PDIP Gelar Workshop Desain Endek Bali
Bali 'Dijajah' Produk Luar, Putri Koster Dorong Lahirnya Desainer Muda yang Paham Dunia Digital
Sebelum ‘Workshop Mendesain Endek Bali’, DPC PDIP Se-Bali sudah lebih dulu gelar Lomba Desain Motif Endek Bali
DENPASAR, NusaBali
DPD PDIP Bali gelar ‘Workshop Mendesain Endek Bali dengan Teknik Digital dan Harmoni Pewarnaan’, Minggu (6/6) sore. Workshop ini se-bagai upaya DPD PDIP Bali untuk memperkuat produksi budaya lokal warisan leluhur, menyusul terjadinya fenomena Kain Endek Tenun Ikat Bali mulai terjajah oleh masuknya produk imitasi dari luar.
Dalam ‘Workshop Mendesain Endek Bali dengan Teknik Digital dan Harmoni Pewarnaan’ yang digelar di Aula Kantor DPD PDIP Bali, Jalan Banteng Baru Nomor 4 Niti Mandala Denpasar, Minggu sore, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali, Ni Putu Putri Suastini, tampil sebagai keynote speaker. Putu Putri Suastini, yang notabene istri Gubernur Bali Wayan Koster, kebetulan juga menjabat Ketua Pembina Perempuan Sarinah PDIP Bali.
Selain Putri Suastini Koster, dalam workshop kemarin DPD PDIP Bali juga menghadirkan praktisi pertenunan asal Klungkung, I Nyoman Sudira. Dalam workhsor tersebut, Nyoman Sudira secara detail membe-rikan paparan proses Tenun Ikat Endek Bali.
Koordinator ‘Lomba Desain Endek Bali’ DPD PDIP Bali, I Ketut Boping Suryadi, memaparkan gagasan ‘Workshop Mendesain Endek Bali’ dan Lomba ‘Desain Motif Endek Bali’ yang digelar saat Bulan Bung Karno Tahun 2021 ini, berasal Ketua DPD PDIP Bali Wayan Koster, yang juga Gubernur Bali. Menurut Boping Suryadi, hal ini merupakan tindak lanjut dari visi misi ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali’ dengan kebijakan Pergub Bali Nomor 79 Tahun 2018 tentang Penggunaan Busana Adat Bali.
"Proses Lomba Desain Motif Endek Bali sudah dilaksanakan di semua kabupaten/kota. Hanya saja, dalam Lomba Desain Motif Endek Bali ini belum sepenuhnya bisa dituangkan dalam pertekstilan," ujar Boping Suriyadi dalam pemaparannya di hadapan Putri Koster dan peserta workshop.
Boping menyebutkan, desain motif yang bagus belum tentu bisa dipraktekkan dalam pertenunan. Beda ketika desain dituangkan dalam pertenunan, ada hal rumit yang harus diperhatikan. Karena itu, sangat perlu mendalami dan memahami desain yang bisa diterapkan dalam aplikasi proses Tenun Ikat Kain Endek.
“Intinya, para desainer yang juara dalam Lomba Desain Motof Endek Bali di Tingkat Kabupaten/Kota perlu diberikan ilmu. Itulah tujuan workshop yang kita gelar," jelas Wakil Ketua Bidang Kehormatan Partai DPD PDIP Bali yang juga anggota DPRD Bali Dapil Tabanan ini.
Sementara itu, Putri Koster mendorong lahirnya para desainer muda, sebagai strategi mengamankan dan melestarikan produk lokal Bali. Saat bicara sebagai keynote speaker dalam Workshop Mendesain Endek Bali dengan Teknik Digital dan Harmoni Pewarnaan di Kantor DPD PDIP Bali, Minggu sore, Putri Koster mengatakan bicara kain Endek dan tenun tradisional yang turun temurun diproduksi dan digunakan, maka akan menyebabkan adanya keberlangsungan hidup produksi, para de-sainer, dan tenaga kerja lokal.
