Pandemi Covid-19, Krama Nusasakti Istirahatkan Ayunan Tradisional
NEGARA, NusaBali
Setiap Hari Raya Galungan dan Kuningan, 210 hari sekali, Banjar Adat Nusasakti, Banjar Nusasakti, Desa Nusasari, Kecamatan Melaya, Jembrana, biasa menggelar pasar adat di banjar setempat.
Salah satu wahana permainan utama dalam pasar adat ini, adalah sebuah ayunan tradisional. Namun sejak berlangsung pandemi Covid-19, ayunan tradisional di seberang Balai Banjar Dinas sekaligus Banjar Adat Nusasakti ini, terpaksa diistirahatkan.
Kelian Banjar Adat Nusasakti I Kade Artawan,45, Jumat (21/5), mengatakan ayunan tradisional yang sudah ada sejak tahun 1964 ini, termasuk salah satu ikon Banjar Nusasakti. Biasanya, ketika orang bertanya alamat Nusasakti, biasa memakai patokan lokasi ayunan tradisional ini. “Sebelumnya, ayunan ini milik kelompok dan diserahkan ke banjar adat. Sampai sekarang, kami tetap lestarikan ayunan tradisional ini,” ujarnya.
Karena sudah menjadi ikon atau pun ciri khas di Banjar Nusasakti, ayunan tradisional yang hanya dibuka setiap pelaksanaan pasar adat yang khusus diadakan setiap rangkaian Galungan dan Kuningan ini, juga dibuatkan bangunan khusus. Terakhir, bangunan maupun ayunan tradisional ini telah diperbaiki pada tahun 2019. “Untuk menggerakan ayunan itu, dilakukan secara manual. Ada empat orang yang menggerakan. Di atas ada dua orang dan di bawah dua orang,” ucap Artawan.
Meski saat pelaksanaan pasar adat juga disediakan berbagai wahana lain, seperti trampoline, perosotan ataupun wahana permainan modern lainnya, keberadaan ayunan tradisional tetap menjadi daya tarik pengunjung. Tidak hanya kalangan anak-anak. Tetapi orang dewasa juga ingin mencoba ataupun bernostalgia dengan ayunan tradisional ini. “Ya kalau seperti pasar adat di sini, rasanya belum lengkap kalau belum naik ayunan. Karena memang langka, dan sudah menjadi ciri khas,” ujar Artawan.
Sebelumnya, ayunan tradisional ini, dioperasikan ketika pelaksanaan pasar adat saat Hari Raya Galungan dan Kuningan, seperti pada Februari 2020. Sementara dalam rangka Galungan dan Kuningan pada bulan September 2020 dan bulan April 2021 lalu, ayunan tradisional ini terpaksa diistirahatkan. “Karena situasi Covid, tidak diperbolehkan menggelar pasar adat. Makanya waktu dua kali Galungan sebelumnya, tidak terasa seperti Galungan. Tetapi waktu Galungan terakhir (April 2021), meskipun tidak buka, kita putar ayunannya. Istilahnya ya biar jalan saja,” ucap Artawan didampingi beberapa warga lainnya.
Saat dioperasikan ketika pelaksanaan pasar adat dalam rangka Galungan dan Kuningan pada Februari 2020 lalu, untuk dapat menikmati wahana ayunan tradisional ini, dipasang tarif Rp 5.000 per orang. Tarif itu pun relatif murah. Mengingat dalam sekali naik, pengunjung menikmati 20 kali putaran ayunan. Masing-masing 10 kali putaran ayunan ke depan dan 10 kali putaran ayunan ke belakang.
Jelas Artawan, sebenarnya, sebelum mulai ada Covid-19, ada rencana banjar bekerja sama untuk memanfaatkan ayunan ini sebagai daya tarik wisata. Beberapa guide yang biasa mengajak tamu ke Jembrana, juga diajak menaiki ayunan ini. ‘’Tetapi karena situasi Covid-19, akhirnya tertunda,” jelas Artawan. Dia berharap situasi pandemi Covid-19 dapat segera berlalu sehingga pasar adat dan ayunan Nusasakti ini bisa kembali dioperasikan saat Galungan dan Kuningan mendatang. *ode
Komentar