Wakil Ketua I STKIP Terbitkan Buku 'Bererong Ayu'

Buku ini menyindir para pelakor yang suka merebut suami orang dan mengintip laki-laki berduit. Sebanyak 50 puisi yang terdapat dalam buku ini dicicil sejak tahun 2017.

Kadek Juliantari menjelaskan, Bererong Ayu bermakna makhluk berparas cantik yang suka menggoda suami orang. Kepercayaan masyarakat Bali, bererong merupakan makhluk gaib yang suka mengambil uang. “Saya punya pengalaman kehilangan uang secara misterius. Setelah ditanyakan kepada orang pintar, uang diambil bererong,” jelas Kadek Juliantari, Kamis (1/7). Padahal uangnya disimpan rapi. Namun dalam waktu sebulan hilang 30 lembar, tiap hari diambil satu lembar. Musibah itu ternyata mendatangkan inspirasi bagi lulusan program doktor Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja tahun 2020 dengan predikat summa cumlaude IPK 3,98 ini.

Buku puisi berbahasa Bali terbitan Pustaka Ekspresi ini memuat 50 puisi. Judul puisi di antaranya ibu, nyalanin karma, gelung, eling, lung, buduh, bladbadan, tabuh rah, mawali ka Bali, balian sakti, masalin rupa, patapan padi, guru rupaka, bererong ayu, dan lainnya. “Kebanyakan menggunakan bahasa Bali madya, ada beberapa puisi menggunakan bahasa singgih,” jelas dosen mata kuliah bahasa Indonesia di STKIP Agama Hindu Amlapura ini.

Kadek Juliantari mulai aktif menulis sastra Bali modern saat melakukan penelitian semasih kuliah program doktoral Undiksha Singaraja. Penelitiannya tentang penggunaan bahasa Bali di ranah akademik dan non akademik untuk menerapkan Pergub Bali Nomor 80 tahun 2018 tentang Perlindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali, serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali. Ibu dua anak ini pernah menjuarai Lomba Menulis Artikel Berbahasa Bali dalam rangka Bulan Bahasa Bali yang digelar Dinas Kebudayaan Provinsi Bali tahun 2020 dan juara II Lomba Cipta Puisi Bali dalam Bulan Bahasa Bali yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali tahun 2021. *k16