Men Lotri, Nasi Campur Legendaris di Kota Denpasar
DENPASAR, NusaBali.com – Bagi pemburu kuliner di Kota Denpasar, Warung Men Lotri akan menjadi referensi yang harus dikunjungi.
Warung yang menyediakan nasi campur ini sudah dikenal sejak puluhan tahun lalu, terutama bagi penikmat kuliner malam yang kala itu masih jarang menemukan warung nasi campur yang mak nyus.
Soal harga juga menjadi pertimbangan bagi konsumen yang didominasi kelompok usia muda. Menu yang ditawarkan mulai dari Rp 15.000, sedangkan menu spesialnya dibanderol Rp 20.000. Sebagai tambahan, ada menu gorengan dengan harga Rp 10.000, bahkan jika hanya ingin beli Rp 5.000 juga bisa.
Harga yang terjangkau memang membuat kalangan pelajar mendominasi. “Yang dominan datang memang dari kalangan siswa, mahasiswa, tapi kami juga sering kedatangan artis Bali contohnya seperti pemeran Dadong Rerod, pejabat juga ada seperti Walikota Denpasar Jaya Negara,” ungkap Wayan Sugiana, 49, putra pertama dari Wayan Lotri alias Men Lotri.
Dituturkan oleh Sugiana bahwa sang ibu sudah melayani pelanggan sejak 40 tahun silam. “Ibu saya sudah berjualan sejak saya masih duduk di bangku sekolah dasar,” kata Sugiana saat ditemui di kediamannya sekaligus lokasi warung Men Lotri di Jalan Noja I, Kesiman Petilan, Denpasar, Rabu (2/6/2021).
Tapi pilihan sang ibu berjualan tidak langsung nasi campur, melainkan sempat berubah-ubah. “Sebenarnya dulu ibu saya itu berjualan jaje Bali (kue khas Bali, Red), setelah itu beralih ke bubur Bali, lalu beralih lagi ke nasi jinggo,” ungkap Sugiana.
Men Lotri saat itu berjualan nasi jinggo sedari pukul 04.00 pagi dengan cara menitipkan ke warung-warung. Dan seiring berjalannya waktu, Men Lotri pun mulai didatangi oleh pelanggan yang ingin mendapatkan langsung nasi jinggo di rumahnya. “Makin hari, pelanggan makin datang lebih awal. Yang tadinya kami menyiapkan nasi jinggo pukul 4 pagi, menjadi pukul 3 pagi, setelah itu pelanggan datang lebih awal lagi, dan kami pun buka lebih awal lagi, begitu seterusnya sehingga kami dikenal sebagai salah satu penyedia kuliner malam di Denpasar,” ungkap Sugiana.
Dikarenakan banyaknya permintaan menu lauk oleh pelanggan, ibunya kemudian mengubah konsep yang dulunya dagang nasi jinggo menjadi nasi campur hingga sekarang. “Pelanggan sering minta ke ibu dibuatkan lauk ini, dibuatkan lauk itu. Jadinya dari konsep nasi jinggo kami ubah ke nasi campur,” ungkap Sugiana.
Hingga saat ini konsep nasi campur tersebut terus bertahan dan tetap eksis hingga sekarang. “Karena kami di sini mempertahankan nilai tradisionalnya, dan di sini kami lebih mendekatkan diri dengan pelanggan setia kami, sudah seperti keluarga sendiri,” ungkap Sugiana.
Sementara itu soal suka duka yang dialami warung Men Lotri di dalam dunia kuliner, salah satunya adalah saat bahan baku yang naik drastis di pasar. “Kalau pada saat harga cabai naik, di situlah kami merasa agak susah untuk mengimbangi modal dan untung kami,” kata Sugiana.
Kendatipun demikian, pihaknya tetap menjaga kualitas dari dagangannya. “Kami di sini selalu memakai bahan baku fresh, seperti daging, dan sayuran itu langsung pada hari itu dipotong dan dipanen dan langsung kami olah,” ungkap Sugiana.
Warung Men Lotri saat ini memiliki dua buah cabang, warung Men Lotri I berlokasi di Jalan Noja I, Kesiman Petilan, Denpasar yang buka dari pukul 17.00 hingga 24.00 Wita. Lalu warung Men Lotri II berlokasi di Jalan Letda Winda nomor 9, Dangin Puri, Denpasar yang buka dari pukul 08.00 hingga 20.00 Wita. “Kami melakukan perubahan jam untuk menyesuaikan karena dalam masa pandemi, kami juga selalu memperhatikan penerapan prokes pada staf kami dan para customer yang datang juga,” ungkap Sugiana.
Kesabaran dan ketekunanlah yang membuat Warung Men Lotri hingga saat ini dapat eksis, dan memiliki banyak pelanggan setia yang berasal dari berbagai kabupaten di Bali. “Ada rasa kebahagiaan tersendiri kalau melihat piring pelanggan itu bersih, habis, saya lega sekali,” kata Sugiana.
