Budidaya Maggot di Buduk Terhenti
Kontrak lokasi TPS sudah habis. Saat ini sedang dijajaki lokasi baru agar Desa Buduk mandiri dalam pengelolaan sampah
MANGUPURA, NusaBali
Desa Buduk, Kecamatan Mengwi sempat membudidayakan maggot atau ulat pemakan sampah. Namun aktivitas budidaya tersebut tak lagi beroperasi. Padahal budidaya ini sempat menjadi perhatian Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta.
Maggot yang menggunakan media sampah sebagai makanan cukup berperan dalam memanfatkan sampah agar tidak terbuang begitu saja. Namun, kegiatan itu kini terhenti. Bahkan terlihat di lokasi yang sempat menjadi kandang maggot di TPS Banjar Pasekan, Desa Buduk, minim aktivitas. Pintu pagarnya pun tertutup. Sementara pada bagian dalam terlihat mesin pemilah sampah yang tidak lagi digunakan. Kandang kawin yang juga tempat lalat BSF (black soldier fly) bertelur nampak kosong.
Perbekel Buduk Ketut Wira Adi Atmaja, mengakui budidaya maggot di TPS tersebut telah terhenti. Menurutnya, hal tersebut karena kontrak lokasi TPS sudah habis. Wira Atmaja menyebut, pengelolaan sampah dengan pemilihan dan budidaya maggot dilakukan sebelum dirinya menjabat perbekel.
Saat ini, lanjutnya, sedang dijajaki lokasi baru agar Desa Buduk mandiri dalam pengelolaan sampah. Desa Buduk pun, masih kata Wira Atmaja didampingi Sekretaris Desa Buduk Wayan Sudarsana, telah bersurat ke Pemerintah Provinsi Bali untuk dapat diberikan aset yang ada di Buduk, agar dimanfaatkan untuk jadi TPS. “Kami sudah kirim permohonan itu ke Provinsi Bali,” katanya.
Wira Atmaja menambahkan, TPS yang dimohon sebisa mungkin jauh dari pemukiman, sehingga keberadaanya tidak mengganggu warga. “Kalau TPS dulu (yang ada budidaya maggot, Red) selain kontraknya sudah habis, di sekitar merupakan permukiman,” katanya.
Hal senada juga dikatakan Sudarsana. Untuk itu, ke depan dia berharap pembangunan TPS perlu dilakukan musyawarah dengan berbagai pihak, mulai dari BPD hingga pihak terkait. “Yang jelas penanganan sampah di Buduk menjadi prioritas,” tandasnya. *ind
Maggot yang menggunakan media sampah sebagai makanan cukup berperan dalam memanfatkan sampah agar tidak terbuang begitu saja. Namun, kegiatan itu kini terhenti. Bahkan terlihat di lokasi yang sempat menjadi kandang maggot di TPS Banjar Pasekan, Desa Buduk, minim aktivitas. Pintu pagarnya pun tertutup. Sementara pada bagian dalam terlihat mesin pemilah sampah yang tidak lagi digunakan. Kandang kawin yang juga tempat lalat BSF (black soldier fly) bertelur nampak kosong.
Perbekel Buduk Ketut Wira Adi Atmaja, mengakui budidaya maggot di TPS tersebut telah terhenti. Menurutnya, hal tersebut karena kontrak lokasi TPS sudah habis. Wira Atmaja menyebut, pengelolaan sampah dengan pemilihan dan budidaya maggot dilakukan sebelum dirinya menjabat perbekel.
Saat ini, lanjutnya, sedang dijajaki lokasi baru agar Desa Buduk mandiri dalam pengelolaan sampah. Desa Buduk pun, masih kata Wira Atmaja didampingi Sekretaris Desa Buduk Wayan Sudarsana, telah bersurat ke Pemerintah Provinsi Bali untuk dapat diberikan aset yang ada di Buduk, agar dimanfaatkan untuk jadi TPS. “Kami sudah kirim permohonan itu ke Provinsi Bali,” katanya.
Wira Atmaja menambahkan, TPS yang dimohon sebisa mungkin jauh dari pemukiman, sehingga keberadaanya tidak mengganggu warga. “Kalau TPS dulu (yang ada budidaya maggot, Red) selain kontraknya sudah habis, di sekitar merupakan permukiman,” katanya.
Hal senada juga dikatakan Sudarsana. Untuk itu, ke depan dia berharap pembangunan TPS perlu dilakukan musyawarah dengan berbagai pihak, mulai dari BPD hingga pihak terkait. “Yang jelas penanganan sampah di Buduk menjadi prioritas,” tandasnya. *ind
Komentar