Pandemi, Sejumlah Daerah Urung Mabhakti Panganyar
Piodalan di Pura Mandhara Giri Semeru Masineb Senin (5/7)
GIANYAR, NusaBali
Ketua PHDI Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Edy Sumianto mengatakan di tengah situasi pandemi, panitia piodalan Pura Mandhara Giri Semeru Agung di Desa Senduro, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, membatasi umat yang hadir.
Pembatasan karena terjadi peningkatan kasus Covid-19 di wilayah Jawa Timur. Akibatnya, sejumlah daerah urung menghaturkan Bhakti Panganyar. "Kami tidak ingin terjadi sesuatu yang tidak kami harapkan dari pelaksanaan piodalan ini. Maka itu, kami ketat menerapkan protokol kesehatan sesuai imbauan Pemkab Lumajang," jelasnya kepada NusaBali, Minggu (27/6).
Dijelaskan, piodalan Pura Mandhara Giri Semeru Agung berlangsung selama 11 hari, mulai Sukra Paing Matal, Jumat (25/6) - Soma Paing Menail, Senin (5/7). Selama nyejer 11 hari tersebut dilaksanakan Bhakti Panganyar secara bergilir oleh Pemkab/kota se Bali termasuk sejumlah daerah di Jawa Timur. Namun karena pandemi, bhakti panganyar dari Jawa Timur justru lebih banyak yang cancel atau batal. Adapun jumlah umat Hindu di Kabupaten Lumajang berkisar 7.100 jiwa. "Hanya Malang yang datang melaksanakan Bhakti Panganyar, selain itu Pangkalan, Ngawi, Ponorogo cancel," ujarnya.
Sejumlah daerah tersebut, diakui terjadi peningkatan kasus cukup signifikan. Sedangkan di Kabupaten Lumajang tidak. Sehingga antusias umat Hindu lokal Senduro melakukan persembahyangan tidak terlalu berpengaruh. "Umat kami di sini kebanyakan petani. Astungkara tidak ada yang terpapar sehingga pelaksanaan piodalan tetap berjalan. Hanya saja, kami harus taat prokes sesuai imbauan pemerintah," jelasnya.
Biasanya, lanjut Edy Sumianto, jika tidak dalam situasi pandemi umat Hindu se Nusantara ramai melakukan persembahyangan ke pura ini. Bahkan sampai harus melakukan pakemitan. Durasi tirta yatra juga relatif lama. Namun kini, usai menghaturkan Bhakti Panganyar hanya beberapa jam, umat sudah langsung mapamit atau kembali. "Kalau tidak pandemi, kedatangan umat Hindu tirta yatra ke Senduro sangat dinantikan warga di sini. Karena ada geliat ekonomi," jelasnya.
Ditambahkan Edy, Senduro sudah masuk kategori Desa Sadar Kerukunan. Hal itu tampak dari keberadaan Pura di wilayah yang mayoritas muslim. "Toleransi kami di sini dianggap sudah tuntas. Kerukunan umat beragama sudah selesai. Bahkan Senduro sudah dikatakan sebagai desa sadar kerununan," imbuhnya.
Sementara itu, Pemkab Gianyar menggelar Bhakti Panganyar di Pura Mandhara Giri Semeru Agung di Desa Senduro, Redite Wage Matal, Minggu (27/6) pagi. Bhakti Panganyar ini tergolong sederhana karena suasana pandemi Covid-19. "Kami punya kewajiban Nganyarin setiap tahun. Namun karena pandemi, hampir dua tahun kami tidak kesini. Kali ini pun yang hadir sangat terbatas," ujar Bupati Gianyar I Made Agus Mahayastra, usia persembahyangan.
Penyesuaian ini dilakukan mengingat Jawa Timur masuk dalam zona orange. "Kami membawa penabuh dan penari, sarana upakara dan beberapa perwakilan OPD. Namun tidak melebihi ketentuan," tegasnya. Dia mengaku, pelaksanaan Bhakti Panganyar ini menerapkan protokol kesehatan ketat, mulai dari wajib masker, cuci tangan, dan menjaga jarak. *nvi
Komentar