Mantap! Banjar Kertasari Panjer Serius Jalankan Program Pembuatan 1.000 Biopori
DENPASAR, NusaBali.com - Kesadaran warga terhadap posisi wilayahnya yang rawan banjir, membuat warga Banjar Kertasari, Desa Panjer, Denpasar Selatan, bersemangat menyukseskan program pembuatan 1.000 biopori di rumah-rumah.
Sejak dijalankan pertamakali Agustus 2020, program kepedulian terhadap lingkungan ini sudah menghasilkan hampir 200 biopori. Sebagai bentuk keseriusan dalam menjalankan program tersebut, program 1.000 biopori juga telah dicantumkan dalam awig-awig banjar tersebut per Oktober 2020.
Namun, meski program ini juga dicantumkan dalam awig-awig banjar adat, warga Banjar Kertasari yang tidak menjadi anggota banjar adat (sebagian besar sebagai warga dinas) sangat mendukung program tersebut. Alhasil, masyarakat Banjar Kertasari bahu membahu agar program tersebut cepat terealisasi.
Kelian Adat Banjar Kertasari, I Gede Sulusi, 69, ketika ditemui di Balai Banjar Kertasari, mengatakan bahwa kontur tanah di wilayahnya cenderung rendah sehingga sangat rawan banjir. Apalagi menurutnya saat ini tanah-tanah yang sebelumnya dapat menjadi wilayah resapan air telah berubah menjadi bangunan-bangunan beton.
“Dulu tahun 1980an di sini masih banyak tanah kosong, sekarang sudah menjadi bangunan di mana-mana. Itulah salah satu yang menjadi alasan kami membuat program 1000 biopori ini,” ujar Sulusi, Selasa (15/6/2021).
Lebih jauh dirinya merinci bahwa dari 200 biopori yang ada, sebanyak 45 biopori terpasang di Balai Banjar Kertasari, sementara sisanya telah dipasang di rumah-rumah warga. Ia menyebut dengan program 1.000 biopori ini, setidaknya nanti akan ada lima biopori dengan kedalaman sekitar 1,5 meter yang dipasang di masing-masing rumah tangga di Banjar Kertasari.
Biopori tersebut bukan hanya untuk menyerap air hujan, melainkan juga dapat difungsikan untuk membuang sampah organik yang dihasilkan pada rumah tangga masing-masing di Banjar Kertasari, sehingga selain dapat mengurangi sampah keluar juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos.
Untuk diketahui, biopori adalah teknologi alternatif dan sederhana untuk penyerapan air hujan selain dengan sumur resapan. Selain untuk resapan air, biopori juga berguna sebagai pengolah sampah rumah tangga yang dapat diterapkan di lahan pemukiman perkotaan yang sempit.
Di sisi lain Sulusi menjelaskan, untuk memberi kesadaran akan pentingnya memelihara lingkungan hidup, pengurus Banjar Kertasari juga mengajak para pemuda-pemudi di Banjar Kertasari, yang tergabung dalam Sekaa Teruna Teruni (STT) Kerta Dharma Winangun, untuk ikut menjalankan dan menyukseskan program tersebut.
“Anak-anak muda sengaja kami libatkan, karena mereka lah yang nanti akan meneruskan apa yang sudah dilakukan sekarang. Sejak awal kami perkenalkan mereka tentang memelihara lingkungan hidup,” terangnya.
Sementara itu dihubungi terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Denpasar, Ida Bagus Putra Wirabawa, mengapresiasi apa yang dilakukan masyarakat di Banjar Kertasari.
“Pembuatan lubang biopori selain dapat digunakan sebagai resapan air, juga bisa digunakan untuk menampung sampah organik rumah tangga atau dapur dan penyapuan di halaman rumah,” ujarnya.
Sementara itu ketika disinggung mengenai dukungan pemerintah terhadap kegiatan seperti yang dilakukan masyarakat Banjar Kertasari, Wirabawa menyebut bahwa jauh sebelumnya pihaknya telah melakukan edukasi pembuatan biopori ke sekolah-sekolah, desa/kelurahan, dan juga perkantoran. Saat ini tambahnya, DLHK Kota Denpasar bersama masyarakat dan TNI juga sedang melakukan monitoring dan evaluasi ke tempat-tempat tersebut. *adi
Komentar