Semasa Darurat Orangtua Menjadi Guru
Masa darurat yang dimaksud bukan hanya pada masa wabah Corona Virus Disease (Covid-19), tetapi berlaku pula pada masa darurat lainnya, seperti bencana alam, huru-hara dan sebagainya.
Kurikulum darurat hanya diterapkan pada masa darurat. Bila kondisi sudah normal, kegiatan pembelajaran kembali dilaksanakan secara normal. Di masa pandemi Covid-19, kegiatan pembelajaran tidak bisa berjalan maksimal. Walau demikian, peserta didik harus tetap mendapat layanan pendidikan dengan memanfaatkan media daring atau sejenisnya.
Pembelajaran di masa darurat, sekolah dituntut untuk bisa mengembangkan kreatifitas dan kemampuan untuk pembelajaran yang mendidik. Misalnya, guru-orangtua dapat melaksanakan pembelajaran dari rumah menggunakan media, seperti Whatsapp, Facebook, tayangan pembelajaran melalui TVRI. Memang, kondisi darurat pada tiap daerah dan satuan pendidikan tentu berbeda. Oleh karena itu, implementasi kurikulum darurat bisa berbeda sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.
Untuk antisipasi kedaruratan, Pemerintah mengembangkan Dokumen Kurikulum Darurat. Tujuannya adalah untuk meminimalkan dampak negatif pandemi Covid-19 bagi guru, peserta didik, dan orangtua. Salah satu unsur penting dalam pembelajaran, yaitu: teknik pengelolaan kelas. Secara umum, pengelolaan kelas merupakan keterampilan untuk menciptakan iklim pembelajaran kondusif dan mengendalikan ketika terjadi gangguan dalam pembelajaran. Menurut ahli, komponen pengelolaan kelas terdiri dari: penciptaan dan pemeliharaan iklim pembelajaran yang optimal serta pengendalian kondisi belajar secara optimal. Dalam pembelajaran, beberapa perilaku anak yang mengganggu iklim pembelajaran, yaitu: kurang perhatian, malas belajar, mogok belajar dan sebagainya.
Pandemi Covid-19 mengalihkan pusat aktivitas pembelajaran di rumah. Situasi ini merupakan realitas yang tak terelakkan, mau tidak mau, suka tidak suka, orangtua harus menjadi guru! Orangtua diharapkan dapat menjalankan peran barunya tersebut. Belajar Di Rumah merupakan kegiatan mendidik yang dilakukan dengan bimbingan orangtua. Orangtua diharapkan dapat memberikan edukasi positif pada putra-putrinya sendiri. Dengan adanya kemajuan digital, belajar di rumah bisa dilakukan dalam jaringan.
Orangtua dapat menata-kelola pembelajaran BDR untuk penciptaan iklim pembelajaran dan pengendalian kondisi belajar secara optimal. Adapun tekniknya, seperti: mengarahkan anak untuk aktif membangun sendiri pengetahuannya. Orangtua berusaha memberi peluang terjadinya proses aktif. Orangtua bertindak sebagai fasilitator, motivator, dan dinamisator dalam pembelajaran. Ketika anak aktif, penghargaan harus diberikan orangtua terhadap partisipasi aktif anak. Ganjaran positif akan mendorong anak untuk berani mengemukakan pendapat dan mengeritisi pembelajaran.
Menurut Shindler, anak akan terbiasa untuk berpikir kritis, kreatif, dan terlatih untuk mengemukakan pendapatnya tanpa adanya perasaan rendah diri. Disamping itu, orangtua hendaknya bersikap demokratis, kepemimpinan demokratis akan dapat menjadikan anak nyaman untuk belajar. Lingkungan pembelajaran dirancang agar memotivasi dan mendorong terjadinya proses pembelajaran. Salah satu caranya adalah mengatur peralatan dan perabotan agar aman, nyaman, dan indah. Penataan lokasi pembelajaran amat penting agar dapat menciptakan suasana yang wajar, tanpa tekanan, dan menggairahkan siswa untuk belajar secara efektif.
Pengendalian kondisi pembelajaran dimaksudkan untuk memaksimalkan pembelajaran aktif, efektif, kreatif, dan menyenangkan. Misalnya, orangtua harus bisa mengnedalikan perilaku, seperti: berkali-kali ambil minum, jajan, ke toilet dan sebagainya.
Perilaku demikian merupakan alasan klasik untuk mengurangi kebosanan, kejenuhan, dan kekurang-menarikan orangtua dalam menyajikan materi. Contoh lain seperti: tidak tepat waktu mengikuti pembelajaran dikarenakan terlambatnya guru mengirimkan bahan atau tugas, koneksi internet terganggu, atau tidak punya pulsa. Juga, prilaku anak seperti berbicara dengan saudara atau orang lain di rumah, membuat lelucon tentang gerak-gerik orangtuanya sendiri, dan sebagainya, sehingga mengalihkan perhatian dalam pembelajaran. Anak anak enggan menyelesaikan tugas yang diberikan dan menyerahkan sepenuhnya kepada orangtua dan mengalihkan ke permainan on-line yang lebih menarik dan sebagainya adalah perilaku anak yang harus dikendalikan. Secara umum, perilaku menyimpang dapat dikendalikan dengan mengintegrasikan dalam aturan. Integrasi berarti keterikatan anak dalam pembelajaran sebagai tanggungjawab diri. Disamping itu, orangtua harus bersikap bijak dan membangun kerjasama dengan menjadi teman yang siap membantu bukan sebagai ‘penguasa’. Semoga orangtua bisa menjadi guru yang baik dalam BDR. *
Prof.Dewa Komang Tantra,MSc.,Ph.D.
Komentar