Industri Pariwisata Minta Bali Open Border Akhir Juli
DENPASAR, NusaBali
Kalangan industri pariwisata tetap meminta Bali open border dilakukan akhir Juli 2021 nanti.
Bersamaan dengan Bali open border (dibuka pariwisata untuk turis mancanegara), Bandara Internasional Ngurah Rai Tuban, Kecamatan Kuta, Badung juga diminta kembali dibuka untuk penerbangan internasional.
Usulan ini terangkum dalam kegiatan focus group discussion (FGD) stakeholder kepariwisataan Bali di Kantor Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Niti Mandala Denpasar, Kamis (1/7). Stakeholder yang hadir dalam FGD kemarin, antara lain, Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali, PHRI, ASITA, HPI, Bali MICE Forum, Bali Hotel Association (BHA), Bali Villa Association, Indonesia Hotel General Manager Association (IHGMA), Aliansi Masyarakat Pariwisata Bali (AMPB), Bascom, dan Masyarakat Sadar Wisata (Masata) Bali. Pihak Angkasa Pura I selaku pengelola Bandara Ngurah Rai juga diundang hadir.
Wakil Ketua PHRI Bali, I Gusti Ngurah Agung Rai Suryawijaya, mengatakan ada 4 poin penting dalam FGD kemarin. Poin-poin FGD tersebut dilaporkan kepada Gubernur Bali Wayan Koster. Empat poin tersebut meliputi pertama, dibuka kembali Bandara Ngurah Rai untuk penerbangan internasional, seperti 4 bandara lainnya di Indonesia: Bandara Soerkarno Hatta Cengkareng (Tangerang, Banten), Bandara Internasinal Juanda Surabaya (Jatim), Bandara Sam Ratulangi Manado (Sulawesi Utara), dan Bandara Kualanamu Medan (Sumatra Utara).
Kedua, mendukung Gubernur Bali Wayan Koster agar Bali open border tetap sesuai dengan time line, yakni akhir Juli 2021. Open border ini bisa dimulai dari beberapa negara yang telah siap. Ketiga, persamaan uji swab masuk ke Bali untuk segala jenis transportasi, baik udara, darat, maupun laut, yakni sama-sama swab antigen dengan barcode. “Dengan demikian, sulit untuk dipalsukan,” jelas Rai Suryawijaya seusai FGD kemarin.
Rai Suryawijay menyebutkan, uji swab berbasis PCR selama ini dirasakan masih mahal. Indikasinya, kunjungan wisatawan nusantara anjlok setelah aturan swab berbasis PCR diterapkan. Sebelum aturan itu diberlakukan, kunjungan wisatawan domestik kisaran 7.000-9.000 orang per hari. Tapi sekarang, turun menjadi hanya 3.000 orang per hari. “Kan 50 persen lebih market kita dari wisatawan domestik sudah hilang,” sesal tokoh pariwisata asal Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Badung ini.
Keempat, pintu-pintu masuk ke Bali tetap dijaga secara ketat, jangan sampai ada celah-celah yang memungkinkan lolosnya orang terkonfirmasi positif Covid-19 masuk ke Bali. Menurut Rai Suryawijaya, usulan-usulan stakeholder kepariwisataan tersebut tidak terlepas dari ekonomi Bali yang betul-betul terpuruk.
Pembatalan buka pariwisata Bali atau Bali open border, kata dia, sudah sering terjadi. Pertama, September 2020 lalu. Kemudian, Desember 2020. “Kok setiap kita berencana membuka border, ada sesuatu? Padahal, masyarakat Bali sudah sangat patuh. Lebih dari 90 persen masyarakat Bali taat sekali dengan Prokes,” tandas Rai Suryawijay yang juga Ketua PJRI Badung.
Rai Suryawijay menyatakan pelaku pariwisata Bali siap menjadi relawan, bersatu saling mendukung agar seluruh masyarakat menyadari pentingnya melaksanakan Prokes. “Sehingga Bali dalam waktu sesingkat-singkatnya bisa menjadi green zone, sehingga pembukaan border tidak perlu lagi ditunda, sesuai harapan masyarakat,” katanya sembari menyebut pelaku pariwisata mengapresiasi Pemprov Bali, Pemkab/Pemkot se-Bali, dxan Satgas Gotong Royong di 1.493 desa adat yang sudah bekerja dengan baik dalam rangka penanggulangan pandemi Covid-19.
Sementara itu, anggota Kelompok Ahli Gubernur Bidang Pariwisata, I Ketut Jaman, juga berharap pada akhir Juli nanti penerbangan internasionah ke Bali sudah dibuka. Menurut Jaman, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), Imigrasi, dan Angkasa Pura sudah siap. “Apalagi yangdiperlukan, sementara perekonomian kita di Bali sudah sangat terpuruk,” katanya.
Jaman berharap pariwisata bisa dibangkitkan secara perlahan. Jika sampai akhir Juli 2021 pariwisata tidak dibuka, perekonomian Bali akan tambah parah. “Kita tahu ada puluhan ribu pekerja pariwisata yang tidak ada pendapatan saat ini,” jelas Jaman. *k17
1
Komentar