Dikerjakan Para Pemuda, Habiskan 500 Kg Sampah Plastik Selama 90 Hari
Patung Ikan Marlin Berbahan Sampah Plastik Jadi Ikon Baru Desa Les, Kecamatan Tejakula, Buleleng
Patung Ikan Blue Marlin
Roga Maha Rupa
Sampah Plastik
Desa Les
Pantai Penyumbahan
Kecamatan Tejakula
Patung dinamai Roga Maha Rupa yang berarti sampah besar yang memiliki berbagai wujud. Merupakan sebuah perwujudan sampah yang mencemari lingkungan dalam jumlah yang besar.
SINGARAJA, NusaBali
Pemerintah Desa Les, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, dengan pemuda setempat berhasil memanfaatkan sampah residu menjadi sebuah karya seni. Sebanyak 500 Kg sampah plastik berhasil disulap menjadi Patung Ikan Blue Marlin. Patung ikan marlin yang sedang berselancar di atas ombak ini terpajang di Pantai Penyumbahan, Desa Les. Patung ini pun tampak berdiri gagah sehingga menarik perhatian warga setempat maupun pengunjung Pantai Penyumbahan dari luar desa.
Perbekel Desa Les, Gede Adi Wistara, Sabtu (22/5) mengatakan ide pembuatan patung tersebut sejatinya muncul sejak tahun 2020 lalu. Namun karena sempat terkendala biaya, maka proses pengerjaannya kemudian ditunda, dan berhasil terealisasi pada bulan April 2021 lalu. Proses pengerjaan patung ini melibatkan pemuda desa setempat dengan waktu sekitar 90 hari.
Mengapa Ikan Marlin yang dipilih sebagai patung, karena selama ini menjadi ikon Desa Les yang letaknya di pesisir pantai. Ikan Marlin salah satu komoditas hasil laut dari Desa Les, Kecamatan Tejakula, Buleleng. Ikan marlin atau ikan sori merupakan ikan dari keluarga Istiophoridae yang memiliki sekitar 10 spesies. Ikan ini memiliki tubuh yang memanjang, moncong yang seperti tombak, dan sirip di punggung yang panjang kaku. Salah satu spesies ikan marlin yang terkenal, yakni Blue Marlin (Makaira Nigricans) yang dapat memiliki panjang mencapai 5m (16,4 kaki) dan berat 818 kg (1,803 lb).
Sementara ide kreatif pembuatan patung ini kali pertama dicetuskan Perbekel Adi Wistara. Pembuatannya sendiri dimotori para pemuda Desa Les penggiat kreatif yang memiliki keahlian membuat ogoh-ogoh. Pembuatan patung ini dipimpin tokoh pemuda bernama Komang Trisna Ananda. Tidak ada proses peresmian atau ritual khusus untuk pemasangan patung ini.
Patung ini dinamai Roga Maha Rupa yang berarti sampah besar yang memiliki berbagai wujud. Merupakan sebuah perwujudan sampah yang mencemari lingkungan dalam jumlah yang besar dan akan menjadi penyakit di lingkungan itu sendiri jika kita tidak menyadarinya.
Menurut Perbekel Adi Wistara, membuat ikon dari plastik residu merupakan contoh desa dalam menunjukan kreativitas pengolahan sampah plastik. Dia berharap ikon ini akan menjadi batu loncatan yang akan mendukung upaya Desa Les untuk memilah dan mengolah sampah plastik.
Pemuda Komang Trisna Ananda dari Desa Les yang merancang dan menamai ikon, juga bersama pemuda lainnya yang merupakan pembuat ogoh-ogoh. Proses pembuatan patung plastik ini membutuhkan waktu lebih panjang dibandingkan dengan ogoh-ogoh. Khususnya waktu yang dihabiskan dalam memilah berbagai jenis plastik untuk bahan dasar patung.
Proyek ini juga didanai oleh mahasiswa Universitas Carroll, Amerika Serikat. Kampus mereka biasanya mengirim mahasiswanya ke Desa Les untuk pertukaran budaya setiap dua kali setahun dalam tiga tahun terakhir. Namun program ini tidak dapat dilaksanakan tahun ini akibat pandemi Covid-19. Gantinya mereka mendukung proyek ini, sehingga membuat para mahasiswa Universitas Carroll merasakan pengalaman berinteraksi melalui virtual dari Bali.
Perbekel Adi Wistara berharap patung yang diberi nama Roga Maha Rupa itu diharapkan bisa menjadi ikon baru di Desa Les. Selain itu, pembuatan patung ini disebut sebagai salah satu cara mengedukasi warganya terkait bahaya sampah plastik bagi lingkungan. Masyarakat juga bisa melihat langsung bahwa sampah plastik bisa dimanfaatkan sedemikian rupa menjadi karya seni yang mengagumkan.
"Dengan pembuatan patung ini, masyarakat desa bisa melihat bahwa sampah plastik memiliki banyak manfaat dan tetap berguna bagi kehidupan, bisa dikelola menjadi barang seni dan barang-barang yang memiliki nilai guna lainnya," kata Perbekel Adi Wistara, Sabtu siang kemarin. Perbekel Adi Wistara mengungkapkan patung berukuran tinggi 2,1 meter dan lebar 2 meter ini dibuat dengan menghabiskan biaya sekitar Rp 15 juta. Bahannya menggunakan hampir setengah ton sampah plastik yang dikumpulkan selama sekitar 6 bulan.
Dia berharap, Patung Roga Maha Rupa ini bisa menjadi ikon Desa Les yang nantinya dikenal oleh orang banyak. Selain itu, patung dengan ciri khas berbahan residu plastik ini juga sebagai langkah awal guna mengurangi sampah residu yang ada di Desa Les. "Plastik residu dijadikan karya dengan harapan desa kami menjadi contoh dalam menunjukan kreativitas pengolahan sampah," tandasnya.
Desa Les sendiri merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng. Desa ini memiliki luas wilayah 769 hektare, berbatasan dengan Desa Siakin dan Desa Subaya di sebelah selatan, Desa Penuktukan di bagian timur dan Desa Tejakula di bagian barat. Desa Les berjarak 36 kilometer ke arah timur dari pusat Kota Singaraja dan terbagi dalam 9 banjar dinas atau dusun. Jumlah penduduk Desa Les berdasarkan profil desa tahun 2015 sebanyak 3.984 laki-laki dan 3.806 perempuan dengan jumlah KK sebanyak 2.301. 7 mz
1
Komentar