Pande Besi, Profesi Sekaligus Swadharma bagi Leluhur
DENPASAR, NusaBali.com - Profesi menjadi pande besi (pandai besi) menjadi bidang pekerjaan yang semakin langka.
Selain bersaing dengan produk-produk ala pabrikan, generasi muda enggan melakoni profesi ini. I Nyoman Pande Suwija, 34, adalah satu dari sedikit orang yang melakoni profesi sebagai pande besi di kota Denpasar. Pemilik usaha Yasa Pande ini mengikuti jejak ayahnya, Jro Pande Yasa, yang lebih dulu menggeluti profesi pande besi.
“Saya ingin melestarikan tugas yang diemban leluhur saya. Dulu leluhur saya (klan Pande) bertugas menyediakan piranti-piranti logam dalam upacara di pura, sekarang pun demikian harus orang Pande. Jadi, saya hanya ingin melanjutkan,” tutur Pande Suwija.
Saat ini selain menyediakan alat-alat upacara agama, Pande Suwija juga membuat peralatan rumah tangga di antaranya pisau, blakas (kapak), dan peralatan pertanian seperti cangkul, dan sabit. “Untuk sekarang memang yang paling diminati adalah peralatan seperti pisau, mutik (pisau kecil untuk membuat banten, Red), sabit juga banyak,” ujar bapak dua anak ini.
Hasil karya Pande Suwija memiliki kualitas di atas rata-rata sehingga diakui harga yang dibanderol sedikit di atas harga pasaran. “Untuk pisau misalnya, saya jual Rp 50.000, yang lain mungkin Rp 25.000. Tapi kualitasnya beda,” kata Pande Suwija saat ditemui di tempat usahanya, Banjar Laplap Tengah, Desa Dangin Puri, Denpasar Timur, Senin (24/5/2021).
Pelanggan karya besi tempaannya bukan hanya darri seputaran Denpasar, melainkan juga beberapa kabupaten lainnya. Sedangkan untuk lebih memperkenalkan produknya, sejumlah event diikuti. “Saya pernah mengikuti Denfest (Denpasar Festival) dan ajang Petinget Tumpek Landep, program yang diselenggarakan Disperindag Kota Denpasar,” ujarnya.
Pande Suwija mengakui pekerjaan pande besi harus dilakukan dengan sabar dan penuh ketekunan. Mulai dari menyiapkan bahan baku besi atau baja, dilanjutkan dengan membuat desain. Langkah selanjutnya memanaskan besi dalam bara api dan ditempa berkali-kali menjadi bentuk kasar.
“Setelah agak terbentuk digerinda supaya lebih halus bentuknya. Setelah itu baru diasah,” jelas Sarjana Filsafat Hindu di IHDN Denpasar (sekarang UHN IGB SUGRIWA) ini. Sementara itu untuk finishing lebih baik, tangkai pisau menggunakan kayu pahang yang dinilai memiliki kualitas lebih baik.
Ketika ditanya mengenai dampak pandemi Covid-19 terhadap usahanya, Pande Suwija mengaku tidak begitu mempengaruhi usahanya. “Ada penurunan, tetapi tidak signifikan. Orang selalu butuh alat-alat untuk rumah tangga atau keperluan upacara. Banyak juga pekerja pariwisata yang sekarang menganggur beralih bertani, akhirnya memesan cangkul di tempat saya,” tutur Pande Suwija yang dalam menjalankan usaha bekerjasama dengan sang ayah.
Sementara itu Jro Pande Yasa, sang ayah, menyebut alasan menggeluti profesi pande besi juga untuk melestarikan profesi yang ditekuni leluhurnya. “Tiyang (saya) lulus SD tahun 1968, dan tahun 1975 sudah mulai membantu ayah saya mengerjakan pesanan,” ungkapnya.
Jro Pande Yasa tidak peduli berapapun penghasilan yang didapatnya dari bekerja sebagai pande besi. “Tiyang hormat kepada leluhur. Kalau bekerja yang lain, yang mungkin lebih besar penghasilannya, itu sudah melecehkan namanya,” yakinnya sembari menyebut Pura Kawitan Pandenya berada di Desa Tonja, Denpasar.
Salah seorang pelanggan yang kebetulan ditemui di lokasi usaha Pande Suwija, mengaku telah lama menjadi pelanggan di tempat Pande Suwija. “Sudah sejak lama menjadi pelanggan. Kerjanya bagus dan cepat,” terang Dewa, pelanggan asal Peguyangan Kangin berusia 57 tahun tersebut.
Untuk diketahui klan Pande di Bali merupakan kelompok masyarakat yang dipercaya oleh penguasa kerajaan di masa lalu untuk menyediakan peralatan yang terbuat dari logam. Di zaman kerajaan, profesi pande besi ada yang memiliki keahlian membuat persenjataan perang, selain juga menyediakan alat-alat upacara Agama Hindu dan peralatan bertani. Dan keterampilan tersebut pada umumnya akan diteruskan oleh keturunan mereka. Namun saat ini keturunan warga Pande banyak yang beralih profesi, sementara pekerjaan pande besi saat ini pun tidak selalu dikerjakan oleh keturunan klan Pande.
Sebagai pelaku UMKM (Usaha Kecil Mikro dan menengah), Pande Suwija berpesan kepada generasi muda saat ini, terutama yang belum memiliki pekerjaan, bahwa berwirasawsta merupakan pilihan yang layak dilakukan. “Dari membuka usaha, saya dapat mencari nafkah sendiri, selain juga melestarikan tradisi yang dilakukan oleh leluhur,” pungkas Pande Suwija. *adi
Komentar