Harmoni Gambang Kwanji di 3 Generasi
DENPASAR, NusaBali
Mengalun, indah, dan harmoni. Begitulah ungkapan tepat untuk menggambarkan permainan Gamelan Gambang stil Kwanji Sempidi.
Gambelan ini dibawakan Sanggar Seni Kebo Iwa dari Banjar Kwanji, Kelurahan Sempidi, Kabupaten Badung, di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Provinsi Bali, Jumat (2/7) sore, serangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) XLIII.
Meski yang menyaksikan hanya terbatas, namun halusnya permainan gambang para seniman tua berpadu dengan tembang yang dibawakan membuat penonton terhanyut. Ada beberapa jenis gending yang dimainkan, antara lain gending ‘Labda’, ‘Sengkeran’, ‘Plugon’, dan ‘Manukaba’. Tiga generasi gambang ini tampil dalam satu panggung. Antara seniman generasi muda dan seniman generasi tua saling bergantian membawakan gending-gending itu.
Pimpinan Sanggar Kebo Iwa Nyoman Mariyana mengaku bersyukur pertunjukan itu berjalan lancar. Meski sebetulnya dia agak harap-harap cemas dengan daya ingat para pangelingsir ketika di atas panggung. Beruntung tidak ada yang meleset permainannya. “Astungkara berjalan lancar. Para pangelingsir kami ternyata masih mampu mengingat. Sebenarnya tadi saya harap-harap cemas. Takut pengelingsir lupa,” ujarnya.
Kesenian Gambang stil Kwanji Sempidi, menurut Mariyana, merupakan kesenian klasik yang sudah diwariskan turun termurun di banjar setempat. Fungsinya pun sangat penting dalam mengiringi upacara ngaben di Desa Adat Kwanji. Konon, gamelan gambang ini dipercaya sebagai musik pengantar roh ke alam sunia.
“Menurut saya gamelan gambang yang wajib mengiringi upacara ngaben ini merupakan bentuk strategi leluhur kami agar kesenian gambang tidak punah. Sehingga dari generasi ke generasi gamelan ini bisa tetap menjaga kesenian ini,” jelasnya.
Dalam penampilan kemarin menggunakan instrumen gambang pangenter, panyelag, pamero, papetit, serta dua instrumen gangsa sebagai pembawa melodi. Secara instrumentasi, Gambang stil Kwanji Sempidi tidak berbeda dengan gambang lainnya. Namun, dari sisi teknik, Gambang stil Kwanji Sempidi cukup berbeda. Masing-masing instrumen memiliki perbendaharaan pukul yang cukup jelas dan berbeda. “Teknik nyadingnya terpola. Teknik nyading itu aksen-aksen untuk berakhirnya sebuah gending. Selain itu, suara Gambang Kwanji Sempidi itu antara resonator dengan bilah sangat nyambung. Ada kesatuan dan suaranya khas,” beber Mariyana.
Sementara terkait regenerasi seniman muda Gambang stil Kwanji Sempidi, Mariyana pun mengaku sudah mulai muncul. Dimulai dari lingkup keluarga, Mariyana mulai mengajak keponakannya untuk bermain gambang. “Pangelingsir saya (seniman gambang, red) sudah meninggal tiga orang. Jadi makin lama, makin berkurang. Masih lagi 4 orang. Saya merasa memiliki kewajiban untuk meneruskan dan mewariskan gambang ini,” kata Mariyana.
Dia pun berharap generasi muda Bali harus memiliki kepedulian dalam melestarikan warisan para leluhur Bali. Jangan sampai kesenian Bali tidak ada yang meneruskan, dan justru malah lebih dikuasai oleh peneliti luar negeri. “Jangan sampai kesenian ini lari ke barat (luar negeri, red) dan masyarakat Bali malah berguru ke orang asing. Kenapa kita sendiri tidak mau melestarikan? Ini yang perlu digugah,” tandasnya. *ind
1
Komentar