Tak Diserap Sektor Pariwisata, Hidroponik Temukan Penghobi Baru
DENPASAR, NusaBali.com – Meskipun tren penghobi hidroponik sudah tidak se-booming di awal pandemi, namun penghobi tanaman hidroponik masih digemari di Bali.
Teknik hidroponik ini menjadi pilihan berkebun bagi masyarakat perkotaan seperti Kota Denpasar yang mengalami keterbatasan lahan tanam. Kelebihan teknik hidroponik memang terletak pada kebutuhan lahan yang relatif sedikit, bisa dilakukan dengan memanfaatkan lahan halaman depan rumah, atap rumah, atau lahan lainnya.
“Di masa pandemi seperti saat ini memang ada peningkatan permintaan perlengkapan pertanian hidroponik, terutama di awal-awal masa pandemi,” ujar Yetie, 51, pemilik usaha Hydroculture Hydroponic Garden, Selasa (15/6/2021).
Ia menambahkan pembeli sebagian besar adalah masyarakat umum yang ingin mencoba bertani menggunakan teknik hidroponik karena keterbatasan lahan yang dimiliki. Menurutnya dengan harga Rp 150.000, masyarakat sudah dapat mencoba untuk bertani menggunakan teknik hidroponik yang dijualnya.
“Yang paling sederhana harganya Rp 150.000, tapi kalau mau yang lebih besar bisa membeli dengan harga Rp 650.000,” ujar alumnus Fakultas Kedokteran Unud ini.
Yetie menuturkan dalam satu paket pembelian, pembeli akan mendapatkan satu set tempat menanam berupa boks (gully) atau pipa, media tanam (rock wool), nutrisi berupa makronutrien dan mikronutrien, serta bibit tanaman.
Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa selain menjual peralatan hidroponik dirinya sekaligus menjual sayuran hasil pertanian hidroponik. Sayur-sayuran yang dihasilkannya yakni, selada wangi siomak, pok coy, kailan, selada keriting, selada butter, dan juga kangkung.
Sayangnya penjualan sayuran produk hidroponik terpaksa berhenti karena matinya pariwisata di Bali.“Sebelum pandemi saya memiliki pelanggan restoran-restoran, namun karena situasi pandemi terpaksa disetop,” ujarnya.
Ia juga mengatakan belum pernah menawarkan sayur hidroponiknya di pasar-pasar tradisional karena menurutnya masyarakat luas belum banyak mengenal sayuran hidroponik seperti jenis yang ia hasilkan, selain juga terkendala harganya yang lebih mahal.
Alhasil, untuk mensiasati hal tersebut ia berencana untuk menumbuhkan beberapa jenis sayuran yang sering dijumpai di pasar-pasar dengan cara hidroponik seperti tomat, paprika, dan lainnya.
Untuk menumbuhkan tanaman hidroponik menurut Yetie tidak selalu mudah. Ia menuturkan kisahnya ketika mulai menggeluti usaha pertanian hidroponik yang sempat terhenti. Menurutnya perlu pengalaman secara langsung dan tidak sedikit untuk bisa menumbuhkan dan mengembangkan tanaman dalam media hidroponik.
“Sebelum hidroponik dikenal seperti sekarang saya sudah mencoba teknik bertani hidroponik, memang tidak mudah. Saya sempat berhenti, dan ketika hidroponik mulai booming saya coba lagi dan hasilnya sudah lebih baik sekarang,” ujar Yetie yang juga berprofesi sebagai konsultan hidroponik.
Untuk diketahui, secara etimologi hidroponik berasal dari kata hydro yang berarti air, dan phonic yang berarti pengerjaan. Jika diartikan, hidroponik adalah cara menanam dengan menggunakan media air sebagai media tumbuh. Teknik ini menanam berbagai sayur-sayuran dan buah-buahan tanpa menggunakan media tanah. *adi
Komentar