Sugiana pun berharap bahwa nanti pihaknya bisa membuka cabang lebih banyak lagi di masing-masing kabupaten di Bali. “Banyak saran pelanggan untuk membuka di daerah lain, supaya lebih dekat kata pelanggan,” ungkap Sugiana.
Dirinya pun juga berharap agar pandemi segera berakhir, dan pihaknya dapat membuka Warung Men Lotri dengan jam buka seperti saat sebelum pandemi, guna memaksimalkan peforma dan hasil yang didapat. “Kalau pada saat pandemi omzet kami menurun setengahnya, bahkan lebih,” ungkap Sugiana. *rma
Dituturkan oleh Sugiana bahwa sang ibu sudah melayani pelanggan sejak 40 tahun silam. “Ibu saya sudah berjualan sejak saya masih duduk di bangku sekolah dasar,” kata Sugiana saat ditemui di kediamannya sekaligus lokasi warung Men Lotri di Jalan Noja I, Kesiman Petilan, Denpasar, Rabu (2/6/2021).
Tapi pilihan sang ibu berjualan tidak langsung nasi campur, melainkan sempat berubah-ubah. “Sebenarnya dulu ibu saya itu berjualan jaje Bali (kue khas Bali, Red), setelah itu beralih ke bubur Bali, lalu beralih lagi ke nasi jinggo,” ungkap Sugiana.
Men Lotri saat itu berjualan nasi jinggo sedari pukul 04.00 pagi dengan cara menitipkan ke warung-warung. Dan seiring berjalannya waktu, Men Lotri pun mulai didatangi oleh pelanggan yang ingin mendapatkan langsung nasi jinggo di rumahnya. “Makin hari, pelanggan makin datang lebih awal. Yang tadinya kami menyiapkan nasi jinggo pukul 4 pagi, menjadi pukul 3 pagi, setelah itu pelanggan datang lebih awal lagi, dan kami pun buka lebih awal lagi, begitu seterusnya sehingga kami dikenal sebagai salah satu penyedia kuliner malam di Denpasar,” ungkap Sugiana.
Dikarenakan banyaknya permintaan menu lauk oleh pelanggan, ibunya kemudian mengubah konsep yang dulunya dagang nasi jinggo menjadi nasi campur hingga sekarang. “Pelanggan sering minta ke ibu dibuatkan lauk ini, dibuatkan lauk itu. Jadinya dari konsep nasi jinggo kami ubah ke nasi campur,” ungkap Sugiana.
Hingga saat ini konsep nasi campur tersebut terus bertahan dan tetap eksis hingga sekarang. “Karena kami di sini mempertahankan nilai tradisionalnya, dan di sini kami lebih mendekatkan diri dengan pelanggan setia kami, sudah seperti keluarga sendiri,” ungkap Sugiana.
Sementara itu soal suka duka yang dialami warung Men Lotri di dalam dunia kuliner, salah satunya adalah saat bahan baku yang naik drastis di pasar. “Kalau pada saat harga cabai naik, di situlah kami merasa agak susah untuk mengimbangi modal dan untung kami,” kata Sugiana.
Kendatipun demikian, pihaknya tetap menjaga kualitas dari dagangannya. “Kami di sini selalu memakai bahan baku fresh, seperti daging, dan sayuran itu langsung pada hari itu dipotong dan dipanen dan langsung kami olah,” ungkap Sugiana.
Warung Men Lotri saat ini memiliki dua buah cabang, warung Men Lotri I berlokasi di Jalan Noja I, Kesiman Petilan, Denpasar yang buka dari pukul 17.00 hingga 24.00 Wita. Lalu warung Men Lotri II berlokasi di Jalan Letda Winda nomor 9, Dangin Puri, Denpasar yang buka dari pukul 08.00 hingga 20.00 Wita. “Kami melakukan perubahan jam untuk menyesuaikan karena dalam masa pandemi, kami juga selalu memperhatikan penerapan prokes pada staf kami dan para customer yang datang juga,” ungkap Sugiana.
Kesabaran dan ketekunanlah yang membuat Warung Men Lotri hingga saat ini dapat eksis, dan memiliki banyak pelanggan setia yang berasal dari berbagai kabupaten di Bali. “Ada rasa kebahagiaan tersendiri kalau melihat piring pelanggan itu bersih, habis, saya lega sekali,” kata Sugiana.
Sugiana pun berharap bahwa nanti pihaknya bisa membuka cabang lebih banyak lagi di masing-masing kabupaten di Bali. “Banyak saran pelanggan untuk membuka di daerah lain, supaya lebih dekat kata pelanggan,” ungkap Sugiana.
Dirinya pun juga berharap agar pandemi segera berakhir, dan pihaknya dapat membuka Warung Men Lotri dengan jam buka seperti saat sebelum pandemi, guna memaksimalkan peforma dan hasil yang didapat. “Kalau pada saat pandemi omzet kami menurun setengahnya, bahkan lebih,” ungkap Sugiana. *rma
1
Komentar