Teater Selem Putih Pentaskan 'Kabar Dari Angin'
Peringati Bulan Bakti Bung Karno
SINGARAJA, NusaBali
Seorang perempuan memakai kebaya merah tampak menyabun cucian bajunya. Pikirannya pun jauh menerawang, memikirkan kekasih yang dicintainya tak kunjung kembali dari negeri luar.
Raut wajahnya pun penuh penyesalan karena terpaksa harus menikahi lelaki kasar yang hoby metajen. Lampu panggung kemudian seketika bertambah terang ketika lamunan perempuan itu terusik dengan kedatangan suaminya.
Cuplikan drama pendek itu mengawali pertunjukan Teater Selem Putih yang diinisiasi oleh Putu Satria Kusuma berjudul 'Kabar Dari Angin'. Drama pendek itu digelar serangkaian Bulan Bakti Bung Karno di panggung rumah Teater Selem Putih di Jalan Gempol Nomor 85, Kelurahan Banyuning Kecamatan/Kabupaten Buleleng, Senin (21/6) pukul 19.30 wita.
Sang dramawan Putu Satria usai pertunjukan menjelaskan, drama pendek Kabar Dari Angin merupakan naskah teater ke-sebelas yang dibuatnya untuk mengenang Bung Karno. Sedangkan naskah pertama hingga kesepuluh yang juga terinspirasi dari sosok Bung Karno sudah dibukukan olehnya dan diterbitkan tahun ini. Dalam pementasan drama Kabar Dari Angin, mantan ASN di Dinas Kominfo-Santi Kabupaten Buleleng ini menceritakan tentang seorang pemuda Indonesia yang disekolahkan oleh Soekarno ke luar negeri. Kondisi politik membuat pemuda-pemuda terhebat yang dikirim negara belajar di berbagai negara ini tidak bisa pulang, karena takut terkena garis politik saat itu.
Beberapa dari mereka salah satunya pemuda bernama Putu yang dimainkan Ketut Purnada, terpaksa meninggalkan kekasih hatinya yang bernama Iluh yang diperankan oleh Ni Ketut Santi Sucita Dewi. Sedangkan Iluh yang setia menunggu lelaki pujaan hatinya, terpaksa harus menyanggupi kemauan orangtuanya untuk dinikahkan dengan seorang lelaki yang tidak dicintainya. Peran antagonis itu ditampilkan dalam gaya teater berbeda yakni secara simbolik melalui tarian kontemporer, yang dimainkan oleh Made Tegeh Okta Maheri. Selain kasar, suami Iluh juga suka metajen dan sering berbuat seenaknya.
Tetapi, di tengah siksaan batin yang dijalani Iluh, dia masih tetap mengharapkan kepulangan kekasih hatinya. Terkadang Putu datang dalam lamunan Iluh disela kesibukan rumah tangganya. Suami Iluh yang mengetahuinya masih memikirkan pemuda yang disebutnya penghianat bangsa murka. Namun Iluh tetap bersikukuh pada hati nuraninya dan tetap membela Putu meskipun harus menjalani perlakuan kasar dari suaminya.
“Melalui drama pendek ini saya ingin mengenang Bung Karno dan memang naskah drama ini terinspirasi dari beliau yang dulu pernah menyekolahkan pemuda ke luar negeri. Tetapi karena situasi politik, mereka takut pulang dan terpaksa kehilangan tanah air dengan menetap di negara tempatnya belajar. Lewat drama ini saya ingin mengingatkan, dulu pernah terjadi hal seperti itu dan kedepan biar tidak terulang kembali,” ucap Satria Kusuma yang juga filmaker handal asal Kelurahan Banyuning, Kecamatan/Kabupaten Buleleng ini.
Drama pendek itu diakuinya hanya disiapkan dalam tujuh kali latihan. Awalnya, dia ingin mementaskan karyanya pada Selasa (1/6) lalu. Namun karena berbagai halangan dan kendala latihan anak teaternya karena pandemi, akhirnya pementasan dilakukan bertepatan pada hari wafatnya Bung Karno yakni pada tanggal 21 Juni.
Sutradara dalam proyek film Layonsari dan Jayaprana ini juga mengatakan dalam drama Kabar Dari Angin, ditekankan Tri Sakti Bung Karno yang berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi dan manusia yang berkebudayaan. *k23
Komentar