"Maka, talenta seniman dalam pewarnaan, desain motif, dan menenun dengan baik harus dijaga. Kita di Bali punya komitmen memakai kain berkualitas tinggi. Sayang, kita tidak tanamkan dalam diri sendiri untuk melestarikan warisan budaya ini. Kita biasa memakai produk imitasi murah-murah. Sekarang, mari kita ubah pikiran itu," ajak Putri Koster.
Putri Koster mengaku miris melihat fenomena di lapangan di mana Kain Tenun Endek Bali terjajah produk dari luar yang diproduksi massal, yang kualitasnya rendah. "Maka harus ada regenerasi di Bali. Anak muda semuanya harus hadir menjaga idealisme, melestarikan warisan budaya leluhur ini. Desainer sekarang ya memang harus anak muda. Tidak hanya sekadar muda, tetapi harus paham dengan dunia digital," tandas tokoh perempuan yang juga Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali ini.
Putri Koster wanti-wanti jangan sampai kain tenun Endek diproduksi massal oleh perajin lokal Bali, dengan tujuan mengejar kuantitas. Diingatkan kembali, saat ini Bali dijajah oleh produk massal dari luar, yang mematikan perajin Endek di Bali.
Menurut Putri Koster, idealisme untuk menggerakkan produksi kain tenun ikat ya harus dari Bali, tidak di luar Bali. “Kita di Bali sering beralasan klasik, katanya tidak bisa melibatkan perajin lokal dengan dalih takut kualitas tidak terjaga, sehingga menggunakan bahan baku dari luar Bali. Ya, itu yang diproduksi massal. Kualitas kurang bagus, menyerbu pasar tradisional," katanya.
Walhasil, lanjut Putri Koster, perajin Bali tidak punya order. Penenun tidak ada kegiatan, karena order sepi. "Peralatan tradisional tenun jadi onggokan. Kalau sudah begitu, tenaga kerja lokal nganggur," terang tokoh perempuan kelahiran Desa Padangsambian Kaja, Kecamatan Denpasar Barat yang menikah ke Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng ini.
Putri Koster mengatakan, Kain Tenun Endek Bali harus menjadi raja di Bali. Itu dulu yang diyakinkan, jangan hanya berpikir ekspor saja. “Kita ekspor Kain Tenun Endek, tapi malah membeli kain tenun dari luar Bali. Beli dong kain tenun oleh perajin lokal dengan jiwa murni. Jangan beli sampah kain-kain di luar negeri itu. Ramai-ramai borong baju bekas di Pasar Kodok, kasihan banget. Belum lagi nanti ada virusnya.”
Kepada kader PDIP, Putri Koster mengajak untuk merawat warisan budaya Kain Tenun Endek Bali. Kader PDIP diharapkan memberikan semangat, ikut terjun dengan kecerdasan lewat tenaga dan dana. "Ide itu mahal. Politik itu tidak melulu memikirkan kekuasaan. Politisi sejati itu ya memecahkan masalah. Yuk pakai ramai-ramai Endek Bali. Di mana ada kemauan, di sana ada jalan," tegas seniwati multitalenta ini.
Persoalan pelestarian kain Songket, menurut Putri Koster, juga sama. Masyarakat pun diingatkan harus pakai kain Songket yang asli, jJangan hasil produksi massal. “Di Art Centre ada kain tenun dan Songket yang premium, datang saja ke sana. Saya sampai larang produksi Endek luar Bali dijual di Art Centre (lokasi Pameran IKM Bali Bangkit di Taman Budaya Provinsi Bali, Red). Tujuan kita ya memberikan kebebasan untuk produk lokal. Masa Cristian Dior (rumah mode di Prancis) saja pakai Kain Tenun Endek Bali sebagai bahan baku produksi busananya, lha kita kok nggak?" terang Putri Koster.
