Sering Diusir saat Nongkrong, Akhirnya Malah Bikin Angkringan Sendiri
Delapan Anak Muda Dirikan Warkop Kita
GIANYAR, NusaBali.com – Ada kisah inspiratif di balik berdirinya Warkop Kita yang berlokasi di Jalan Raya Mas Ubud, Utara Nirmala Supermarket, Gianyar.
Kadek Yooka Desidamayu, 20, atau yang kerap disapa Dek Po ini menceritakan kisah uniknya membangun sebuah usaha yang berbentuk angkringan bersama tujuh orang temannya yaitu, Made Angga Pradnya Dipa Rimbawa, Putu Bawa Wicaksana, Kadek Ananda Permana Putra, I Wayan Caraka Penida, Komang Bagus Maha Putra Susila, Anak Agung Gede Cahya Yuniarsa, dan Made Aji Surya Pratama.
Delapan orang ini memutuskan buka usaha angkringan karena sering diusir di tempat-tempat kopi, atau tempat-tempat nongkrong. Masalahnya mereka sering berkunjung hingga larut malam, bahkan kadang sampai pagi. “Jadi dari pemilik tempat-tempat nongkrong itu mengusir kami, dan sering seperti itu karena kami suka mengobrol dan tidak terasa waktu habis dengan cepat. Saking seringnya diusir, dari sanalah kami mempunyai niat untuk membuat angkringan,” ungkap Dekpo.
Pada awal berdirinya angkringan dengan akun Instagram _warkopkita di bulan Desember 2019, hanyalah berbentuk sebuah gerobak sederhana dan menyediakan beberapa kursi untuk para pengunjung. Namun seiring berjalannya waktu kini Warkopkita pun berkembang menjadi tempat berkumpulnya para komunitas, bahkan sempat mengadakan beberapa acara seni, musik dan sosialisasi lingkungan.
“Pada awalnya kami hanya ingin membuat sebuah tempat agar kami bisa berkumpul lama tanpa khawatir untuk diusir, lalu berkembang menjadi seperti saat ini,” kata Dekpo.
Karena respons dari masyarakat juga sangat baik, maka mereka mempertahankan tempat tersebut hingga sekarang. “Dari gerobak kini kami sudah bisa membangun ruangan indoor sendiri, itu kami bangun tanpa tukang, asasnya gotong royong, dan kami tambahkan beberapa meja sehingga kini bisa menampung 50 orang pengunjung,” ujar Dekpo.
Menu yang disediakan di Warkop Kita beragam, terdapat menu camilan, seperti kentang dan roti bakar serta, menu minuman seperti es kopi, dan kopi Bali, dengan rentang mulai dari Rp 3.000 hingga paling mahal Rp 20.000 saja. “Kami di sini memang ingin menyediakan tempat yang terjangkau bagi anak muda, karena kami sendiri pun berusia 20 tahun, tidak jarang juga kami berinteraksi dengan pengunjung untuk mendekatkan diri sehingga timbul rasa kekeluargaan yang baik,” ujarnya.
Acara musik juga menjadi menu tiap Sabtu, dengan mengundang siapapun yang percaya diri tampil di depan pengunjung. “Tidak ada syarat khusus dan kami sudah sediakan sound system,” katanya.
Dekpo pun mengungkapkan bahwa, selain wadah bagi para remaja berinteraksi, Warkopkita juga sempat mengadakan acara yang melibatkan UMKM lokal seperti trhiftshop (para penjual baju bekas), mengadakan pameran lukisan dan foto, dan acara mural. “Untuk ke depannya kami akan rutin mengadakan acara yang melibatkan komunitas. Tujuan kami agar para pengunjung juga teredukasi, terinspirasi agar dapat menjadi insan muda yang kreatif dan berinovasi, mengingat kondisi yang seperti ini, semua kalangan masyarakat dituntut agar kreatif dan tidak hanya mengandalkan pariwisata, maka dari itu kami adakan kegiatan untuk mengisi waktu untuk hal positif kepada para anak muda,” ujar pemuda asal Desa Peliatan, Ubud, Gianyar ini.
Warkop Kita siap melayani para anak muda dan masyarakat lainnya dari pukul 18.00 hingga 24.00. Banyak kegiatan yang sudah terlaksana pun dinyatakan tetap menjaga standar prokes di masa pandemi. Secara berkala, tiap Minggu, disemprotkan desinfektan.
Dekpo pun mengimbau agar para anak muda Bali selalu memiliki inovasi dan kreativitas yang tinggi, selain itu keberanian untuk memulai sesuatu juga adalah hal yang penting. “Sejatinya kami pada awalnya tidak mengetahui tentang bisnis, dan pengelolaan suatu usaha secara teoritis, kami hanya secara otodidak belajar dan melakukan evaluasi secara rutin agar usaha yang kami dirikan ini bisa bertahan bahkan berkembang lebih baik lagi, intinya yang pertama berani, dan setelah itu tekun,” tutup Dekpo. *rma
Komentar