Rumah Berdaya Denpasar Diperkenalkan Melalui Pameran Seni
TABANAN, NusaBali.com - Rumah Berdaya Denpasar sebagai wadah dalam menaungi Orang Dengan Skizofrenia (ODS), mengikuti pameran seni yang dihelat oleh Komunitas Bali Bersama Bisa (Movement of Recovery) bersama dengan LaLa Land Creative Studio, Sabtu (19/6/2021).
Rumah Berdaya berharap dengan mengikuti pameran ini, masyarakat lebih mengenal Rumah Berdaya Denpasar, sebagai komunitas yang menaungi penyandang disabilitas, dalam hal ini Orang Dengan Skizofrenia.
I Nyoman Sudiasa, 47, salah seorang pendiri KPSI Simpul Bali dan juga sekaligus pengelola Rumah Berdaya Denpasar, menyatakan dalam pameran yang digelar di Studio La La Land, Jalan Bypass Tanah Lot, Buwit, Kediri, Tabanan tersebut, Rumah Berdaya menampilkan karya seni yang dikerjakan oleh teman-teman ODS di Rumah Berdaya, seperti kerajinan tas, lukisan, baju kaos, dupa, dan produk seni lainnya.
“Kami ingin Rumah Berdaya sebagai komunitas Orang Dengan Skizofrenia lebih dikenal oleh komunitas seni, baik lokal maupun asing,” ujar pria asal Seririt, Buleleng ini.
Ia mengatakan dalam acara tersebut dirinya mengajak lima orang teman-teman ODS yang bertugas menjaga stand Rumah Berdaya dan juga untuk menjelaskan kepada para pengunjung yang ingin mengetahui lebih banyak mengenai skizofrenia dan Rumah Berdaya Denpasar.
Pada acara yang berlangsung dari pukul 14.00 sampai 22.00 Wita, dalam sesi diskusi, Sudiasa juga sempat berbagi pengalamannya sebagai salah seorang penderita skizofrenia, dan juga sekarang mengelola Rumah Berdaya Denpasar dalam mengkampanyekan kepedulian terhadap kesehatan mental terutama skizofrenia.
Rumah Berdaya menurut Sudiasa merupakan organisasi yang dibentuk oleh Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) Simpul Bali bersama dengan organisasi Ketemu Project pada tahun 2016.
Lebih lanjut ia mengungkap bahwa KPSI Simpul Bali sebagai salah satu pendiri Rumah Berdaya, sekarang ikut bergabung ke dalam Yayasan Bali Bersama Bisa yang merupakan kolaborasi 11 komunitas penyandang disabilitas dan orang-orang yang termarginalkan.
Hal tersebut juga dijelaskan oleh Ketua Yayasan Bali Bersama Bisa, I Wayan Eka Sunya Antara, yakni Komunitas Bali Bersama Bisa merupakan gabungan sebelas komunitas yang terdiri dari Movement of Recovery (MOR), Komunitas Teman Baik, Komunitas Bipolar Bali, komunitas Love and Strong Women, Komunitas Tuna Netra Teratai (Kostra), Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia Simpul Bali (KPSI) Rumah Berdaya dan komunitas lainnya.
Ia pun menjelaskan kenapa mengajak Rumah Berdaya pada kegiatan ini. “Meski acara digelar oleh komunitas Movement of Recovery, yang juga sebagai bagian dari Yayasan Bali Bersama Bisa, Rumah Berdaya kami ikutkan karena selain untuk lebih memperkenalkan Rumah Berdaya dan Orang Dengan Skizofrenia kepada masyarakat, karena juga kebetulan teman-teman Rumah Berdaya sering melakukan kegiatan seni sebagai bagian dari terapi skizofrenia,” terang pria yang akrab dipanggil Bimbim tersebut. *adi
I Nyoman Sudiasa, 47, salah seorang pendiri KPSI Simpul Bali dan juga sekaligus pengelola Rumah Berdaya Denpasar, menyatakan dalam pameran yang digelar di Studio La La Land, Jalan Bypass Tanah Lot, Buwit, Kediri, Tabanan tersebut, Rumah Berdaya menampilkan karya seni yang dikerjakan oleh teman-teman ODS di Rumah Berdaya, seperti kerajinan tas, lukisan, baju kaos, dupa, dan produk seni lainnya.
“Kami ingin Rumah Berdaya sebagai komunitas Orang Dengan Skizofrenia lebih dikenal oleh komunitas seni, baik lokal maupun asing,” ujar pria asal Seririt, Buleleng ini.
Ia mengatakan dalam acara tersebut dirinya mengajak lima orang teman-teman ODS yang bertugas menjaga stand Rumah Berdaya dan juga untuk menjelaskan kepada para pengunjung yang ingin mengetahui lebih banyak mengenai skizofrenia dan Rumah Berdaya Denpasar.
Pada acara yang berlangsung dari pukul 14.00 sampai 22.00 Wita, dalam sesi diskusi, Sudiasa juga sempat berbagi pengalamannya sebagai salah seorang penderita skizofrenia, dan juga sekarang mengelola Rumah Berdaya Denpasar dalam mengkampanyekan kepedulian terhadap kesehatan mental terutama skizofrenia.
Rumah Berdaya menurut Sudiasa merupakan organisasi yang dibentuk oleh Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) Simpul Bali bersama dengan organisasi Ketemu Project pada tahun 2016.
Lebih lanjut ia mengungkap bahwa KPSI Simpul Bali sebagai salah satu pendiri Rumah Berdaya, sekarang ikut bergabung ke dalam Yayasan Bali Bersama Bisa yang merupakan kolaborasi 11 komunitas penyandang disabilitas dan orang-orang yang termarginalkan.
Hal tersebut juga dijelaskan oleh Ketua Yayasan Bali Bersama Bisa, I Wayan Eka Sunya Antara, yakni Komunitas Bali Bersama Bisa merupakan gabungan sebelas komunitas yang terdiri dari Movement of Recovery (MOR), Komunitas Teman Baik, Komunitas Bipolar Bali, komunitas Love and Strong Women, Komunitas Tuna Netra Teratai (Kostra), Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia Simpul Bali (KPSI) Rumah Berdaya dan komunitas lainnya.
Ia pun menjelaskan kenapa mengajak Rumah Berdaya pada kegiatan ini. “Meski acara digelar oleh komunitas Movement of Recovery, yang juga sebagai bagian dari Yayasan Bali Bersama Bisa, Rumah Berdaya kami ikutkan karena selain untuk lebih memperkenalkan Rumah Berdaya dan Orang Dengan Skizofrenia kepada masyarakat, karena juga kebetulan teman-teman Rumah Berdaya sering melakukan kegiatan seni sebagai bagian dari terapi skizofrenia,” terang pria yang akrab dipanggil Bimbim tersebut. *adi
Komentar