Sekadar dicatat, dalam upaya melindungi Kain Tenun Endek Bali, Gubernur Wayan Koster menerbitkan Pergub Bali Nomor 79 Tahun 2018 tentang Penggunaan Busana Adat Bali dan Pergub Nomor 99 Tahun 2018 tentang Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Lokal. Selain itu, Endek Bali juga tercatat sebagai Kekayaan Intelektual Komunal Ekspresi Budaya Tradisional Nomor EBT 12.2020.0000085 di Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkum HAM), 22 Desember 2020. Terakhir, keluar Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 4 Tahun 2021 tertanggal 28 Januari 2021 tentang Penggunaan Kain Endek/Kain Tenun Tradisional Bali. *nat
Dalam ‘Workshop Mendesain Endek Bali dengan Teknik Digital dan Harmoni Pewarnaan’ yang digelar di Aula Kantor DPD PDIP Bali, Jalan Banteng Baru Nomor 4 Niti Mandala Denpasar, Minggu sore, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali, Ni Putu Putri Suastini, tampil sebagai keynote speaker. Putu Putri Suastini, yang notabene istri Gubernur Bali Wayan Koster, kebetulan juga menjabat Ketua Pembina Perempuan Sarinah PDIP Bali.
Selain Putri Suastini Koster, dalam workshop kemarin DPD PDIP Bali juga menghadirkan praktisi pertenunan asal Klungkung, I Nyoman Sudira. Dalam workhsor tersebut, Nyoman Sudira secara detail membe-rikan paparan proses Tenun Ikat Endek Bali.
Koordinator ‘Lomba Desain Endek Bali’ DPD PDIP Bali, I Ketut Boping Suryadi, memaparkan gagasan ‘Workshop Mendesain Endek Bali’ dan Lomba ‘Desain Motif Endek Bali’ yang digelar saat Bulan Bung Karno Tahun 2021 ini, berasal Ketua DPD PDIP Bali Wayan Koster, yang juga Gubernur Bali. Menurut Boping Suryadi, hal ini merupakan tindak lanjut dari visi misi ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali’ dengan kebijakan Pergub Bali Nomor 79 Tahun 2018 tentang Penggunaan Busana Adat Bali.
"Proses Lomba Desain Motif Endek Bali sudah dilaksanakan di semua kabupaten/kota. Hanya saja, dalam Lomba Desain Motif Endek Bali ini belum sepenuhnya bisa dituangkan dalam pertekstilan," ujar Boping Suriyadi dalam pemaparannya di hadapan Putri Koster dan peserta workshop.
Boping menyebutkan, desain motif yang bagus belum tentu bisa dipraktekkan dalam pertenunan. Beda ketika desain dituangkan dalam pertenunan, ada hal rumit yang harus diperhatikan. Karena itu, sangat perlu mendalami dan memahami desain yang bisa diterapkan dalam aplikasi proses Tenun Ikat Kain Endek.
“Intinya, para desainer yang juara dalam Lomba Desain Motof Endek Bali di Tingkat Kabupaten/Kota perlu diberikan ilmu. Itulah tujuan workshop yang kita gelar," jelas Wakil Ketua Bidang Kehormatan Partai DPD PDIP Bali yang juga anggota DPRD Bali Dapil Tabanan ini.
Sementara itu, Putri Koster mendorong lahirnya para desainer muda, sebagai strategi mengamankan dan melestarikan produk lokal Bali. Saat bicara sebagai keynote speaker dalam Workshop Mendesain Endek Bali dengan Teknik Digital dan Harmoni Pewarnaan di Kantor DPD PDIP Bali, Minggu sore, Putri Koster mengatakan bicara kain Endek dan tenun tradisional yang turun temurun diproduksi dan digunakan, maka akan menyebabkan adanya keberlangsungan hidup produksi, para de-sainer, dan tenaga kerja lokal.
"Maka, talenta seniman dalam pewarnaan, desain motif, dan menenun dengan baik harus dijaga. Kita di Bali punya komitmen memakai kain berkualitas tinggi. Sayang, kita tidak tanamkan dalam diri sendiri untuk melestarikan warisan budaya ini. Kita biasa memakai produk imitasi murah-murah. Sekarang, mari kita ubah pikiran itu," ajak Putri Koster.
