20 Ha Tanaman Hortikultura Hancur
Beberapa tukad (sungai) kering, diantaranya Tukad Celok, tidak mampu menampung luapan air bah bercampur lumpur.
BANGLI, NusaBali
Tidak kurang dari 20 hektare (ha) tanaman hortikultura jenis bawang, cabai, tomat dan kol di Desa Songan A dan Songan B, Kecamatan Kintamani, Bangli, hancur. Penyebabnya, hujan lebat selama lima hari tanpa henti hingga banjir bandang, Rabu (21/12) malam.
Puluhan petani setempat rugi karena tanaman mereka yang siap panen hancur diterjang air bah dan tertimbun lumpur. Selain menghancurkan tananaman itu, banjir juga mengakibatkan sejumlah rumah warga rusak karena terendam air dan lumpur berpasir.
Penuturan warga setempat, banjir tersebut berawal dari hujan yang turun sejak pukul 15.30 Wita sampai pukul 23.00 Wita. Sebelumnya, hujan memang beberapa kali turun di Desa Songan A, Songan B dan sekitarnya. Namun hujan itu tidak selebat hujan pada Kamis (22/12) sore hingga malam.
Hujan lebat tak hanya di Desa Songan dan sekitarnya. Di wilayah hulu, diantaranya di Banjar Kayupadi, masih merupakan wilayah Songan, Desa Belandingan, Pinggan, dan sekitarnya, juga terjadi hujan lebat. Curah hujan tinggi itulah mengirimkan aliran air bah ke bawah ke wilayah Desa Songan. Beberapa tukad (sungai) kering, diantaranya Tukad Celok, tidak mampu menampung luapan air bah bercampur lumpur. Akibatnya air bah setinggi satu meter meluasp. Luapan air bah bercampur lumpur pasir pekat, tanpa ampun menerjang dan menenggelamkan puluhan hektare tanaman hortikultura. “ Ini merupakan banjir terbesar sejak empat tahun lalu,” ungkap Jero Arynata,27, warga setempat, Kamis (22/12).
Sebelumnya, banjir bandang hebat pernah terjadi tahun 2012 lalu di Desa Belandingan, sampai merenggut korban jiwa empat orang. Sejak itu tak pernah lagi terjadi banjir bandang. “Air bah menerjang hebat sempat membuat warga kalang kabut,” lanjut Jero Arynata.
Tak ada korban jiwa akibat banjir banding, Rabu (21/12), di Desa Songan tersebut. Namun beberapa warga yang rumahnya terendam air dan lumpur sempat mengungsi bermalam di rumah kerabat dan warga sekitar yang letaknya aman dari terjangan air bah. Ada empat warga yang rumahnya terendam air dan lumpur. Ada juga sampai dipan dan kasurnya hanyut terbawa banjir ke tengah Danau Batur. “Ya terpaksa, bermalam di rumah keluarga lainnya,” tambah Jero Arynata. Ia menyebut hal tersebut dialami oleh salah seorang keluarganya.
Pantauan Kamis (22/12) kemarin, sejumlah warga yang kebunnya porak poranda akibat banjir bandang tersebut terlihat membenahi tanaman mereka yang tidak terlalu parah kondisinya. Antara lain, tanaman cabai dan tomat yang posisinya relatif jauh dari arus banjir bandang. ‘’Yang terendam sebagian kemungkinan masih bisa dipanen,’’ ujar warga lainnya.
Namun komoditas yang terendam total, dibiarkan karena dipastikan sudah akan rusak dan membusuk. “Karena demikian keras banjirnya,” ujar Jero Suara, warga lain yang tanaman holtikulturanya hancur diterjang banjir bandang. “Beh kerugian banyak pak. Bisa sampai seratus juta rupiah, “ ujar Jero Suara, soal kerugian dialaminya.
Untuk diketahui, kecuali tomat, harga tiga jenis tanaman hortikultura budidaya petani di Desa Songan pada saat ini cukup menggiurkan. Cabai merah, harga per kilo Rp 15.000, kol Rp 8.000-Rp 9.000, bawang Rp 30.000 dan tomat berkisar Rp 4.000.
