Puluhan Hektare Padi di Subak Bekutel Terserang 'Sakit Kuning'
Puluhan hektare padi di Subak Bekutel, Desa Apuan, Kecamatan Susut, Bangli terserang hama penyakit.
BANGLI, NusaBali
Akibatnya tanaman padi menguning, para petani terancam gagal panen. Penyebabnya padi yang terserang ’sakit kuning’ ini tumbuhnya meranggas dan mati. Bahkan ada petani yang mencabut tanaman padinya dan mengulangi nandur (tanam) padi.
Petani Subak Bekutel belum mengetahui secara pasti penyebab padi mereka terserang ‘sakit kuning’. Dugaan sementara, serangan hama ini akibat pengaruh sasih atau musim. Salah seorang petani, I Made Sadnyana mengaku cemas padinya akan tertular penyakit kuning. Sebab tanaman padinya jaraknya semakin dekat dengan tanaman padi yang terserang hama. “Awalnya beberapa petak, tapi sekarang sudah menjalar. Takut juga tanaman padi saya terserang hama serupa,” ungkap Sadnyana, Kamis (29/12).
Dikatakannya, umur padi yang terserang hama rata-rata 40 hari. “Penyemprotan sudah dilakukan, namun tetap saja hamanya menjalar,” imbuh Sadnyana. Ia dan petani lainnya khawatir jika serangan hama itu tak mereda seluruh petani terancam gagal panen. Padahal petani di Subak Bekutel, khususnya di areal sebelah timur jalan Apuan, baru pertama kali menanam sejak setahun lalu. Mereka setahun lebih tak tanam padi karena perbaikan bendungan dan saluran irigasi Subak Bekutel.
Akibat serangan ‘sakit kuning’, jika sampai gagal panen maka petani mengalami kerugian Rp 6 per hektare. Nilai kerugian tersebut berasal dari biaya pembelian bibit, penggarapan lahan (ongkos traktor), biaya untuk menanam, pupuk, dan biaya pemeliharaan lainnya. “Saya garap lahan seluas 25 are. Biaya sekitar Rp 1,5 juta,” ungkap Sadnyana. Karena itulah jika luas lahan 1 hektare, kerugian yang diderita mencapai Rp 6 juta.
Sementara Plt Kadis Pertanian Perkebunan dan Perhutanan (P3) Ni Wayan Manik mengaku belum mendapat laporan terkait serangan ‘sakit kuning’ pada tanaman padi di Subak Bekutel. Karenanya, dia belum bisa memastikan penyakit yang menyerang tanaman padi petani tersebut. Dugaan awal karena faktor musim pancaroba. “Sekarang karena sering hujan, kelembabannya tinggi,” duganya. * k17
Akibatnya tanaman padi menguning, para petani terancam gagal panen. Penyebabnya padi yang terserang ’sakit kuning’ ini tumbuhnya meranggas dan mati. Bahkan ada petani yang mencabut tanaman padinya dan mengulangi nandur (tanam) padi.
Petani Subak Bekutel belum mengetahui secara pasti penyebab padi mereka terserang ‘sakit kuning’. Dugaan sementara, serangan hama ini akibat pengaruh sasih atau musim. Salah seorang petani, I Made Sadnyana mengaku cemas padinya akan tertular penyakit kuning. Sebab tanaman padinya jaraknya semakin dekat dengan tanaman padi yang terserang hama. “Awalnya beberapa petak, tapi sekarang sudah menjalar. Takut juga tanaman padi saya terserang hama serupa,” ungkap Sadnyana, Kamis (29/12).
Dikatakannya, umur padi yang terserang hama rata-rata 40 hari. “Penyemprotan sudah dilakukan, namun tetap saja hamanya menjalar,” imbuh Sadnyana. Ia dan petani lainnya khawatir jika serangan hama itu tak mereda seluruh petani terancam gagal panen. Padahal petani di Subak Bekutel, khususnya di areal sebelah timur jalan Apuan, baru pertama kali menanam sejak setahun lalu. Mereka setahun lebih tak tanam padi karena perbaikan bendungan dan saluran irigasi Subak Bekutel.
Akibat serangan ‘sakit kuning’, jika sampai gagal panen maka petani mengalami kerugian Rp 6 per hektare. Nilai kerugian tersebut berasal dari biaya pembelian bibit, penggarapan lahan (ongkos traktor), biaya untuk menanam, pupuk, dan biaya pemeliharaan lainnya. “Saya garap lahan seluas 25 are. Biaya sekitar Rp 1,5 juta,” ungkap Sadnyana. Karena itulah jika luas lahan 1 hektare, kerugian yang diderita mencapai Rp 6 juta.
Sementara Plt Kadis Pertanian Perkebunan dan Perhutanan (P3) Ni Wayan Manik mengaku belum mendapat laporan terkait serangan ‘sakit kuning’ pada tanaman padi di Subak Bekutel. Karenanya, dia belum bisa memastikan penyakit yang menyerang tanaman padi petani tersebut. Dugaan awal karena faktor musim pancaroba. “Sekarang karena sering hujan, kelembabannya tinggi,” duganya. * k17
1
Komentar