Putri Koster mengaku miris melihat fenomena di lapangan di mana Kain Tenun Endek Bali terjajah produk dari luar yang diproduksi massal, yang kualitasnya rendah. "Maka harus ada regenerasi di Bali. Anak muda semuanya harus hadir menjaga idealisme, melestarikan warisan budaya leluhur ini. Desainer sekarang ya memang harus anak muda. Tidak hanya sekadar muda, tetapi harus paham dengan dunia digital," tandas tokoh perempuan yang juga Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali ini.
Putri Koster wanti-wanti jangan sampai kain tenun Endek diproduksi massal oleh perajin lokal Bali, dengan tujuan mengejar kuantitas. Diingatkan kembali, saat ini Bali dijajah oleh produk massal dari luar, yang mematikan perajin Endek di Bali.
Menurut Putri Koster, idealisme untuk menggerakkan produksi kain tenun ikat ya harus dari Bali, tidak di luar Bali. “Kita di Bali sering beralasan klasik, katanya tidak bisa melibatkan perajin lokal dengan dalih takut kualitas tidak terjaga, sehingga menggunakan bahan baku dari luar Bali. Ya, itu yang diproduksi massal. Kualitas kurang bagus, menyerbu pasar tradisional," katanya.
Walhasil, lanjut Putri Koster, perajin Bali tidak punya order. Penenun tidak ada kegiatan, karena order sepi. "Peralatan tradisional tenun jadi onggokan. Kalau sudah begitu, tenaga kerja lokal nganggur," terang tokoh perempuan kelahiran Desa Padangsambian Kaja, Kecamatan Denpasar Barat yang menikah ke Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng ini.
Putri Koster mengatakan, Kain Tenun Endek Bali harus menjadi raja di Bali. Itu dulu yang diyakinkan, jangan hanya berpikir ekspor saja. “Kita ekspor Kain Tenun Endek, tapi malah membeli kain tenun dari luar Bali. Beli dong kain tenun oleh perajin lokal dengan jiwa murni. Jangan beli sampah kain-kain di luar negeri itu. Ramai-ramai borong baju bekas di Pasar Kodok, kasihan banget. Belum lagi nanti ada virusnya.”
Kepada kader PDIP, Putri Koster mengajak untuk merawat warisan budaya Kain Tenun Endek Bali. Kader PDIP diharapkan memberikan semangat, ikut terjun dengan kecerdasan lewat tenaga dan dana. "Ide itu mahal. Politik itu tidak melulu memikirkan kekuasaan. Politisi sejati itu ya memecahkan masalah. Yuk pakai ramai-ramai Endek Bali. Di mana ada kemauan, di sana ada jalan," tegas seniwati multitalenta ini.
Persoalan pelestarian kain Songket, menurut Putri Koster, juga sama. Masyarakat pun diingatkan harus pakai kain Songket yang asli, jJangan hasil produksi massal. “Di Art Centre ada kain tenun dan Songket yang premium, datang saja ke sana. Saya sampai larang produksi Endek luar Bali dijual di Art Centre (lokasi Pameran IKM Bali Bangkit di Taman Budaya Provinsi Bali, Red). Tujuan kita ya memberikan kebebasan untuk produk lokal. Masa Cristian Dior (rumah mode di Prancis) saja pakai Kain Tenun Endek Bali sebagai bahan baku produksi busananya, lha kita kok nggak?" terang Putri Koster.
Sekadar dicatat, dalam upaya melindungi Kain Tenun Endek Bali, Gubernur Wayan Koster menerbitkan Pergub Bali Nomor 79 Tahun 2018 tentang Penggunaan Busana Adat Bali dan Pergub Nomor 99 Tahun 2018 tentang Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Lokal. Selain itu, Endek Bali juga tercatat sebagai Kekayaan Intelektual Komunal Ekspresi Budaya Tradisional Nomor EBT 12.2020.0000085 di Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkum HAM), 22 Desember 2020. Terakhir, keluar Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 4 Tahun 2021 tertanggal 28 Januari 2021 tentang Penggunaan Kain Endek/Kain Tenun Tradisional Bali. *nat
Komentar