Coffee Tour Menggeliat Kembali
DENPASAR,NusaBali
Open border atau pembukaan pariwisata Bali untuk wisatawan manca negara, masih menunggu kepastian dari Pemerintah.
Namun demikian suasana optimisme sudah terasa di lapangan. Salah satunya ‘paket’ berwisata ke kebun kopi atau lumrah di kalangan pelaku pariwisata disebut ‘Coffee Tour’. Memang belum ramai, namun sudah cukup melegakan pelaku pariwisata maupun pebisnis lainnya.
“Ya syukur belakangan sudah mulai ada lagi (Coffee Tour),” ujar I Komang Sukarsana, seorang pelaku UMKM klaster kopi dari Songan Kintamani Bangli, Minggu (6/6).
Kata Sukarsana, coffee tour merupakan salah satu jenis dari eco tourism yang punya pangsa atau penggemar sendiri. Umumnya adalah wisatawan yang menaruh minat dengan suasana alam, pertanian dan perkebunan. Termasuk didalamnya menikmati produksi dari perkebunan, seperti kebun kopi.
“Setelah sempat tiarap, beberapa waktu belakangan ada satu atau dua,”ujarnya. Wisatawan(wisman) yang menikmati wisata ‘petualangan’ ke kebun kopi, kebanyakan wisman sudah lama tinggal dan bekerja dari Bali.
“Ya, work from Bali,” ujar Sukarsana membenarkan. “Seperti tempo hari ada dari Ceko,” lanjutnya. Memang belum banyak, namun kata Sukarsana tentu memberi harapan pada pariwisata untuk mulai menggeliat, setelah 1,5 tahun terpuruk akibat pandemi Covid-19.
Dia pun berharap open border dan kegiatan pariwisata Bali bisa mulai. “Itu jelas penting,”ujarnya. Tour Cofffe di Kintamani, tidak saja menguntungkan pemilik kebun kopi. Namun warga lainnya juga mendapatkan manfaatnya. Karena untuk kegiatan tour tak semata-mata masuk dan melihat-lihat perkebunan kopi saja, tetapi wisatawan biasanya suka juga melihat objek lainnya seperti kebun jeruk dan perkebunan hortikultura lainnya. “Asalkan tidak ada sampah plastik, mereka suka,”ungkap Sukarsana. *K17
“Ya syukur belakangan sudah mulai ada lagi (Coffee Tour),” ujar I Komang Sukarsana, seorang pelaku UMKM klaster kopi dari Songan Kintamani Bangli, Minggu (6/6).
Kata Sukarsana, coffee tour merupakan salah satu jenis dari eco tourism yang punya pangsa atau penggemar sendiri. Umumnya adalah wisatawan yang menaruh minat dengan suasana alam, pertanian dan perkebunan. Termasuk didalamnya menikmati produksi dari perkebunan, seperti kebun kopi.
“Setelah sempat tiarap, beberapa waktu belakangan ada satu atau dua,”ujarnya. Wisatawan(wisman) yang menikmati wisata ‘petualangan’ ke kebun kopi, kebanyakan wisman sudah lama tinggal dan bekerja dari Bali.
“Ya, work from Bali,” ujar Sukarsana membenarkan. “Seperti tempo hari ada dari Ceko,” lanjutnya. Memang belum banyak, namun kata Sukarsana tentu memberi harapan pada pariwisata untuk mulai menggeliat, setelah 1,5 tahun terpuruk akibat pandemi Covid-19.
Dia pun berharap open border dan kegiatan pariwisata Bali bisa mulai. “Itu jelas penting,”ujarnya. Tour Cofffe di Kintamani, tidak saja menguntungkan pemilik kebun kopi. Namun warga lainnya juga mendapatkan manfaatnya. Karena untuk kegiatan tour tak semata-mata masuk dan melihat-lihat perkebunan kopi saja, tetapi wisatawan biasanya suka juga melihat objek lainnya seperti kebun jeruk dan perkebunan hortikultura lainnya. “Asalkan tidak ada sampah plastik, mereka suka,”ungkap Sukarsana. *K17
1
Komentar