Asprov PSSI Batasi Pemain Sesuai Alamat di KTPnya
DENPASAR, NusaBali
Asprov PSSI Bali memiliki rencana cukup ketat untuk membatasi pemain yang mengikuti kompetisi, yakni harus sesuai alamat KTP pemain.
Ketentuan itu untuk menghindari proses ribut menuju Porprov Bali XV/2022. Pemain yang turun harus sesuai daerah asal KTP-nya.
"Kami ingin mencegah pemain ada bermain di dua lokasi kompetisi berbeda. Makanya saat ada kejuaraan, pemain yang boleh turun sesuai asal kompetisi tersebut digulirkan," kata salah satu anggota Komite Eksekutif Asprov PSSI Bali, I Gusti Anom Jaksa, Jumat (4/6).
Menurut Anom Jaksa, contoh pemain KTP Denpasar hanya bermain untuk kompetisi lokal Denpasar. Begitu juga sebaliknya untuk pemain asal KTP di luar Denpasar, dapat turun sesuai asal KTP di kompetisi lokal. Hal ini dilakukan agar, misalnya kompetisi di Tabanan diikuti banyak pemain asal Denpasar.
Menurutnya, pemain yang sering bermain di luar daerahnya seperti ada keterikatan dengan daerah bersangkutan. Pada saat digunakan untuk bermain antar daerah, akan memicu keributan dan saling klaim. "Mudah-mudahan ide kompetisi serentak di seluruh Bali bisa digulirkan nantinya. Ini juga opsi bagus agar tidak ada pemain migrasi bermain tidak sesuai dengan alamat KTPnya," tandas Anom Jaksa.
Hal ini, katanya, akan sangat bermanfaat untuk menghindari saling tarik menarik pemain nantinya. Menurut Anom Jaksa, harus dikoordinasikan dengan klub, Askab dan Askot di seluruh Bali. Jadi, ada pemahaman bersama untuk membatasi pemain tampil di dua kompetisi berbeda. Juga menutup pengembangan bakat pemain di daerah akan kelihatan hasilnya.
"Kita persamakan persepsi dulu, agar kita menggunakan pemain murni sesuai KTP lebih dulu," tegas Anom Jaksa.
Untuk itu, kata Anom Jaksa, pihaknya masih menunggu instruksi PSSI Pusat. Sebab juga ada rencana menggelar kompetisi sepakbola wanita, beach soccer, dan kompetisi usia dini. Menurutnya, semua pihak harus mendukung upaya pembatasan pemain wajib bermain sesuai KTP asal pemain bersangkutan.
"Kompetisi sebelumnya banyak ada kejadian pemain bisa bermain di dua atau tiga kompetisi berbeda. Padahal itu kompetisi lokal untuk memacu semanhat dan jam terbang pemain. Tapi malah didominasi pemain pindahan asal luar daerahnya. Dan, ke depan jangan sampai ada kejadian seperti itu lagi," tegas Anom Jaksa.*dek
Komentar