Bencana banjir bandang ini belum dilaporkan warga kepada pemerintah. Warga memilih menangani sendiri sisa-sisa banjir, seperti lumpur dan pasir yang menimbun jalanan dan beberapa rumah warga. “Pasir ini masih bisa dimanfaatkan,” ujar Kaur Pemerintahan Desa Songan B I Wayan Tompel bersama Sekdes Songan B I Ketut Sabtu. Selain rumah warga, banjir juga sempat merendam sekolah TK Pra Widya Dharma di areal sekitar. *k17
Puluhan petani setempat rugi karena tanaman mereka yang siap panen hancur diterjang air bah dan tertimbun lumpur. Selain menghancurkan tananaman itu, banjir juga mengakibatkan sejumlah rumah warga rusak karena terendam air dan lumpur berpasir.
Penuturan warga setempat, banjir tersebut berawal dari hujan yang turun sejak pukul 15.30 Wita sampai pukul 23.00 Wita. Sebelumnya, hujan memang beberapa kali turun di Desa Songan A, Songan B dan sekitarnya. Namun hujan itu tidak selebat hujan pada Kamis (22/12) sore hingga malam.
Hujan lebat tak hanya di Desa Songan dan sekitarnya. Di wilayah hulu, diantaranya di Banjar Kayupadi, masih merupakan wilayah Songan, Desa Belandingan, Pinggan, dan sekitarnya, juga terjadi hujan lebat. Curah hujan tinggi itulah mengirimkan aliran air bah ke bawah ke wilayah Desa Songan. Beberapa tukad (sungai) kering, diantaranya Tukad Celok, tidak mampu menampung luapan air bah bercampur lumpur. Akibatnya air bah setinggi satu meter meluasp. Luapan air bah bercampur lumpur pasir pekat, tanpa ampun menerjang dan menenggelamkan puluhan hektare tanaman hortikultura. “ Ini merupakan banjir terbesar sejak empat tahun lalu,” ungkap Jero Arynata,27, warga setempat, Kamis (22/12).
Sebelumnya, banjir bandang hebat pernah terjadi tahun 2012 lalu di Desa Belandingan, sampai merenggut korban jiwa empat orang. Sejak itu tak pernah lagi terjadi banjir bandang. “Air bah menerjang hebat sempat membuat warga kalang kabut,” lanjut Jero Arynata.
Tak ada korban jiwa akibat banjir banding, Rabu (21/12), di Desa Songan tersebut. Namun beberapa warga yang rumahnya terendam air dan lumpur sempat mengungsi bermalam di rumah kerabat dan warga sekitar yang letaknya aman dari terjangan air bah. Ada empat warga yang rumahnya terendam air dan lumpur. Ada juga sampai dipan dan kasurnya hanyut terbawa banjir ke tengah Danau Batur. “Ya terpaksa, bermalam di rumah keluarga lainnya,” tambah Jero Arynata. Ia menyebut hal tersebut dialami oleh salah seorang keluarganya.
Pantauan Kamis (22/12) kemarin, sejumlah warga yang kebunnya porak poranda akibat banjir bandang tersebut terlihat membenahi tanaman mereka yang tidak terlalu parah kondisinya. Antara lain, tanaman cabai dan tomat yang posisinya relatif jauh dari arus banjir bandang. ‘’Yang terendam sebagian kemungkinan masih bisa dipanen,’’ ujar warga lainnya.
Namun komoditas yang terendam total, dibiarkan karena dipastikan sudah akan rusak dan membusuk. “Karena demikian keras banjirnya,” ujar Jero Suara, warga lain yang tanaman holtikulturanya hancur diterjang banjir bandang. “Beh kerugian banyak pak. Bisa sampai seratus juta rupiah, “ ujar Jero Suara, soal kerugian dialaminya.
Untuk diketahui, kecuali tomat, harga tiga jenis tanaman hortikultura budidaya petani di Desa Songan pada saat ini cukup menggiurkan. Cabai merah, harga per kilo Rp 15.000, kol Rp 8.000-Rp 9.000, bawang Rp 30.000 dan tomat berkisar Rp 4.000.
Bencana banjir bandang ini belum dilaporkan warga kepada pemerintah. Warga memilih menangani sendiri sisa-sisa banjir, seperti lumpur dan pasir yang menimbun jalanan dan beberapa rumah warga. “Pasir ini masih bisa dimanfaatkan,” ujar Kaur Pemerintahan Desa Songan B I Wayan Tompel bersama Sekdes Songan B I Ketut Sabtu. Selain rumah warga, banjir juga sempat merendam sekolah TK Pra Widya Dharma di areal sekitar. *k17
1
Komentar