Prihatin Sampah di Sungai, Sungai Watch Gencarkan Trash Barrier
DENPASAR, NusaBali.com – Berawal dari kekhawatiran pencemaran di laut, Sungai Watch yang didirikan oleh Gary Bencheghib tergerak melakukan pencegahan dengan menjaring sampah dari sungai untuk mengalir ke laut.
Sejumlah sungai di Bali, termasuk beberapa sungai lainnya di Indonesia kini sudah dipasang thrash barrier untuk menjaring berbagai macam sampah. “Sungai Watch mempunyai tujuan untuk melindungi sungai-sungai di Bali. Dengan memasang trash barrier serta jaring-jaring sampah, kami berharap hal tersebut dapat membersihkan aliran sungai yang nantinya akan bermuara ke laut,” ujar Project Manager Sungai Watch, Nola Monica, Kamis (3/6/2021).
Sampai saat ini Sungai Watch telah memasang total 80 trash barrier. “Kami sudah memasang 5 jenis trash barrier berukuran besar, beserta 75 floater yang tersebar di Bali Selatan dan Bali Utara,” kata Nola.
Sampai saat ini Sungai Watch telah memasang total 80 trash barrier. “Kami sudah memasang 5 jenis trash barrier berukuran besar, beserta 75 floater yang tersebar di Bali Selatan dan Bali Utara,” kata Nola.
Terbaru, Sungai Watch juga memasang thrash barrier di Tukad Badung yang berlokasi di Taman Pancing, Pemogan, Denpasar Selatan. Peresmian thrash barrier di Taman Pancing pada pada Senin (31/5/2021) ini juga dihadiri oleh Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara. Thrash barrier yang dipasang kali ini cukup istimewa karena berukuran panjang 25 meter, jauh lebih besar dibanding sebelumnya yang di kisaran 5 sampai 12 meter.
Dalam berbagai kegiatannya, Sungai Watch mengaku selalu memohon izin dan berkoordinasi dengan aparat desa setempat, khususnya Perbekel (kepala desa). “Kami juga minta izin saat melakukan sosialisasi mengenai tujuan dan fungsi jaring yang akan dipasang,” kata Nola.
Sungai Watch pun berharap sungai-sungai yang tercemar bisa diselamatkan dengan Bali sebagai pionernya. “Kami juga berharap kesadaran bersama, dan kerja sama dari segala pihak, demi terwujudnya lingkungan yang bersih, nyaman dan terjaga,” ungkapnya.
Sungai Watch sendiri bermula pada tahun 2017, saat Gary Bencheghib bersama adiknya Sam Bencheghib melakukan ekspedisi di Sungai Citarum yang merupakan sungai terkotor di Indonesia dan salah satu terkotor di Dunia. Dua bersaudara ini menyusuri Sungai Citarum menggunakan kayak yang terbuat dari botol plastik.
Video dari ekspedisi tersebut akhirnya viral dan mendapatkan perhatian dari pemerintah pusat. “Presiden Joko Widodo kemudian menggerakkan 70.000 ribu pasukan untuk membantu pembersihan sungai Citarum dengan program 7 tahun Citarum harum,” ujar Nola.
Setelah kembali ke Bali, Gary melanjutkan perjuangannya dengan melakukan pembersihan mandiri di sungai-sungai dengan kemudian melakukan pemilahan sampah yang ia kumpulkan di sungai di halaman belakang rumah orangtuanya di Batu Belig, Kerobokan Kelod, Kuta Utara. Perlahan-lahan Gary mulai mengajak orang-orang di sekitarnya yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan rutin yang ia lakukan setiap Jumat dengan mengajak 150-200 orang volunteer dalam setiap kegiatan pembersihan mingguan hingga akhirnya mendirikan Sungai Watch yang disahkan secara badan hukum pada tahun 2019.
Organisasi ini kemudian semakin diseriusi dengan membentuk tim pada September 2020. Sementara itu bagi para donatur yang ingin berdonasi dan berpartisipasi bersama Sungai Watch dapat memonitor atau menghubungi Instagram ‘Sungai Watch’. *rma
1
Komentar