Jasamarga Bali Tol Kembangkan Unit Bisnis
JBT akan membangun rest area yang di dalamnya antara lain terdapat tempat pentas, pasar oleh-oleh modern. Sepanjang jalan tol untuk motor akan dipasang atap berisi solar cell.
MANGUPURA, NusaBali
Jasamarga Bali Tol (JBT) berencana mengembangkan unit bisnis baru, untuk menutupi kekurangan guna mencapai break event point (BEP) tahun 2021.
“Semula kita targetkan 100 persen kendaraan dari tiga titik kemacetan Kuta, Kuta Selatan, dan Sanur (Denpasar) menggunakan jalan tol. Namun kenyataannya hanya 90 yang tercapai. Sepuluh persen kendaraan tidak masuk ke jalan tol, karena pengaruh adanya underpass di Simpang Dewa Ruci, Kuta, yang dahulu tidak diperkirakan akan ada. Tapi kami tetap target BEP tahun 2021, dengan usaha lain,” tutur Dirut JBT Akhmad Tito Karim, belum lama ini.
Adapun unit usaha yang sedang disiapkan JBT adalah membuat rest area, yang nantinya ada restoran, tempat pentas, dan pasar oleh-oleh modern. Letaknya berada di sisi ruas jalan tol dan berhimpitan dengan tol.
Tito Karim menjelaskan pembangunan rest area itu tidak mereklamasi laut, tapi menggunakan tiang pancang seperti tiang jalan tol. “Kami tidak mereklamasi laut. Hingga kini kita masih dalam studi kelayakan. Jika nanti desain rest area tersebut selesai total di tahun 2017, kami akan mengajukan perizinannya kepada Badan Pengelola Jalan Tol,” ungkapnya.
Adapun luasnya yaitu 30 ribu meter persegi dengan dua lantai. Di lantai bawah untuk areal parkir dan di lantai atas usaha-usaha yang dikelola. “Nanti rest area bisa dipergunakan untuk selfie, melihat pemandangan laut, mangrove, sunset, dan sunrise. Pencahayaan saat malam akan kami buat menarik, sehingga menjadi wisata malam dan nelayan bisa mengantar tamu, untuk melihat cahaya tersebut dari laut,” bebernya.
Selain itu, pihak JBT akan memasang atap yang berisi solar cell, di atas jalur kendaraan roda dua. Atap itu digunakan untuk melindungi pengendara saat hujan. Sedangkan solar cell (konversi cahaya sinar matahari menjadi listrik, Red) untuk memenuhi kebutuhan listrik JBT dan sisanya dijual kepada PLN.
Menurut Tito Karim, selama ini JBT membayar listrik dengan tarif komersil kepada PLN mencapai Rp 150 juta – Rp 200 juta per bulan. “Kecenderungan kalau hujan pengendara tidak mau masuk ke jalan tol, karena itulah kami kasih atap yang juga akan dipasang solar cell. Itu nanti terpasang sepanjang jalan tol. Lebar dan panjang tol Bali Mandara tentu akan menghasilkan energi yang cukup banyak,” ujarnya.
Untuk merealisasikan solar cell, pihaknya menggandeng Institut Teknologi Bandung (ITB) sebagai partner. “Pemasangan solar cell itu nanti dikonstruksikan agar lebih tinggi dari bus, supaya kendaraan roda empat tak kehilangan pemandangan laut. Satu hal yang tak kalah penting, kami akan membangunnya bernuansa Bali,” ucapnya. * cr64
“Semula kita targetkan 100 persen kendaraan dari tiga titik kemacetan Kuta, Kuta Selatan, dan Sanur (Denpasar) menggunakan jalan tol. Namun kenyataannya hanya 90 yang tercapai. Sepuluh persen kendaraan tidak masuk ke jalan tol, karena pengaruh adanya underpass di Simpang Dewa Ruci, Kuta, yang dahulu tidak diperkirakan akan ada. Tapi kami tetap target BEP tahun 2021, dengan usaha lain,” tutur Dirut JBT Akhmad Tito Karim, belum lama ini.
Adapun unit usaha yang sedang disiapkan JBT adalah membuat rest area, yang nantinya ada restoran, tempat pentas, dan pasar oleh-oleh modern. Letaknya berada di sisi ruas jalan tol dan berhimpitan dengan tol.
Tito Karim menjelaskan pembangunan rest area itu tidak mereklamasi laut, tapi menggunakan tiang pancang seperti tiang jalan tol. “Kami tidak mereklamasi laut. Hingga kini kita masih dalam studi kelayakan. Jika nanti desain rest area tersebut selesai total di tahun 2017, kami akan mengajukan perizinannya kepada Badan Pengelola Jalan Tol,” ungkapnya.
Adapun luasnya yaitu 30 ribu meter persegi dengan dua lantai. Di lantai bawah untuk areal parkir dan di lantai atas usaha-usaha yang dikelola. “Nanti rest area bisa dipergunakan untuk selfie, melihat pemandangan laut, mangrove, sunset, dan sunrise. Pencahayaan saat malam akan kami buat menarik, sehingga menjadi wisata malam dan nelayan bisa mengantar tamu, untuk melihat cahaya tersebut dari laut,” bebernya.
Selain itu, pihak JBT akan memasang atap yang berisi solar cell, di atas jalur kendaraan roda dua. Atap itu digunakan untuk melindungi pengendara saat hujan. Sedangkan solar cell (konversi cahaya sinar matahari menjadi listrik, Red) untuk memenuhi kebutuhan listrik JBT dan sisanya dijual kepada PLN.
Menurut Tito Karim, selama ini JBT membayar listrik dengan tarif komersil kepada PLN mencapai Rp 150 juta – Rp 200 juta per bulan. “Kecenderungan kalau hujan pengendara tidak mau masuk ke jalan tol, karena itulah kami kasih atap yang juga akan dipasang solar cell. Itu nanti terpasang sepanjang jalan tol. Lebar dan panjang tol Bali Mandara tentu akan menghasilkan energi yang cukup banyak,” ujarnya.
Untuk merealisasikan solar cell, pihaknya menggandeng Institut Teknologi Bandung (ITB) sebagai partner. “Pemasangan solar cell itu nanti dikonstruksikan agar lebih tinggi dari bus, supaya kendaraan roda empat tak kehilangan pemandangan laut. Satu hal yang tak kalah penting, kami akan membangunnya bernuansa Bali,” ucapnya. * cr64
Komentar