PKL Harap PPKM Darurat Tak Berkepanjangan
GIANYAR, NusaBali
Pandemi Covid-19 tidak saja berdampak terhadap sektor pariwisata. Pandemi ini juga meredupkan usaha banyak warga, tak terkecuali para pedagang kaki lima (PKL) yang biasa keliling di kawasan Kota Gianyar.
Para PKL berharap agar PPKM Darurat ini tak berkepanjangan. Karena pandemi, disusul PPKM (Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Darurat Jawa-Bali sejak 3 Juli, omzet para pedagang keliling anjlok. Karena pegawai kantoran, baik pemerintah maupun swasta yang biasanya menanti PKL, kini jadi sepi.
"Rindu sama suasana ramai sebelum pandemi," ungkap seorang pedagang es roti keliling I Made Mardika, ditemui di depan GOR Kebo Iwa Gianyar, Rabu (7/7).
Dijelaskan Mardika, sebelum pandemi, per hari bisa mengantongi hasil jualan Rp 750.000, namun kini maksimal Rp 350.000. "Dulu ramai, yang antri berkerumun. Ada yang mesan via telepon juga. Pokoknya kewalahan," kenangnya. Saat laris tersebut, satu termos berisi 7 kilogram es habis dalam sekejap. "Sampai harus tiga kali bolak balik rumah untuk isi lagi. Kalau sekarang habis satu termos saja sudah syukur," ujar Mardika yang asal Banjar Roban, Kelurahan Bitera, Gianyar ini.
Mardika sangat merasakan sepinya suasana di jalanan. Setiap area kantor yang didatangi pun sepi karena jumlah pegawai yang kerja hanya 25 persen. Suami dari Ni Made Serti ini berharap PPKM Darurat ini tidak diperpanjang lagi. "Mudah-mudahan sampai 20 Juli saja, kalau terus begini gimana bayar cicilan, penuhi keperluan sehari-hari," keluhnya.
Hal senada juga diungkapkan pedagang bakso ayam keliling, Erik Hermanto. PKL asal Jember, Jawa Timur ini biasanya digandrungi pegawai hingga polisi. Begitu mangkoknya berbunyi, pegawai berhamburan mengelilingi rombong baksonya. "Saat ramai itu, saya biasa habiskan 10 kilogram bakso. Setelah pandemi menurun jadi 8 kg, tambah sepi jadi 5 kg. Sekarang PPKM, cuma berani buat 1,5 kg," ungkapnya. *nvi
1
Komentar