Indonesia, sudah tembus pasar Jakarta Barat, Bandung, Medan, Manado, dan Makassar. Kopi Cipir ini dijual Rp 15.000 per bungkus isian 30 gram. Sebungkus bisa untuk 4 cangkir Kopi Cipir.
Ketut Laba berharap ke depannya Kopi Cipir buatannya bisa lebih berkembang dan jadi produk unggulan Desa Buahan. Ketut Laba sendiri sudah merencanakan untuk membuatkan hak paten Kopi Cipir ini. *des
Komentar