Tumpek Kandang, Wujud Harmonisasi Umat Hindu terhadap Hewan di Bali
GIANYAR, NusaBali.com – Tumpek Kandang, atau Tumpek Uye yang jatuh pada Saniscara Kliwon Uye, Sabtu (3/7/21) merupakan hari baik umat Hindu di Bali untuk mewujudkan harmonisasi terhadap hewan-hewan melalui sebuah ritual upacara yang dilaksanakan.
Salah satu desa di Gianyar yakni Desa Kemenuh, melaksanakan upacara Tumpek Wayang dengan mengadakan upacara keagamaan yang digelar di hutan sekitar Pura Dalem Desa Kemenuh. “Upacara tersebut merupakan wujud penerapan konsep Tri Hita Karana di Bali yang bertujuan untuk mewujudkan hubungan yang baik terhadap Tuhan, terhadap sesama manusia dan terhadap lingkungan,” ujar Ida Bagus Alit, Bendesa Adat Desa Kemenuh, Gianyar.
Hutan Desa Kemenuh sangat terjaga dan lestari, banyak tanaman buah seperti pohon nangka dan pohon kelapa. Selain itu banyak tanaman seperti pohon jati yang ditanam oleh warga Desa Kemenuh. Hewan-hewan yang ada pun beragam, bahkan di hutan ini menjadi habitat ratusan monyet yang biasanya menampakkan diri pada jam-jam tertentu.
“Sejatinya masyarakat Hindu di Bali pada umumnya dan warga Desa Kemenuh pada khususnya, sangat menghormati apa yang ada di alam, karena apabila manusia dapat menjaga hubungan baik dengan alamnya makan alam itu sendiri akan menyediakan sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh manusia itu sendiri,” kata Bendesa Ida Bagus Alit.
Kegiatan upacara dilaksanakan dari pukul 09.00 dan berakhir pukul 12.00 Wita. Adapun runtutannya yakni melakukan upacara di Pura Dalem Desa Kemenuh, dan setelah itu melakukan upacara di sekitar hutan yang dipimpin oleh Jero Mangku Dalem Desa Kemenuh.
“Secara niskala Jero Mangko melakukan pemanggilan hewan-hewan beserta penghuni hutan lainnya, dan secara simbolis melakukan upacara yang pada intinya merupakan wujud terima kasih Desa Kemenuh atas karunia yang telah diberikan melalui hewan-hewan dan alam yang tiada henti turut membantu kehidupan manusia di Bumi, dan kami di Desa Kemenuh sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan tersebut,” ujar Ida Bagus Alit.
Ida Bagus Alit pun mengungkapkan bahwa tanaman yang tertanam di hutan yang seluas 5 hektare tersebut sebagian merupakan upaya warga Desa Kemenuh dalam melestarikan alam dan memikirkan jangka panjang terhadap eksistensi hutan itu sendiri. “Sebagai contoh pohon-pohon kelapa yang berjejer di bahu jalan tersebut merupakan inisiatif dari warga Desa Kemenuh di samping untuk melestarikan alam, pohon-pohon kelapa juga menciptakan pemandangan yang indah, dan selain itu pohon-pohon kelapa yang ditanam jika sudah berbuah nanti akan digunakan sebagai sarana upacara keagamaan di Desa Kemenuh,” ujarnya.
Ida Bagus Alit pun berharap dengan adanya penghormatan kepada hewan-hewan dan alam di hari Tumpek Wayang ini, warga Desa Kemenuh dapat hidup berdampingan dengan alam dan menciptakan hubungan yang harmoni. “Kembali lagi konsep Tri Hita Karana sangat penting untuk diterapkan, warga Desa Kemenuh terutama para generasi muda harus turut turun tangan dalam melestarikan sumber daya alam yang ada sehingga sumber daya tersebut dapat bertahan hingga ke generasi penerus berikutnya,” tutupnya. *rma
Hutan Desa Kemenuh sangat terjaga dan lestari, banyak tanaman buah seperti pohon nangka dan pohon kelapa. Selain itu banyak tanaman seperti pohon jati yang ditanam oleh warga Desa Kemenuh. Hewan-hewan yang ada pun beragam, bahkan di hutan ini menjadi habitat ratusan monyet yang biasanya menampakkan diri pada jam-jam tertentu.
“Sejatinya masyarakat Hindu di Bali pada umumnya dan warga Desa Kemenuh pada khususnya, sangat menghormati apa yang ada di alam, karena apabila manusia dapat menjaga hubungan baik dengan alamnya makan alam itu sendiri akan menyediakan sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh manusia itu sendiri,” kata Bendesa Ida Bagus Alit.
Kegiatan upacara dilaksanakan dari pukul 09.00 dan berakhir pukul 12.00 Wita. Adapun runtutannya yakni melakukan upacara di Pura Dalem Desa Kemenuh, dan setelah itu melakukan upacara di sekitar hutan yang dipimpin oleh Jero Mangku Dalem Desa Kemenuh.
“Secara niskala Jero Mangko melakukan pemanggilan hewan-hewan beserta penghuni hutan lainnya, dan secara simbolis melakukan upacara yang pada intinya merupakan wujud terima kasih Desa Kemenuh atas karunia yang telah diberikan melalui hewan-hewan dan alam yang tiada henti turut membantu kehidupan manusia di Bumi, dan kami di Desa Kemenuh sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan tersebut,” ujar Ida Bagus Alit.
Ida Bagus Alit pun mengungkapkan bahwa tanaman yang tertanam di hutan yang seluas 5 hektare tersebut sebagian merupakan upaya warga Desa Kemenuh dalam melestarikan alam dan memikirkan jangka panjang terhadap eksistensi hutan itu sendiri. “Sebagai contoh pohon-pohon kelapa yang berjejer di bahu jalan tersebut merupakan inisiatif dari warga Desa Kemenuh di samping untuk melestarikan alam, pohon-pohon kelapa juga menciptakan pemandangan yang indah, dan selain itu pohon-pohon kelapa yang ditanam jika sudah berbuah nanti akan digunakan sebagai sarana upacara keagamaan di Desa Kemenuh,” ujarnya.
Ida Bagus Alit pun berharap dengan adanya penghormatan kepada hewan-hewan dan alam di hari Tumpek Wayang ini, warga Desa Kemenuh dapat hidup berdampingan dengan alam dan menciptakan hubungan yang harmoni. “Kembali lagi konsep Tri Hita Karana sangat penting untuk diterapkan, warga Desa Kemenuh terutama para generasi muda harus turut turun tangan dalam melestarikan sumber daya alam yang ada sehingga sumber daya tersebut dapat bertahan hingga ke generasi penerus berikutnya,” tutupnya. *rma
1
Komentar